Jisoo dan Semestanya

343 60 20
                                    


Malam ini dikamar Jisoo kembali ramai karena kedatangan teman-temannya secara tiba-tiba. Jisoo tau tabiat anak rantau seperti mereka yang beralasan untuk main, padahal cuma mau numpang mengisi perut.
Dalam sekejap, kamar Jisoo sudah seperti habis diserang angin topan.

"Jadi, lo kemarin ketemu si Iren Seul?" Winter bertanya sambil mengunyah coklat kacang yang diberikan mama Jisoo.

"Iya, bangsul banget tuh temen lo," jawab Seulgi, mendelik kesal ke arah Jisoo yang duduk ditepi ranjangnya sambil melipat kedua tangan.

"Halah, sok-sok marah. Tapi demen kan lo?" Ejek Chaeyoung melemparkan kulit kacang. Jisoo tersenyum sinis mendengar itu.

"Seulgi si Hipokrit," sahut Jisoo membenarkan

"Ya anjir, iya gue ngaku seneng. Tapi, lo gak bisa apa bilang dulu? Seenggaknya, gue bisa mandi dulu. Lo bayangin, gue ketemu Iren, pake baju futsal, sepatu kotor, badan bau abis keringetan, muka kucel. Emang gila lo Kim Jisoo, gak niat bantu lo mah," protes Seulgi

"Ya udah, tapi lo cium gak?" Celetuk Wendy tiba-tiba, dan langsung dihadiahi sebuah pukulan pelan dikepala oleh Jisoo.

"Otak lo tuh, emang udah konslet Wen." Winter ikutan menoyor kepala Wendy. Saat mereka bertiga sibuk dengan Wendy, Chaeyoung memperhatikan Seulgi yang cengengesan mencurigakan.

"Anjir, lo gak bener-bener nyium Iren kan?" Tanya Chaeyoung curiga. Ketiga temannya langsung melemparkan tatapan tajam kepada Seulgi. Seulgi mengusap tengkuknya. "Hehehe, dikit....."

"Anjir, satu tahun gak ketemu, baru ketemu langsung nyosor lo?" Chaeyoung menatapnya dengan tidak percaya.

"NGEGAS BANGET KAYAK PAKE PERTAMAX!" pekik Wendy heboh.

Sementara itu, Jisoo menatap Seulgi tajam. Dia hendak turun dari ranjang dan Seulgi segera menghindar. Berlindung dibalik punggung Chaeyoung.

"Jisoo, serius gue bercanda Ji. Woy, lo liat muka Jisoo serem banget," Seulgi bereaksi dengan panik.

"Apaan sih cupu. Orang gue mau minta tutorial caranya gimana," jawab Jisoo tak terduga. Dia berpindah duduk di lantai bersama yang lain. Semua tertawa mendengar itu.

Jisoo merasa senang, sekarang tidak ada lagi pembatas diantara mereka. Tidak ada lagi topik sensitif yang membuat suasana menjadi canggung. Semua mengalir seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Obrolan dengan manuver tajam sering terjadi saat mereka sedang kumpul begini, yang awalnya membahas soal periode Himpunan, sekarang sudah membahas apakah bumi itu bulat atau datar. Hingga akhirnya, Jisoo membuka pembahasan yang makin serius.

"Eh, tapi lo pada mau nikah gak sih? Gue nanya serius nih, soalnya dari tadi bahasan gak jelas banget. Coba sekarang, gue mau tanya masa depan kalian, kepengen nikah gak?" Tanya Jisoo kepada teman-temannya.

"Ya maulah," respons Seulgi sangat cepat. "Sama lo Ji," tambahnya lagi dengan senyum menggelikan.

"Njir, serius dulu." Jisoo melemparkan kulit kuaci ke arah Seulgi.

"Gue mau," ucap Chaeyoung.

"Gue juga mau pastinya," timpal Winter kemudian.

"Ya udah, aing ikutan mau deh," jawab Wendy paling tidak berpendirian.

"Target nikah kalian umur berapa?" Jisoo bertanya lagi.

Teman-temannya sedang memikirkan jawaban, sembari jemari mereka bergerak seakan sedang memperhitungkan perkiraan. "Tiga puluhan? Sekitar segitu lebih kayaknya. Gue mau fokus jadi jaksa, kalo bisa." Chaeyoung yang pertama menjawab.

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang