Jisoo dan Larangan Suka: 2

412 70 12
                                    


Jisoo terbangun dari tidurnya ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Itu artinya Jisoo sudah hampir empat jam terlelap.

Dia teringat hal terakhir yang dilakukannya, yaitu memandangi kertas berisi tujuh hal yang harus segera dia lakukan. Jisoo mengusap wajahnya pelan dan menyapu-nyapu bagian matanya yang masih terasa berat. Diraihnya ponsel, melihat beberapa pesan yang masuk, dari Winter yang menanyakan buku sosiologi hukum yang sempat Jisoo pinjam, dan beberapa lagi berasal dari grup demisioner HIMA jurusannya yang sedang sibuk menghadiri upgrading kepengurusan baru.

Setelah membalas pesan dari Winter, Jisoo kembali meletakkan asal ponselnya. Fokusnya kembali kepada lembaran kertas yang sedikit lecek karena tertiban tubuhnya saat tidur. Dia mengambil pulpen dari pinggir meja belajar. Dengan ragu, Jisoo mencoret silang bagian nomor satu keinginannya.

Thing to do

1. Main sepeda bareng Jennie ❌️
2. Ngopi bareng Kapan Ngopi? + nemenin mereka minum
3. Bantu Jennie pilih jurusan kuliah
4. Berdamai dengan masa lalu
5. Wisuda
6. Kepantai bareng Jennie

"Keinginan nomor satu gagal," ucapnya pelan sambil menatap kosong kertas yang sudah tercoret itu. "Masih ada enam lagi. Apa bisa ya? Segampang nomor satu aja gagal, apalagi yang lain."

Jisoo amat paham konsep kehidupan di dunia; tidak semua yang direncanakan manusia akan terwujud. Pada akhirnya, manusia hanya bisa berencana dan mengusahakan agar rencana itu terwujud, selebihnya Tuhan yang punya kuasa. Sisa enam keinginannya, Jisoo bertanya-tanya, akan seperti apa nantinya? Akankah berakhir sama dengan tanda silang diujung permintaan?

Jisoo menggelengkan kepala, menyadarkan dirinya yang lemah ini karena berani meragukan Tuhan. "Santai Ji, santai, masih ada enam lagi. Dari enam itu pasti masih ada banyak kemungkinan untuk berhasil." Segera Jisoo bangkit dan menaruh kertas tersebut kedalam laci meja belajarnya, khawatir ada orang lain yang melihatnya.

Bersamaan dengan itu, terdengar ketukan dari balik pintu kamarnya. "Sebentar Mah," sahut Jisoo sambil berjalan untuk membuka kunci pintu kamarnya.

Betapa terkejutnya Jisoo saat membuka pintu kamar, yang ditemukannya justru gadis yang terus-terusan menghantui pikirannya. Sebelah tangan gadis itu memegang piring berisi brownis coklat, sebelah lagi disembunyikan dibelakang tubuh. Entah sedang membawa apa.

"Hehehehe, udah bangun kak?" Sapa Jennie diiringi cengengesannya.

Jisoo tidak merespons , malah memperhatikan Jennie dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jennie tidak seperti biasanya yang hanya mengenakan celana jeans, kaus, dan rambut diikat tidak rapi. Kali ini, dia mengenakan rok selutut dan baju rapi, belum lagi rambutnya dibiarkan terurai.

"Lo mau kemana?"

"Ya kerumah lo lah, emang kemana lagi?" Jawab Jennie bingung.

Jisoo menyadarkan diri yang masih saja tidak percaya dengan sosok yang berdiri tepat didepannya ini. "Oh, maksud gue, lo ngapain kesini?"

"Anu, kak..... hm, gue abis bikin brownis sama Mommy," Jennie menunduk dalam sebelum melanjutkan ,"buat .....lo."

"Dalam rangka?" Jisoo berusaha terlihat biasa aja.

"Ish, lo gak bisa apa langsung terima aja? Nanya mulu, ah, sebel." Jennie jadi sewot, seketika Jisoo terkekeh.

"Ini ceritanya mau nyogok biar gue gak marah?" Tanya Jisoo sambil mengambil piring brownis tersebut, yang ditanya hanya diam. "Itu ditangan satu lagi bawa apa? Brownis juga? Apa batu?"

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang