"JEN, letoy banget hari ini. Emang sih, biasanya juga gitu, tapi hari ini lo kelewatan letoy kaya gak ada semangat hidup," tutur Rosè dari pinggir lapangan, menyadari keadaan Jennie yang seperti kehilangan setengah nyawa. Iya sih, ini hari senin. Habis dijemur untuk upacara, kelas mereka juga kedapatan jadwal olahraga. Tapi, tidak biasanya Jennie seperti ini juga.
Bukannya menjawab, Jennie malah membuang napas berat. Pandangannya kosong tertuju ke lapangan olahraga. Teman-teman sekelasnya sedang bermain basket disana.
"Ya Tuhan, berat banget kayak nya hidup lo, kayak lagi nanggung beban negara."
"Lebih dari itu......." Jennie menanggapi pelan. Setelah itu, dia tak mendengarkan ocehan yang keluar dari mulut Rosè, lebih terhanyut dalam pikirannya sendiri. Suasana hatinya kacau karena kejadian tadi malam yang masih aja meninggalkan sesak dihatinya. Beberapa kalimat Jisoo terus-terusan berputar diotaknya, terlebih ucapan yang menegaskan agar dirinya tidak terlalu terbawa perasaan.
"Jen, ih kenapa?!" Rosè menyenggol lengan Jennie agar gadis itu tersadar dari lamunannya. Jennie hanya menoleh lemas ke arah Rosè, padahal biasanya dia langsung balas dendam.
"Kenapa deh? Berantem sama Lisa?" Tanya Rosè, Jennie menggeleng pelan. Pertanyaan tersebut malah menambah beban pikiranJennie, tak cukup hanya Jisoo. Sekarang, dia memikirkan Lisa yang tadi pagi tak menjemputnya untuk berangkat bersama. Bahkan, hingga jam pelajaran ke tiga ini, dia tak melihat Lisa sama sekali.
"Lo ada liat Lisa gak hari ini?" Jennie malah balik bertanya.
"Lah, kan lo yang pacarnya Jen."
"Gue gak lihat dia hari ini, biasanya ngejemput, atau ngechat buat ngajak makan dikantin. Hari ini gak ada. Anak IPA lagi pada sibuk kali ya?" Jennie menerka dan Rosè hanya merespons dengan mengangkat kedua bahu.
Setelah kejadian kemarin pagi, Jennie dan Lisa tidak terlibat komunikasi. Ditambah Jennie yang sorenya disibukkan dengan membuat brownis untuk Jisoo, dan malamnya belajar bersama Jisoo. Setelah itu, Jennie tak membuka ponselnya, berusaha menghindari pesan dari Jisoo. Atau lebih tepatnya, berusaha untuk menghindari segala macam hal tentang Jisoo.
"Lo gak ada apa-apa sama Lisa kan Jen?"
"Lo tau gak, indonesia sebenernya gak dijajah selama tiga ratus lima puluh tahun?"
Rosè melongo. Kenapa tiba-tiba jadi cerdas cermat? "Hah? Maksudnya? Emang berapa tahun?"
"Penasaran kan lo? Sama, gue juga. Tapi kayaknya, gue gak bakal tau jawabannya."
"Kenapa?"
"Soalnya, semakin gue pengen tau tentang sejarah, semakin besar juga harapan gue buat dia." jawab Jennie sendu.
Rosè menggaruk rambutnya. Dia bingung dengan otak Jennie. Kenapa jadi melantur kemana-mana? "Otak lo kepanasan ya? Gak jelas banget. Balik aja deh ke kelas. Bentar lagi bel ini."
Jennie pasrah saja tangannya ditarik oleh Rosè. Mereka sempat melewati kelas Lisa yang kosong. Dia baru ingat, sekarang Lisa ada jadwal di laboratorium kimia. Padahal, tadinya Jennie mau menghampiri Lisa, lalu mengajaknya makan dikantin.
Jennie mengambil ponselnya yang mati dari saku training. Sempat ragu, akhirnya dia mengaktifkan ponsel yang semalaman dimatikan demi menghindari Jisoo. Dengan perasaan takut dan penasaran, Jennie melihat notifikasi yang masuk. Tak ada satupun pesan atau panggilan dari Jisoo. Seharusnya, Jennie lega, tapi entah mengapa ada rasa sedih yang juga menyelinap.
Jennie buru-buru mengenyahkan Jisoo dipikirannya, kemudian menghubungi Lisa yang chatnya sengaja dia pin.
Lisaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo & Hukum (JenSoo)
AcakCerita dari Novel "Dikta & Hukum" KARYA TULIS DARI "DHIA'AN FARAH" baru selesai baca bukunya, tapi aku ubah nama nya jadi JISoo&Hukum haha update pelan-pelan aja kalo lagi gabut karna aku suka cerita tentang Jensoo jadinya ya gitu lah aku pas baca m...