"JISOO, Mama kesana sebentar ya? Kamu tunggu disini sebentar sebelum masuk ruangan. Gak apa-apa ya nak?"
Jisoo terkekeh pelan melihat tatapan mata penuh kekhawatiran dari mamanya. "Mah, Jisoo ini udah duapuluh tiga tahun, bukan anak umur lima tahun yang bakalan nangis ditinggal mamanya ke toilet."
Jisoo memberikan senyuman kepada mama nya. Dia paham, mamanya pasti khawatir, apalagi melihat dia tak berdaya duduk dikursi roda menunggu giliran untuk cuci darah.
"Jisoo gak apa-apa Mah. Susternya aja yang lebay kasih kursi roda," ujarnya, berusaha menenangkan.
"Ya udah, kalo ada apa-apa langsung minta tolong perawat ya? Gak apa-apa ya Nak? Sebentar aja." Mamah masih terlihat enggan untuk meninggalkan Jisoo sendiri.
"Mah.......hahahah, Jisoo gak apa-apa."
Butuh waktu beberapa menit untuk akhirnya mama yakin meninggalkan putranya. Jelas membuat Jisoo tersenyum miris memikirkan betapa besar kekhawatiran mama, juga rasa bersalah yang besar karena harus membuat wanita itu terjaga semalaman karena kondisinya menurun beberapa hari terakhir. Dia semakin sering merasa mual dan nyeri disekujur tubuhnya.
Pagi ini adalah jadwal cuci darah rutin. Dalam seminggu, Jisoo memiliki tiga kali jadwal untuk hemodialisa. Pada kasus Jisoo, ginjalnya sudah tidak berfungsi secara optimal, sehingga tubuhnya sangat membutuhkan terapi hemodialisa untuk menggantikan peran ginjalnya. Biasanya, waktu yang dihabiskan untuk satu kali jadwal hemodialisa sekitar tiga sampai empat jam lamanya, dan itu yang membuat Jisoo merasa tidak enak kepada Mamanya. Dia merasa menjadi beban yang selalu merepotkan dan menyita banyak waktu dan perhatian Mama, walau tidak pernah sekalipun Mamanya mengeluh. Jisoo merasa dirinya gagal menjadi anak laki-laki yang bertanggung jawab dan bisa melindungi Mama dengan kondisi seperti ini.
"Hhhhh, si beban." Gumamnya.
Jisoo melihat teman kecil yang berada di area luar rumah sakit dari kaca jendela untuk mengalihkan pikiran. Memperhatikan pemandangan hijau ditambah bunga-bunga bermekaran, rasanya sedikit menenangkan. Menenangkan karena setidaknya, dia masih diizinkan untuk melihat dunia. Setiap kali ingin tidur, Jisoo selalu khawatir apakah dirinya masih bisa bangun. Ditambah lagi, kondisinya yang semakin hari semakin melemah, walau dokter dan mama selalu meyakinkan bahwa Jisoo masih punya harapan untuk bertahan lama.
Sudah beberapa menit berlalu, Mama tidak kunjung kembali. Jisoo mengambil ponsel dari saku pakaiannya., melihat isi pesan yang masuk, berharap mendapati nama Jennie. Namun, dia tidak menemukan satupun nama gadis itu.
Beneran ngambeknya kali ini.
Padahal, biasanya Jisoo tidak akan ambil pusing apabila Jennie merajuk kepadanya. Sebab, Jisoo tau, Jennie akan segera menghubunginya untuk menanyakan tugas atau meminta bantuan lainnya.
Ponselnya tiba-tiba ramai oleh notifikasi dari grup chat "kapan ngopi?". Tidak seperti biasanya grup itu ramai pada pagi hari. Jisoo sangat mengetahui jam tidur teman-temannya, biasanya mereka tidur pukul lima subuh dan akan bangun pada pukul duabelas sampai satu siang. Sangat aneh rasanya kalau pukul delapan pagi mereka sudah berkoar-koar.
----------
Kapan ngopi?
0812702xxx
Selamat pagi dunia, selamat pagi dunia tipu-tipu,
Selamat pagi Jisoooooo 🌤🌤🌤
Yang bukan Jisoo, gak selamat pagiWINTER
Geli anj lah masih pagiCHAEYOUNG
Pagi Jisoo.Pagi Chaeyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jisoo & Hukum (JenSoo)
RandomCerita dari Novel "Dikta & Hukum" KARYA TULIS DARI "DHIA'AN FARAH" baru selesai baca bukunya, tapi aku ubah nama nya jadi JISoo&Hukum haha update pelan-pelan aja kalo lagi gabut karna aku suka cerita tentang Jensoo jadinya ya gitu lah aku pas baca m...