Jisoo, Jennie, dan Pengakuan Rasa

451 68 16
                                    

Sudah hampir dua jam Jisoo menunggu diruang tamu rumah Jennie dengan sekotak martabak keju yang sudah dingin. Jennie jelas mengetahui  kedatangannya, tapi gadis itu masih enggan menemuinya. Jisoo berkali-kali mengirimkan Jennie pesan agar mau turun sebentar dan membicarakan peristiwa tadi, tapi gadis itu tidak menyahutinya sama sekali.

Mommy yang bingung dengan apa yang terjadi juga ikut membantu Jisoo. Jennie beralasan sedang fokus belajar, tidak mau diganggu siapa pun, tanpa pengecualian.

"Tante ada arisan nih Kak Jisoo. Gimana ya? Gak apa-apa ditinggal sebentar?" Terlihat Mommy sudah rapi dan kebingungan harus meninggalkan Jisoo sendiri atau membatalkan janji temu bersama teman-teman arisannya.

"Gak apa-apa Tante, Jisoo sendiri aja sambil nunggu Jennie selesai belajar."

"Bener-bener deh Jennie. Tante omelin dulu aja kali ya, supaya mau keluar kamar?"

Jisoo yang tadinya tersenyum ramah, langsung menahan Mommy Jennie. "Jangan Tante, gak apa-apa, nanti juga keluar kok. Jangan diomelin Jennie nya ya Tante."

Mommy tertawa mendengar itu, Jisoo masih aja seperti dulu, selalu meminta agar Jennie tidak dimarahi. Padahal, sering kali Jennie merusak mainan Jisoo saat kecil.

"Yaudah, Tante pergi ya Kak Jisoo. Kalau laper, dimeja makan ada makanan. Gak apa-apa kan ditinggal dulu?"

"Gak apa-apa Tante. Oh iya, Tante mau Jisoo anter ketempat arisan?" Jisoo hendak bangkit mengambil kunci mobilnya, tapi gerakan tersebut segera ditahan  oleh Mommy.

"Tante sendiri aja Kak Jisoo. Makasih ya udah nawarin. Tante pergi ya Kak Jisoo. Titip Jennie. Kalo ada apa-apa, kasih tau Tante ya?"

Jisoo menyalami tangan Mommy, setelah itu membukakan pintu. Dia sempat memastikan Mommy aman hingga masuk ke taksi, sebelum masuk lagi ke rumah.

Jisoo kembali duduk diruang tamu. Menunggu walaupun bisa aja dia langsung ke kamar Jennie. Hanya saja untuk kali ini, Jisoo tidak mau memaksa Jennie, karena dia sangat menyadari kesalahan apa yang sudah dia perbuat.

Jisoo kembali mengambil ponselnya. Dilihatnya Jennie sudah membaca pesan-pesan yang dia kirim, tapi masih tidak mau menjawabnya. Hampir setengah jam bertahan, Jisoo merasa tidak bisa lagi membiarkan ini lebih lama atau yang dia dapat hanya sia-sia.

"Jen, gue keatas ya. Kalau masih gak mau ketemu gue, langsung kunci pintu kamar lo. Lo tadi bilangnya gak mau ketemu gue aja kan? Berarti kalau ngobrol masih boleh dong ya? Gak apa-apa deh, dihalangin pintu juga," ucap Jisoo dan langsung mengirim pesan suara tersebut. Setelah itu, dia berjalan tenang menuju kamar Jennie.

"Udah dikunci belum pintunya?" Tanya Jisoo ketika sampai didepan pintu kamar Jennie. Sama sekali tak ada jawaban, tapi Jisoo dapat mendengar langkah kaki menjauh dari balik pintu. Jisoo tertawa kecil menyadari itu.
Jisoo duduk dan bersandar dipintu. Sekotak martabak yang dia bawa diletakkan di sampingnya.

"Gak jadi lo bakar kan bukunya Jen?" Ada senyum yang terukir  dibibir Jisoo.

"Bukunya bisa lo kasih ke panti-panti. Disana banyak Jen, yang butuh banget buku itu. Gak apa-apa kok, kalo lo kasih ke yang lain, karena saat ini lo lagi kesel sama si pemberi buku itu. Nanti, kalo keselnya ilang, gue bakal beliin lo buku lagi."

"Kalau mau marah, marah aja. Gak usah ditahan gitu." Jisoo masih bermonolog. "Ngasih tau aja, Mommy lo lagi arisan. Jadi kalau mau ngata-ngatain kasar, gak akan ada yang denger." imbuh Jisoo, memancing agar Jennie mau mengeluarkan sepatah kata.

"Ada martabak keju disamping gue, kecium gak sih wanginya dari kamar lo Jen? Gue minta ke abang-abang nya buat kasih kejunya double." Jennie itu lemah dengan boba dan martabak Keju. Namun kali ini, pertahanan Jennie patut diacungi jempol.

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang