Jisoo dan Sistem Pendidikan di Indonesia

330 58 10
                                    



JENNIE melangkah keluar kelas dengan tenang. Hari ini, dua masalah yang dihadapinya telah terselesaikan dengan sempurna : pertama, drama soal Matematika yang diberikan gurunya : kedua, penyakit magh nya kambuh. Dan lagi-lagi, Jisoo yang menjadi malaikat pelindungnya, meskipun ucapan Jisoo seperti malaikat maut.

"Jennie!" Terdengar panggilan dari seseorang yang sudah menunggunya disamping kelas.

Lisa melambaikan tangan dan tersenyum lebar kepada Jennie. Senyum yang menurut Jennie semanis madu pramuka. Pas, tidak kemanisan, tidak bikin mual, sesuai anjuran.

"Lisa!" Jennie berlari menghampiri Lisa.

"Jangan lari-lari, Lisa nya enggak kemana-mana Jen, hahahah."

Mata Lisa terlihat memancarkan kebahagiaan yang nyata. "Nih, ada susu coklat buat Jennie, pasti pusing, kan abis belajar Matematika."

Jennie menerima susu itu sambil senyum-senyum. Sebenarnya, dia tidak terlalu pusing karena Matematika. Kan, sudah diselesaikan Jisoo. Namun tetap saja, usaha Lisa untuk menyemangati dirinya sangat lah berarti.

"Best pacar pokonya," respons Jennie. Lisa terkekeh pelan seraya mengacak-acak gemas rambut gadis itu.

"Jen, aku les nya libur. Kalo ke Mcd mau gak?" Tanya Lisa ketika mereka sedang berjalan ke arah parkiran.

"MAU BANGET!"

"Oke deh, happy Meal buat Jennie yang hari ini pusing sama MTK."

Jennie tersenyum malu mendengar itu. Lisa sangat pengertian, dia merasa sangat beruntung mempunyai pacar seperti Lisa. Pacarnya ini juga tidak gampang marah, tidak seperti Jisoo.

"Jennie...."

Jennie menoleh, merasa familier dengan suara tersebut. Betapa terkejutnya dia mendapati Jisoo berada diparkiran sekolahnya.

"Ih, Kak Jisoo?!"

"Siapa Jen?" Bisik Lisa pelan kepada Jennie.

"Anu...aduh gimana ya jelasinnya." Jennie gelagapan.

Melihat Jennie yang tampak kebingungan, Jisoo mendekat dan mengulurkan tangan kepada Lisa. "Saya Jisoo."

"Lisa." Lisa menjabat tangan Jisoo singkat.

"Oh, Lisa pacarnya Jennie ya?" Tanya Jisoo dengan santai, sedangkan Jennie sigap mengambil langkah mendekati Jisoo. "Kak Jisoo, sumpah lo ngapain kesini anjir!?" Bisik Jennie, tapi Jisoo malah menjauhkan telinga. Dia melirik Jennie sekilas dengan sebelah alisnya terangkat.

"Bawa helm satu aja?" Jisoo mengabaikan Jennie, malah kembali bertanya kepada Lisa.

"Eh? Iya, cuma bawa satu" jawab Lisa masih dengan raut kebingungan.

"Jennie nya saya pinjam dulu boleh?"

"Hah?"

"Saya mau pinjam dulu pacar kamu, saya bawa  mobil"

"Sorry, maksudnya?" Alis Lisa bertaut.

Jennie mencubit perut Jisoo, tetapi usaha tersebut masih aja gagal untuk membuat Jisoo meninggalkan mereka. Jisoo malah berbisik pelan kepada Jennie, "lo mau berhenti cubit gue, atau besok kita nikah?" Jennie seketika tidak berkutik.

Jisoo kembali melihat Lisa. Rautnya begitu tenang, tapi dimata Jennie terlihat menyebalkan. "Jadi gini, kamu kan cuma bawa helm satu, jadi Jennie nya saya pinjem dulu untuk diantar pulang."

"Tapi, kenapa?" Lisa masih tidak mengerti.

"Berkendara itu harus pake helm kan? Nggak bisa cuma salah satu aja. Kalo ada apa-apa terus yang dibonceng gak pake helm gimana?  Jangan khawatir , Jennie nya bakal saya antar dengan selamat. Besok juga kamu bebas kalo mau pulang bareng Jennie, tapi kalo hari ini saya gak izinin, saya nggak mau calon istri saya kenapa-kenapa."

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang