***
• Beberapa hari sebelum Nathan ke Inggris•
FCV Internasional Football Academy.
Nathan sejak dulu selalu bermimpi agar suatu hari nanti ia bisa bermain di Liga Inggris dan berkarir disana. Dan untuk mewujudkan impiannya itu Nathan harus bisa menjadi jebolan akademik Inggris untuk mendapatkan status homegrown yang menjadi salah satu syarat agar bisa bermain diLiga Inggris impiannya.
Irene sama sekali tidak keberatan soal itu karena memang ini sudah menjadi aturan jika Nathan ingin segera mewujudkan impiannya, Nathan juga selalu mengatakan bahwa ia masih perlu banyak belajar dan latihan fisik lainnya agar bisa menjadi pemain sepak bola yang mendunia seperti mimpinya.
Sudah terhitung 3 jam setelah Nathan mengakhiri kontraknya dengan klub yang telah ia bela kurang lebih 2 tahun itu, ia kembali disibukkan dengan persiapan keberangkatannya menuju Inggris. Banyak hal yang ia siapkan, termasuk fisiknya yang harus selalu sehat dan profesional seperti saat ini Nathan melakukan olahraga kecil diaprtement Irene.
"Harus minggu ini berangkatnya, apa tidak terlalu cepat Nath?",
Nathan menoleh mendapati Irene sudah berdiri dibelakangnya, gadis itu datang dengan segelas minuman dingin dan sepiring cemilan kecil ditangannya.
"Ya.. begitulah, aku harus menyiapkan beberapa hal lagi untuk hari pertamaku masuk di FCV Internasional Football Academy" ucapnya setelah ia meneguk minuman yang tadi dibawa oleh Irene.
Nathan melirik Irene sekilas, ia mendapati ada guratan kesedihan diwajah kekasihnya itu. Nathan tidak menampik bahwa ia juga sebenarnya merasa sedih dan berat tapi jika tidak mengambil kesempatan itu, ia tidak bisa berkembang dan hanya akan stuk disitu-situ saja. Nathan menarik Irene kedalam pelukannya, memberikan ketenangan kepada gadis yang dicintainya itu.
"Aku tidak benar-benar pergi, kita masih bisa berbincang lewat telfon, bertukar kabar. Jadi jangan terlalu difikirkan ya". ucapnya menenangkan
"Tetap saja, kita akan jarang bertemu atau bahkan mungkin tidak pernah" bisiknya lirih . Nathan diam, karena memang itu sudah menjadi resiko. Ia tidak menampik akan sangat sulit bagi mereka untuk bertemu nanti.
"I'm sorry babe tapi aku akan berusaha selalu mengabari tentang kegiatanku selama disana, aku tidak akan membiarkanmu menunggu terlalu lama. So please .. , jangan seperti ini, aku semakin berat meninggalkanmu jika seperti ini",
Nathan Tjoe tidak pernah mengira jika perasaan berat itu akhirnya menyelimuti hatinya, tapi ia tidak bisa melakukan apapun. Kesempatan ini tidak akan datang dua kali dalam hidupnya.
Meskipun Irene menerima dan mendukung semua keputusan dan rencana jangka panjang Nathan tetap saja hatinya tidak menampik bahwa ia masih ingin melihat pria itu bersamanya disini, perasaannya bertambah sedih ketika ia menatap sebuah koper dan juga tas jinjing yang akan Nathan bawa menuju Inggris padahal ia ingin mengajak Nathan untuk sekedar liburan bersama tapi sepertinya harus tertunda karena Nathan memberitahu jika minggu ini ia harus berangkat ke Inggris.
"Malam ini aku ada acara perpisahan bersama teman klub lainnya, kau ikut ya.." tukasnya setelah melepas pelukan mereka.
"Ah .. tidak. Lagipula aku tidak mengenal mereka". tolaknya halus
"Tidak apa-apa, temanku-temanku sebagian sudah mengenalmu".
"Tetap saja, kau akan sibuk bersama temanmu nanti lalu aku bagaimana ?"
"Ada aku, aku tidak mungkin membiarkanmu sendiri aku akan terus menganggam tanganmu seperti ini , ucapnya lalu mengenggam tangan Irene, mengangkat dan menggoyangkannya didepan Irene. "lalu akan memberitahu mereka bahwa aku selalu bangga memilikimu". tukasnya meyakinkan, Irene menatap ragu sebelum akhirnya tertawa mendengar ucapan Nathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Glimpse of Us
Romantizm• • • Nathan Tjoe A-On tidak pernah tau dan tidak pernah paham tentang bagaimana Lauranna Irene Kim begitu membencinya.