Jennie dan Kekhawatirannya

304 54 6
                                    



Jennie berkali-kali menghubungi Seulgi, tapi tidak kunjung mendapat jawaban. Jennie terlihat frustasi, memikirkan kenapa Jisoo tidak membalas pesannya, malah orang lain yang pura-pura menjadi Jisoo.

Saat ini, Jennie kembali bersembunyi di toilet untuk menunggu kabar dari Seulgi. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya ponselnya bergetar. Dia buru-buru mengangkatnya.

"Halo, kak Jisoo mana? Lo janji kan, waktu kemaren, bakal kabarin gue apapun yang terjadi. Kak Jisoo mana?" Todong Jennie langsung.

"Jen, sorry banget, gue baru buka HP."

"Kak Jisoo mana? Please, kasih tau gue dulu, kak Jisoo dimana? Kak Jisoo baik-baik aja kan? Jangan siksa gue kayak gini, please, langsung kasih tau aja apa yang terjadi." Jennie terdengar sangat memohon, suaranya bergetar.

"Sebentar, gue napas dulu ya."

"Asal lo tau, gue disini gak bisa napas mikirin kak Jisoo. Gue kesana sekarang deh." Jennie mulai mendesak.

"Eh, jangan, lo lagi sekolah anjir. Jangan kemana-mana."

"Kak Jisoo mana?" Jennie mengulang pertanyaannya.

"Ada Jen."

"Dimana?!"

"Kondisinya memburuk. Gue gak paham kenapanya Jen. Barusan mama nya dateng, dan gue udah gak bisa masuk lagi. Tadi Wendy yang bales chat lo, disuruh Jisoo pas masih sadar." Seulgi akhirnya menjelaskan. Jennie sendiri mulai merosot kelantai, kakinya terasa lemas.

"Jangan panik ya?" Suara Seulgi terdengar kecil ditelinga Jennie.

"Gue takut.....," lirihnya.

"Gak perlu takut, kita semua kan tau kalo Jisoo itu kuat." Seulgi berusaha menenangkan Jennie, juga dirinya sendiri.

"Gue kesana ya?" Lagi, Jennie meminta izin untuk melihat kondisi Jisoo.

Namun, Seulgi kembali melarang. "Percuma Jen, lo gak boleh masuk." Seulgi juga terdengar sulit untuk bicara, tapi tetap coba untuk mengatakan sesuatu yang bisa membuat Jennie tidak panik. "Tadi, gue sempet ngobrol sama Jisoo. Dia khawatir sama lo yang bentar lagi mau UN. Dia gak mau jadi beban pikiran lo Jen. Jisoo mau lo fokus UN. Jadi, tenang aja ya? Gue disini terus kok, buat jagain Jisoo. Percaya sama gue, Jisoo bakalan baik-baik aja." Setelah mengatakan itu, Seulgi memutuskan sambungan telepon.

Bel pulang sekolah berkumandang tidak lama kemudian. Jennie masih terduduk. Rasanya sama sekali tidak ada tenaga untuknya berdiri. Pikirannya kalut sekali dipenuhi kekhawatiran. Dia masih ditempat persembunyiannya sampai rasanya kakinya sudah mampu untuk melangkah.

Koridor kelas sudah kosong, tidak ada lagi murid yang berkeliaran. Langkah Jennie lemah dan kepalanya tertunduk.

"Jen?" Panggilan itu menghentikan langkahnya. Dia mengangkat kepala, melihat si pemilik suara itu, Lisa.

Lisa mendekat. "Pulang sama aku ya?"

"Nggak Lisa. Makasih," tolak Jennie, tidak ingin bersama siapapun kecuali Jisoo.

Tidak seperti kemarin, Lisa langsung menahan Jennie. "Kali ini aja, gak ada penolakan ya?"

"Nggak usah, aku pulang sendiri aja."

"Kamu nggak bisa pulang sendirian. Apalagi lagi kayak gini. Aku gak bisa lepasin kamu untuk sekarang ini. Jadi, pulang sama aku ya?" Lisa masih menahan Jennie.

"Aku baik-baik aja," sanggah Jennie berbohong.

"Siapapun yang lihat kamu, pasti tau kalo kamu lagi gak baik-baik aja. Please Jen, aku janji gak bakal bahas apapun. Aku cuman mau kamu sampe rumah dengan selamat. Mau ya?" Lisa menatapnya dengan hati-hati, sorot mata Jennie sangat rapuh.

Jisoo & Hukum (JenSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang