Night ride and Late Dinner

2K 293 26
                                    

"Eh kenapa gue dapet B trus lo dapet A?!" Kata View heboh saat melihat lembar essay Milk yang baru saja dibagikan. "Waah nggak bisa dibiarin nih. Lo nyogok ya?!" Tudingnya, membuat Milk tertawa kali ini.

"Udah sukurin aja. B udah bagus kok," sahut Milk.

"Ya emang bagus sih, tapi setidaknya tambahin plus kek. Biar nggak jauh-jauh amat nilai gue dari lo."

"Protes aja sana sama pak Andrew."

"Huh sebel gue. Perasaan di perpus lo ogah-ogahan ngerjainnya, kenapa malah nilai lo yang lebih tinggi."

"Yee... di perpus emang gue keliatan ogah-ogahan, tapi itu kan karena ngantuk. Lo nggak tau aja, pulang sekolah gue ngerjain dengan mengeluarkan seratus persen kemampuan. Perjuangannya berat!"

"Gaya lu pake perjuangan segala. Lain kali gue ngerjain tugas sama lo aja deh kalau gitu, biar nilai gue juga A."

Sambil mendengarkan ocehan teman sebangkunya, Milk mengalihkan tatapan pada Tu yang sedang ngobrol dengan siswa di meja belakangnya. Ia tersenyum saat tatapan mereka bertemu. "Makasi," kata Milk tanpa suara. Tu mengangguk, kembali fokus pada obrolannya.

"Ya nggak?"

Milk menatap View bingung. "Apa?" Tanyanya balik, membuat View mendengus kesal.

"Capek banget gue ngomong nggak lo dengerin. Ngeliatin apa sih lo? Marco ya? Naksir lo sama dia?" Tuding View. Letak meja Marco memang berada di paling depan, sejajar dengan bangku Tu.

"Sorry sorry, lo ngomong sampe mana tadi? Kali ini gue dengerin, serius." Milk membuat tanda peace dengan tangan kanannya.

"Nanti gue ada latihan volly. Gue nanyain lo mau stay di sekolah kaya minggu lalu nggak?"

"Oh boleh, gue temenin lo latihan."

"Yaudah kalau gitu biar gue minta nyokap nggak usah jemput. Gue pulang sama lo aja ya?"

"Siap bos."

*
*
*

Milk menyodorkan handuk pada View, wajah perempuan itu memerah, sudah penuh oleh keringat. Air mineral yang tadi diberikan Milk bahkan langsung habis setengahnya. Tak seperti biasanya, hari ini tim volly latihan di lapangan outdoor. Lapangan indoor sedang digunakan tim basket untuk sparring.

"Lo cetak berapa poin tadi?"

View duduk di rumput, meluruskan kaki sambil menyandarkan punggung di bench. "Berapa ya, lima deh kayanya."

"Ah payah, dikit banget," ejek Milk.

"Yeee baru juga set pertama! Masih ada dua set lagi. Ntar gue cetak dua puluh poin deh."

"Iya deh si paling jago."

"Ngomong-ngomong jago, gue perhatiin lo jago basket. Kenapa nggak gabung tim basket aja sih? Lumayan kan buat nambah aktifitas dan poin keaktifan lo. Daripada cuma nontonin gue latihan terus."

Milk mengedikkan bahu. "Gue masih bingung mau gabung ekskul apa. Kaya nanggung aja gitu cuma setahun di sini." Tepat saat Milk membuka botol kedua untuk View, ia melihat rombongan siswa membawa kanvas berjalan ke arah taman. Tu berada di antara orang-orang itu. "Itu ekskul apa?" Tanya Milk.

View melempar pandangan pada arah yang ditunjuk Milk. "Oh itu anak visual art. Paling lagi nyari objek buat dilukis."

Begitu sesi latihan View kembali dilanjutkan, Milk beranjak dari lapangan, tak sempat mengabari View karena perempuan itu terlihat fokus berlatih. Ia tak mau mengganggu konsentrasi temannya. Jadi sengaja ia tinggalkan tasnya di bench agar View tak mengiranya pulang.

Gravity (MilkLoveTu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang