Jisoo dan Usaha Menjauh

387 56 8
                                    

Jisoo sudah diperbolehkan pulang sejak beberapa hari lalu. Selama istirahat dirumah, Jisoo menghabiskan waktu hanya dengan berbaring dan melakukan olahraga ringan agar kondisi tubuhnya tidak drop lagi.

Tentu, skripsinya terbengkalai, karena jika dipaksa, tulisan tersebut seperti hilang arahnya dan pembahasanpun tidak sesuai dengan judul yang dipilih. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Jisoo sering sekali kehilangan fokus. Dokter pun sudah pernah mengingatkan bahwa gejala itulah yang akan dialami oleh pasien penyakit kronis seperti Jisoo.

"Jisoo mau kemana? Hari ini ada jadwal HD nak." Mama datang ke kamar Jisoo tepat ketika Jisoo sedang bersiap mengenakan hoodie abu-abu.

"Sebentar aja kok Mah. Setengan jam lagi Jisoo pulang."

"Mau kemana sepagi ini?"

"Mau anter Jennie ke sekolah Mah. Udah lama juga gak ketemu dia."

Ada senyum yang terukir dibibir Mama ketika mendengar itu. "Ya udah sana. Mama titip salam ya buat Jennie. Suruh main kerumah kalo ada waktu luang."

Segera Jisoo memposisikan tangan kanan dipinggir pelipis kanan.
"Siap komandan, hahahaha. Ya udah, Jisoo pamit dulu ya Mah," pamit Jisoo, lalu melesat dengan mobilnya.

Sebenarnya, alasan Jisoo memutuskan untuk mengantar Jennie sekolah bukan hanya karena sudah lama tidak bertemu, melainkan dia merasa ada yang beda dengan gadis itu beberapa hari ini yang hanya membalas pesannya dengan singkat. Jisoo juga memperhatikan cuitan cuitan Jennie di media sosial yang isinya menunjukkan bahwa dirinya tidak baik-baik saja.

Beberapa kali Jisoo tanya melalui sebuah pesan, Jennie hanya menjawab, "gak ada apa-apa kak." Dan setelah itu, dia tidak membalas lagi pesan Jisoo.

Tidak butuh waktu lama untuk Jisoo sampai kerumah Jennie, karena hari masih pagi dan keadaan dijalan juga belum terlalu padat.
Dilihatnya tidak ada motor matic milik Lisa disekitar rumah Jennie, menimbulkan kelegaan baginya karena peluang mengantarkan gadis itu kesekolah bertambah.

Belum sempat Jisoo menekan bel rumah Jennie, pintu terbuka lebih dulu. Tampak Jennie sudah rapi dengan seragam batik sekolahnya, sedikit kaget dengan kehadiran Jisoo didepan pintu rumahnya.

"Eh? Ngapain?" Alis hitam Jennie mengerut.

"Mau nganterin bokap lo kerja."

"Oh? Ya udah gue panggil Papi dulu ya." Dengan polos, Jennie hendak masuk lagi, tapi segera Jisoo menarik lengannya.

"Kalo lagi sendiri, terus ada yang nawarin permen, jangan lo terima ya," ucap Jisoo sarkastik, sedangkan Jennie masih saja bengong dengan raut tak mengertinya. "Gue kesini buat nganter lo sekolah lah Jen. Masa nganter bokap lo sih?" Jisoo sudah kesal, tapi Jennie hanya membulatkan bibir.

"Aman kan?" Tanya Jisoo lagi

"Apanya?"

"Cowok lo, mau nganter juga gak? Takutnya kayak kemaren, rebutan nganter lo balik." Bisa Jisoo lihat perubahan ekspresi dari wajah Jennie. Namun, baru kali ini raut Jennie sangat sulit di deskripsikan.

"Kalo mau anter gue, ayo. Keburu telat kalo banyak ngobrol gini."

"Lebay banget, setengah tujuh aja belum ada juga." Jisoo mendahului Jennie yang sudah berjalan agar bisa membukakan pintu mobil untuk gadis itu. Saat Jennie hendak masuk mobil, dengan sigap tangan Jisoo melindungi kepalanya agar tidak terbentur bagian atas pintu mobil.
Setelah dipastikannya Jennie duduk dibangku penumpang  depan dengan aman, Jisoo menutup pintu mobilnya.

"Jen, sabuk pengaman pake," perintah Jisoo ketika sudah masuk ke mobil. Jennie hanya menyahut malas, dan dengan gerakan tak niat mengenakan sabuk pengamannya.

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang