Jisoo dan Mati Rasa

354 59 8
                                    


JISOO menghela nafas berat, merasakan sakit di beberapa bagian tubuhnya. Niatnya ingin langsung tidur, tapi matanya tidak kunjung terpejam. Pikirannya bercabang, sebagian memikirkan bab skripsi, sebagian lagi memikirkan Iren.

Jisoo ingin Iren pergi dari hidupnya. Baginya , keputusan Iren untuk membagi hati adalah akhir dari hubungan yang dia kira akan berujung abadi. Hanya saja, Iren selalu datang dengan senyum yang membuat Jisoo lemah. Perempuan itu meminta semuanya kembali seperti semula, seakan perbuatannya tidak berarti apa-apa.

"Jisoo, udah tidur nak?" Terdengar panggilan diiringi beberapa ketukan pintu, membuat Jisoo sadar dari lamunannya yang menyesakkan hatinya.

"Nggak Mah."

"Ini ada Jennie bawa kue. Keluar dulu yuk?" Mendengar itu, Jisoo langsung bangkit dan merapikan beberapa barang yang berantakan dilantai kamarnya.

"Ini Jennie nya udah nungguin di depan kamar loh," lanjut Mama.

"Sebentar Mah, lagi ganti baju"

"Aku pulang aja deh Tante." Mendengar Jennie pamit, Jisoo buru-buru membuka pintu kamar.

Jennie dengan setelan kasualnya berdiri disana, tangannya membawa setoples cookies dengan senyum penuh paksaan.

"Hehehehe, cookiesnya Kakak. Silahkan dicoba. Lagi ada promo," ujar Jennie sebelas duabelas dengan nada SPG.

"Tante tinggal ya Jen." Mama memberi senyum, kemudian meninggalkan Jennie dengan Jisoo.

"Buatan Lo?" Tanya Jisoo

"Ya, siapa lagi? Pasti buatan Mami lah.

"Oke kalau gitu gue terima. Sini." Jisoo langsung mengambil cookies tersebut.

"Emang kenapa kalo bikinan gue?" Tanya Jennie tidak terima.

"Terakhir kali makan nasi goreng buatan lo, perut gue sembelit," jawab Jisoo meremehkan. "Masuk buru," lanjutnya sebelum Jennie melayangkan pembelaan diri.

"Ke kamar lo Kak?"

"Ya iya lah, kemana lagi?"

"Ngapain?"

"Sidang."

"Sidang apaan sih kak? Emangnya gue mau dipenjara? Atau sidang cerai? Tapi kan kita belum nikah. Ngaco lo ya?" Karena Jisoo jawabnya asal, Jennie juga balas dengan asal-asalan. Masa bodoh dibilang bawel.
Namun dia tetap mengikuti Jisoo masuk kamar dan duduk di tepi ranjang, memperhatikan Jisoo yang sibuk mencari file di laptop.

"Nanya mulu lo kayak Dora," jawab Jisoo makin asal. "Nih, sidang isi makalah lo. Pemalas" sambung nya.

Mata Jennie seketika membulat. "Apaan?! Nggak ah,. Guru gue aja gak nanya-nanya tadi Kak."

"Pertanyaan pertama---"

"Kak Jisoo ih!" Jennie merengek, tapi Jisoo tentu tidak peduli.

"Apa yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman?"

Jennie menggaruk-garuk kepalanya. "Kekuasaan.... hhhmmmm... kekuasaan yang berkuasa, eh.... kekuasaan yang mengatur hakim!"

"Jawab yang bener Jen. Gak apa-apa, nggak tekstual juga, pake bahasa lo aja, asal intinya dapet."

"Mau inti, mau tekstual, gue nggak tau kak...."

"Nggak tau definisinya?" Jisoo mengintimidasi, Jennie mengangguk ragu.

"Jen, gue ngebantuin karena lo lagi kepepet, bukan berarti lo langsung bebas. Paling nggak dibaca, Jen, jadi kalo ditanya bisa jawab." Jisoo memberi jeda sesaat untuk melihat Jennie yang sudah menunjukkan tampang melas. "Gue nggak butuh ucapan makasih lo, yang gue mau lo paham sama pembahasan makalah ini. Gitu aja susah yah Jen?" Ungkapnya kecewa.

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang