"Pegangin bentar dong, gue rapihin loker dulu. Full banget perasaan." Milk menyerahkan novel yang baru dibelinya tiga hari lalu itu pada View. Mulai membereskan lokernya yang berantakan dan hampir penuh karena beberapa buku yang tak dibutuhkan lupa ia bawa pulang.
Dengan santai View bersandar di loker miliknya, memperhatikan sahabatnya sambil sesekali membolak-balik lembar demi lembar novel baru itu.
Sebuah foto polaroid terjatuh saat View membuka lembar paling akhir. Dahinya berkerut begitu melihat siapa saja yang ada di foto itu. Setelah memperhatikan lebih lanjut dan memasukkan foto itu ke dalam saku celana olahraganya, View kembali memperhatikan lembar terakhir di novel.
Dalam diam, View memperhatikan punggung Milk yang masih sibuk membereskan loker. Beberapa dugaan tentang sahabatnya selama ini seketika mulai terpecahkan. View tersenyum lebar, sengaja berdeham beberapa kali hingga Milk menoleh.
"Apa?"
Milk melempar tatapan tanya. "Elo yang apa, ham hem ham hem aja dari tadi. Kalau seret minum, bentar lagi pelajaran olahraga mulai. Pingsan lo nanti kehausan."
Senyum View jadi semakin lebar. "Bener juga lo. Gue emang lagi haus. Haus informasi."
Milk terkekeh. "Udah kaya wartawan gosip aja lo."
Dari lokernya, View berpindah pada loker di samping Milk. "Kayaknya gue udah tau deh jawaban dari pertanyaan gue selama ini."
"Tentang?"
"Tentang siapa yang sebenernya lo taksir."
Milk memutar bola mata malas, View tak pernah ada habisnya membahas masalah ini. "Kalau lo mau bilang Mar—"
"Ternyata bukan Marco." View memotong ucapan Milk. "Gue pikir lo naksir Marco karena lo keliatan nyaman sama dia. Dia juga sering ngajak lo hangout. Di kelas gue sering ngeliat lo ngelamun sambil natap seseorang yang duduk di bagian depan."
Milk menutup lokernya, bersandar di sana sambil bersedekap dada. Tersenyum miring pada View, seolah menantang sahabatnya itu untuk mengatakan jawaban yang benar.
"Tontawan, kan? Tu orang yang selama ini selalu lo perhatiin di kelas."
Milk diam sesaat sebelum terkekeh. "Ngaco, lo. Di kelas gue cuma sering ngelamun aja, nggak merhatiin siapa-siapa. Mana mungkin gue naksir sama Tu."
"Oh gitu." View tersenyum, membuka lembar terakhir pada Novel. "Trus coretan-coretan nama Tu di sini buat apa? Emang ada Tontawan lain yang lo kenal selain yang di kelas kita?"
Senyum Milk luntur seketika. "Gu...gue cuma-"
"Diihhhh merah gitu muka lo hahaha bener kan tebakan gue!"
Milk langsung merebut novel miliknya dari tangan View, memasukkannya ke dalam loker. "Lo salah paham, Vi."
"Percuma lo sembunyiin itu novel, gue punya bukti yang lebih kuat dan akurat seratus persen." View menunjukkan foto yang baru saja ia keluarkan dari dalam saku ke depan wajah Milk. "Elo, Tu sama Raymond keliatan bahagia banget di foto ini. Keren juga ya gerilya lo. Di sekolah pura-pura jadi temen biasa, di luar sekolah udah sampe tahap perkenalan adik ipar. Gue aja tiap belajar kelompok ke rumah Tu mentok diajak ke gazebo atau di living room doang. Ini lo udah sampe kamar. Udah deket banget dong berarti." Tawa View meledak akhirnya, tak tahan melihat wajah Milk yang memerah karena malu.
"Sialan lo. Balikin foto gue sini!" Milk berusaha merebut fotonya dari tangan View, tapi pergerakan sahabatnya itu lebih cepat darinya.
"Cieee Milk naksir Tu cieeee!!"
Dengan panik, Milk berusaha merebut fotonya, sesekali melihat sekitar, takut ada yang melihat atau mendengar ejekan View. "Viii balikin cepet!"
"Entar dulu, gue masi belum puas liat foto kel—" ucapan View terpotong saat ia tak sengaja menabrak seseorang. Foto itu jatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity (MilkLoveTu)
FanfictionKetika dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.