1. Prolog

1.1K 84 3
                                    

Jisoo memijat dahinya frustasi, beberapa kali juga menghembuskan nafas untuk menahan emosi. Di depannya, kini berdiri seorang gadis yang masih mengenakan seragam putih abu yang terlihat sudah tak rapi lagi. Gadis itu menundukkan kepala dalam-dalam dan tangan memegang sebuah kunci.
"Kan, gue udah bilang---"

"Iya, kak. Maaf, maaf, gue yang salah. Jangan ngomel, please...."

"Jennie, tadi, kan, gue udah bilang kalo ---"

" kalo belum bisa bawa motor, jangan sosoan. Iya, Kak. Lo udah bilang tadi, salah gue."
Jennie, gadis yang baru saja mencoba untuk mengeluarkan motor dari rumahnya, tanpa sengaja menjatuhkam motor itu tepat mengenai bagian sisi kanan mobil Jisoo, menyebabkan ringsek yang mengenaskan dan biaya ketok magic yang pasti tidak murah.

"Ayo masuk, yuk, kita ngobrol sama Mommy. Mau jus melon gak? Nanti gue bikinin," tambahnya dengan nada terdengar ceria, dan mendorong Jisoo dari belakang agar masuk ke rumah saja. Jisoo tampak sudah pasrah sekali. Mau marah-marah juga tidak membuat mobilnya mulus lagi.

Mereka melewati ruang tamu, tempat mommy Jennie dan mama Jisoo ngobrol santai. Jennie cengar cengir sambil memegang erat bahu Jisoo, memberi kode agar Jisoo tidak memberi tahu apa yang barusan terjadi, karena sudah pasti mommy nya akan mengomel.
"Lepasin," Jisoo berucap singkat, dingin, dan menusuk.

"Hah?"
"Tangan lo lepasin dari pundak gue." Jennie segera melepaskan tangannya, dan Jisoo mendudukkan diri di sofa ruang TV. Matanya yang agak sipit menatap tajam Jennie yang berdiri di depannya, sedangkan gadis itu hanya mengusap tengkuk dan cengar-cengir.

"Mobil gue---"

"Ohiya, gue mau nanya tugas, tentang hukum, Kak!" Lagi, Jennie memotong ucapan Jisoo, tidak memberi kesempatan Jisoo membahas mobilnya. "Bantuin gue ya? Lo kan anak hukum, Kak. Lo juga mau bantuin gue pinter kan, Kak? Nah inilah saatnya lo kasih pembuktian," sambung Jennie. Jisoo kembali menghela napas melihat tingkah anak SMA di depannya ini.

"Hukum apa? Perdata? Pidana? Tata negara? Hukum internasional?" Jawab Jisoo pada akhirnya, karena mau sekeras apapun usahanya mengungkit kejadian tadi, Jennie akan terus melakukan beribu-ribu macam cara untuk menghindar.

"Asik. Nah, gitu dong!" Sahut Jennie sumringah, kemudian duduk disamping Jisoo. Dia mencari-cari soal di ponselnya. "Nah kak, soal hukumnya."
Dengan raut malas, Jisoo mendekatkan diri pada layar ponsel yang ditunjukkan Jennie. Seketika, alis tebalnya bertaut.
"Gimana kak? Gampang deh kayanya, soal ini buat anak hukum kaya lo."

"Lo lagi becandain gue?" Tanya Jisoo dengan dingin, lengkap dengan tatapan kesal.
"Ih, beneran gue, kak."
"Jen, ini tuh gak ada sangkut pautnya sama hukum. Hukum apaan yang kaya gini?" Jisoo sudah siap menyembur Jennie dengan berbagai omelan, tapi gadis itu lagi-lagi menyalaknya.

"Kak, itu hukum. Hukum newton, kak." Balas Jennie kukuh, dan ada benarnya juga. Jisoo langsung mengusap-usap wajahnya dengan kasar, tampak sangat frustasi dengan tingkah Jennie.

"Emang salah, ya gue?"
"Serius, sampai sekarang gue masih mikir, dosa gue dimasa lalu, tuh apa ya? Sampai-sampai dikehidupan sekarang, gue dijodohin sama lo, Jen."

"Ih, masa lo anak hukum, udah semester akhir, gak belajar Hukum newton sih?" Malah Jennie yang sewot sekarang.
"Gue belajar hukum rimba, puas lo?" Balas Jisoo sarkastik,dan menjauhkan diri dari Jennie. Didalam hati, dia terus-terusan mengumpat kesal. Sudah mobil dibuat ringsek, sekarang kesabarannya di uji oleh Jennie yang entah memang tidak tau, pura-pura tidak tau, hanya ingin memancing kemarahan Jisoo.

"Kirain hukum alam....," timpal Jennie pelan, sangat pelan,tapi tetap bisa didengar oleh Jisoo, sehingga langsung mendapat tatapan tajam Jisoo. "Canda, hehe," tambahnya dengan senyum yang menurut Jisoo sangat memyebalkan.

Jisoo memainkan ponsel, tidak mwnghiraukan Jennie yang saat ini masih menatapnya dengan senyum. Jisoo tau, Jennie pasti mau bertingkah lagi.
"Kak Jisoo...." Nah, benar kan? Jisoo tidak menjawab, hanya berdehem. "Jadi, wifi dirumah gue kan eror ya Kak..." Jennie menggeser duduknya agar kembali berdekatan dengan Jisoo yang masih menganggapnya tidak ada.

"Kak dengerin dulu..." Jennie menggoyang-goyangkan tangan Jisoo, minta diberi atensi.

"Ck, udah buruan kalo ngomong," respons Jisoo dengan sangat malas.

"Mau hotspot kak, mau buka twitter sebentar aja," minta Jennie

"Udah nyala, namanya Asas Legalitas."

"Jennie membulatkan mata tidak percaya, karena tumben sekali Jisoo langsung menuruti keinginannya.

"Widih, beda deh, anak pinter kalo namain hotspot-nya." Dengan semangat, Jennie langsung menyambungkan ponsel dengan hotspot Jisoo. "Kak, passwordnya apa?"

"Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," jawab Jisoo cepat dan sangat lancar. Setelahnya, senyum kemenangan terlihat di bibirnya.

"Hah?!" Jemari Jennie sudah siap mengetik, langaung lemas.

"Itu paswordnya  bahasa hukum."

"Ih, apaan? Gue kira lo lagi baca mantra." Jennie masih dengan ekspresi bingung. "Ulang coba ulang."

"Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," Lagi, Jisoo menjawab dengan sangat cepat dan lancar. Jennie yang baru ingin mencoba untuk memgetik kalimat asing itu, malah melempar ponselnya dengan kesal.

"Gini deh biar gampang, lo aja yang ketikin."

"Tulis sendiri, Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali," Jennie menatap kesal ke arah Jisoo, tidak terima Jisoo bisa balas dendam.

"Sumpah gue benci banget sama lo kak, nyebelin."

"Oh, bagus dong Jen. Bwrarti rasa benci gue gak bertepuk sebwlah tangan." Mendengar itu,  Jennie rasanya jadi semakin kesal. Dia bangkit dari sofa, lalu mengambil ponselnya dengan gusar.

"Semoga gue gak jodoh sama orang nyebelin kaya lo, kak!!"

"Semesta, tolong aminkan, karena gue juga gak mau punya jodoh kaya Jennie."





Sekali lagi ini adalah cerita dari novel "Dikta & Hukum" gue cuman ganti nama doang, soalnya pas baca malah kebayang muka Jisoo sama Jennie hehehe

Kalo berkenan, sok komen aja, kurang nya apa? Kalo sempat ya diperbaiki, kalo engga ya suka suka jempol ku ngetik aja

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang