Jisoo dan Secercah Harapan

354 64 11
                                    


Dua minggu bukanlah waktu yang sebentar jika dihabiskan Jennie untuk bingung tak karuan karena sikap dingin dan ketus Jisoo kepadanya.

Tiap kali Jennie mengirimkan pesan, Jisoo akan membalas sangat lama dan sangat singkat. Jisoo juga menolak ajakan Jennie untuk membahas soal-soal yang sudah dia coba kerjakan dengan alasan sibuk merevisi skripsi. Jennie tidak percaya dengan semua alasan itu. Dia yakin ada sebab lain Jisoo menjauhinya.

Jennie coba mengingat-ingat pertemuan terakhir mereka. Saat itu, Jisoo datang untuk mengantarkannya kesekolah tanpa diminta. Jennie merasa tidak ada yang salah saat itu. Dia mencoba mengingat apakah ada perkataannya yang menyinggung atau menyakiti Jisoo, tapi sepertinya tidak ada.

Sempat Jennie berpikir, apa karena dia putus dengan Lisa sehingga Jisoo semarah ini? Namun, Jennie tidak menemukan alasan mengapa Jisoo harus merasa marah?

Jennie itu paling tidak bisa didiamkan tanpa sebab oleh orang lain. Dia akan terus berusaha untuk mengetahui alasan dibalik itu semua. Terbukti dengan Jennie yang sekarang nekat untuk menemui Jisoo langsung dirumahnya sepulang sekolah. Seperti didukung oleh semesta, bersamaan dengan kedatangannya, mobil Jisoo yang baru saja sampai didepan rumah, sehingga Jennie leluasa untuk menahan Jisoo.

"Kak!" Seru Jennie ketika Jisoo baru keluar dari mobil.

Namun dalam situasi seperti ini, Jisoo masih berusaha menghindar. Dia menganggap Jennie angin lalu, dan melangkahkan kaki menuju rumah.

"Ish, tunggu dulu!" Jennie mempercepat langkah sehingga bisa menarik lengan Jisoo.

"Kenapa?" Tanya Jisoo terdengar dingin. Tak lupa tangannya dilepaskan dari Jennie, seakan risi oleh sentuhan gadis itu. Sungguh, itu semakin membuat Jennie kebingungan dan kecewa.

"Gue mau diajarin soal TPA," ucap Jennie cepat, mengesampingkan emosinya.

"Gue gak bisa."

"Kenapa?"

"Lo gak bisa liat? Gue habis dari kampus, gue capek."

Jennie menautkan kedua alisnya, meragukan Jisoo yang sekarang ada didepannya adalah Jisoo yang dia kenal.

"Lo kenapa sih Kak? Kalo marah sama gue, bilang. Kasih tau penyebabnya apa, jangan malah jadi kayak gini," Jennie protes, tidak terima dijauhkan tanpa alasan jelas begini.

"Gak ada yang bikin gue marah. Gue cuman mau lo gak usah ganggu dan repotin gue yang lagi sibuk. Apa masih gak bisa juga otak lo mencerna pesan-pesan yang udah gue kirim?"

"Kak...." Jennie mulai merasakan hati dan matanya memanas. Jisoo tidak pernah sekali pun menolaknya dengan kasar dan intonasi tinggi seperti ini.

"Jangan manja Jen. Apa-apa harus dibantu gue, apa-apa harus disuapin gue. Gue juga punya kesibukan dan punya dunia sendiri. Hidup gue gak melulu ngurusin permasalahan gak penting lo."

"Tapi, lo sendiri yang bilang harus hubungi lo tiap kali gue butuh sesuatu Kak!" Timpal Jennie kesal. Dia tidak terima  dengan semua sikap Jisoo. Jadi, dia bertekad untuk bertahan dengan segala kekuatannya.

"Berubah. Gue gak mau jadi orang yang lo andalkan lagi." Pengakuan Jisoo berhasil memberi efek nyeri di dada Jennie. Dia tidak bisa menganalisis sedikit pun apa yang terjadi dengan Jisoo. Setelah beberapa waktu lalu Jisoo menerbangkannya, sekarang Jisoo mengempaskannya.

"Lo jahat Kak," ucap Jennie pelan dan parau. "Setelah kemaren lo bikin gue ngerasa jadi anak SMA yang paling spesial di dunia karena bisa belajar bareng dan diperhatiin sama lo, sekarang lo bikin gue merasa jadi anak SMA yang paling gak guna yang terus-terusan bergantung dan ganggu hidup lo. Lo jahat Kak Jisoo. Gue benci sama lo!"

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang