Perpustakaan yang tadinya sepi jadi sedikit ramai saat para siswa kelas 3-1 ditugaskan mencari refrensi tambahan untuk tugas essay mereka. Di kursi paling pojok, dekat jendela yang langsung menghadap ke halaman belakang sekolah, Milk dan View duduk berhadapan. Sengaja memilih tempat yang agak sepi agar mereka bisa santai menikmati makanan yang baru saja diselundupkan View.
"Buku yang lo butuhin udah dapet semua?" Tanya View. Roti di tangannya sudah hampir habis, tapi ia kembali mengeluarkan roti lain dari dalam "kantong ajaib" miliknya.
"Kayaknya sih butuh satu lagi. Tapi nyarinya entaran deh, santai dulu." Milk mengambil sekotak jus yang disodorkan View. "Agak ngantuk juga gue rasanya. Semalem abis maraton series sampai tamat."
View menarik ujung rambut Milk, membuat perempuan itu mengaduh. "Lagian lo udah tau besoknya sekolah malah maraton nonton."
"Ya gimana, gue nggak bisa tidur. Gue juga sendirian di rumah."
"Bokap lo ke mana?"
"Lagi dinas ke luar kota. Baliknya baru besok."
"Gue cari buku dulu ya kalau gitu. Jangan tidur lo, ntar kita ketauan lagi bawa makanan ke dalem perpustakaan," kata View mengingatkan.
"Iya iya. Udah sana cari buku, gue tunggu di sini."
Sambil menikmati snack dan minumannya, Milk berusaha untuk terjaga. Sekeras mungkin menyingkirkan rasa kantuk yang menyerang sambil memperhatikan sekitar, takut-takut ada yang melihatnya.
Tapi hal itu hanya bertahan beberapa menit saja. Udara dingin dari pendingin ruangan yang tergantung di atasnya membuatnya semakin nyaman. Dengan roti dan dua bungkus snack di meja, juga sekotak jus di tangannya, Milk terlelap.
*
*
*Samar-samar Milk mendengar suara di sekitarnya. Teringat akan keberadaannya, ia otomatis membuka mata. Hampir saja jatuh dari kursi jika saja ia tak cepat-cepat menahan diri. Betapa terkejutnya ia menemukan Love duduk di hadapannya, menopang wajah dengan sebelah tangan, menatapnya dengan ekspresi datar.
"Tidur di perpustakaan, nyelundupin makanan pula. Udah berlipat-lipat pelanggaran lo," kata Love. Dengan susah payah Milk menelan air liurnya.
"Gu...gue... ini bukan..."
"Bukan punya lo? Tapi gue liat dari tadi lo asik makan juga sama Vi. Artinya ini punya lo juga dong."
Milk hanya diam, ingin membantah tapi barang bukti masih ada di depan mata. Akan sia-sia rasanya membela diri.
"Ambilin buku buat gue."
Dahi Milk langsung mengerut mendengar ucapan Love. "Kenapa nyuruh gue? Ambil sendiri sana. Gue bukan anak buah yang bisa lo suruh seenaknya."
"Oh jadi lo nggak mau? Yaudah terima aja kalau gue laporin ke penjaga perpus. Lo kan murid baru juga, lumayan tuh bisa nambah poin pelanggaran lo." Sambil bersedekap dada, dengan senyum tipis Love menyaksikan wajah Milk yang seketika terlihat takut.
"Lo ngancem gue?" Kata Milk, tak terima ia diperlakukan demikian. Memang ia melakukan pelanggaran, tapi tak adil rasanya ia diperintah dengan ancaman.
"Gue sih cuma menegakkan peraturan sekolah."
"Menegakkan peraturan, lo aja sering ngelanggar aturan," gumam Milk.
"Apa lo bilang?!"
Cepat-cepat Milk menggeleng. "Enggak, gue nggak ngomong apa-apa. Yaudah ayo buku mana yang mau lo ambil."
Milk mengikuti Love ke bagian rak buku yang diinginkan Love. Ia sedikit bingung ketika mendapati tangga kecil yang sudah tersedia di setiap lorong. Padahal bisa saja Love menggunakan tangga itu. Tapi mungkin saja perempuan itu memang sengaja ingin mengerjainya, pikir Milk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity (MilkLoveTu)
FanfictionKetika dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.