Jisoo, Jennie, dan Pantai

289 57 23
                                    


Coba deh, bacanya sambil dengerin lagu
🔊 Rara Sekar - Growing Up

Dijamin............





















Jisoo terbaring lemas di ranjang rumah sakit. Dia masih belum sanggup menggerakkan anggota tubuhnya. Saat ini, Jisoo tidak bisa memikirkan apa-apa selain berharap sesak dan mual yang terus-terusan mengganggunya cepat menghilang.

Seulgi dan Winter menemaninya sejak sore tadi, bergantian dengan mama Jisoo yang sedang pulang untuk mengambil beberapa pakaian Jisoo. Tidak seperti biasanya, kedua temannya itu hanya diam disebelah ranjang Jisoo. Padahal, walaupun belum mampu menanggapi, Jisoo ingin mendengar cerita mereka.

"Kok lama sih?" Terdengar Winter yang berbisik pelan kepada Seulgi. Jisoo tau, pertanyaan Winter mengarah kepada Wendy dan Chaeyoung yang berencana akan datang, tapi hingga kini tidak kunjung menampakkan diri.

"Gak tau, bentar lagi kali. HP gue habis batre," balas Seulgi berbisik.

Tidak lama setelahnya, terdengar pintu ruangan terbuka, Wendy dan Chaeyoung muncul dari sana. "Sia nyet, yang bener kalo ditanya ruangan nomor berapa!" Bentak Wendy kepada Seulgi, seakan lupa sedang berada dimana mereka saat ini.

"Apaan sih, gue bilang ruangan 17 tadi. Lo conge ya?" Sahut Seulgi ikut lupa diri.

"Maneh ngomongna kamar nomor 27 ya tadi!"

"Heh, mulut! Ini Jisoo masih sakit, gak ada otak nya kalian berdua nih." Chaeyoung akhirnya angkat bicara.

"Eh ya Allah, aing lupa, hampura Ji. Aing kesel ka si Seulgi." Wendy memelankan suaranya.

"Ji kumaha? Oh, ulah dijawab, udah maneh tidur aja, anggap aja ucapan aing cuma angin. Sok, sok, mangga, tidur lagi." Jisoo hanya mengangguk pelan mendengar itu.

"Kita salah masuk ruang pasien yang anak SMA itu, yang kecelakaan ampe berdarah-darah waktu itu." Chaeyoung duduk di sofa, memulai cerita, dengan suara yang tenang agar tidak terlalu mengganggu Jisoo.

"Wah? Gimana dia sekarang? Gue masih kebayang darahnya banyak banget waktu itu," tanya Seulgi penasaran

"Serem anjir," jawab Wendy

"Si Wendy lagi kebangetan. Udah liat salah kamar, eh malah disamperin." Chaeyoung menceritakan dengan tangannya yang terus-terusan menyenggol Wendy kesal.

Jisoo ikut memperhatikan perbincangan ini. Disebelahnya, Seulgi sudah fokus melihat Chaeyoung dan Wendy. "Nyamperin gimana maksudnya?"

"Ya aing ceritanya mau minta maaf, sama mau bilang cepet sembuh. Soalnya, pas dia dibawa ke ICU, aing kan ningali anjir. Masih kebayang eta darahna."

"Terus?"

"Si bodoh ini ngajak jabat tangan," Chaeyoung masih geregetan menoyor pelan kepala Wendy.

"Loh? Gak apa-apa dong? Emangnya salah?" Winter tampak bingung.

Chaeyoung menghela napas. "Bukan gitu. Si Wendy ngajak salaman tapi dicuekin. Gue juga sempet bingung tadi. Tapi ternyata, emang dia gak liat." Chaeyoung menghentikan ucapannya, membuat tiga pendengar menatap mereka berdua tidak mengerti.

Wendy sedikit mencondongkan tubuh saat hendak mengatakan sesuatu. "Buta...," katanya, memperjelas maksud Chaeyoung.

"Inget banget aing ngomongnya dingin pisan. Astaga, ciwidey juga kalah dinginnya. Terus aing diusir. Aduh, kalo inget masih merinding."

Winter menggeleng-geleng. "Wen, parah lo...."

"Iya ya? Nyesel aing nyamperin. Kirain mah, udah sembuh." Wendy terlihat menyesal, tapi detik berikutnya melempar bantal sofa tepat mengenai kepala Seulgi. "Tapi, ini semua gak akan terjadi, kalo si koplok eta ngasih tau nomor ruangan yang bener. Si Seulgi penyebab utama na mah!"

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang