"Eh mau ke mana lo?" View menahan tangan Milk yang hendak beranjak dari kursi. "Bentar lagi pelajaran terakhir mulai, entar lo telat lagi. Mana gurunya killer."
"Mau ke toilet bentar doang. Nggak sampe lima menit paling udah balik."
"Jangan lama-lama!"
"Iya. Ngapain juga gue lama-lama di toilet."
Milk meninggalkan View di bangku taman. Ia segera mencari toilet terdekat agar lebih cepat, takut jika terlambat. Guru musik mereka memang asyik saat mengajar, tapi paling tak bisa menoleransi keterlambatan. Bahkan saat Milk pertama kali menghadiri kelas musik dulu, salah seorang teman kelasnya tak diizinkan masuk karena terlambat dua menit.
Langkah Milk terhenti begitu pintu toilet terbuka dari dalam. Tu baru saja keluar dari sana. Ia sempat ingin menahan perempuan itu, tapi niat itu ia urungkan saat menyadari Tu yang terlihat kesal. Tak mau perempuan itu semakin kesal dengan keberadaannya.
Milk masuk ke dalam toilet. Ia sedikit bingung saat menemukan Love di sana. Berdiri di depan cermin besar dengan ekspresi tak jauh beda dari Tu. Perempuan itu terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan Milk.
Melihat seluruh bilik toilet, Milk tak mendapati seorangpun di sana. Artinya hanya ada Love dan Tu di ruangan ini sejak tadi. Milk coba menghiraukan Love dan masuk ke dalam salah satu bilik. Menepis pikiran mengenai kedua perempuan itu. Ia tau hubungan keduanya tak baik, tapi tak tau persis bagaimana.
Begitu keluar, Love ternyata masih di tempat yang sama. Dengan perasaan bingung, Milk mengambil tisu yang disodorkan Love. Posisinya memang membuat Milk terhalang mengambil tisu yang tergantung di tembok, tapi perempuan itu tak sedikitpun bergeser dari sana. Tak mungkin Love sengaja menunggunya, kan? Pikir Milk.
Bel berbunyi tepat saat Milk selesai mengeringkan tangan.
"Love!" Milk menahan Love yang akan keluar dari toilet. "Jangan keluar dulu."
"Kenapa?"
Milk tersenyum canggung. "I think you got period." Milk menarik Love kembali ke depan cermin, meminta perempuan itu berputar agar bisa melihat bercak merah di bagian belakang roknya.
"Oh my... fuck!!! Kenapa harus sekarang sih?!!!" Love berteriak kesal.
"Gu... gue duluan ya?" Dengan ragu Milk bertanya. Ia meringis saat Love langsung memberinya tatapan tak percaya. Perempuan itu terlihat kesal.
"Lo serius mau ninggalin gue dengan keadaan begini? Like.. hello... di mana rasa peduli lo terhadap sesama perempuan?!"
Milk menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. "Ya gimana... bukannya gue nggak mau nolong, tapi kan lo tau sendiri pak Erik galak banget kalau soal telat."
"Ya itu bukan alasan lo ninggalin gue dong!"
Milk berdecak kesal. "Masalahnya kalau lo yang telat paling cuma dimarahin. Kalau gue yang telat, langsung diusir! Dapet poin pelanggaran dong gue nanti."
"Terserah. Gue nggak mau tau, pokoknya lo nggak boleh ninggalin gue."
"Tap—"
"Nggak ada tapi! Sekarang tugas lo balik ke kelas, ambil kartu akses di tas gue, trus ke loker ambil rok ganti sama pembalut buat gue."
"Kalau gitu gue ke ruang musik bentar ya? Mau izin dulu sama pak Erik biar dia tau—"
"Oh my God, Pansa! Can you just do what I said? Ruang musik ada di lantai tiga gedung paling ujung, kalau lo ke sana dulu nanti gue kelamaan nunggu!"
Walau dengan perasaan kesal luar biasa, Milk mengikuti ucapan Love. Kelas sudah kosong, jelas seluruh teman kelasnya ada di ruang musik sekarang. Milk mengambil kartu akses milik Love dari dalam tas, lalu berjalan cepat ke loker untuk mengambil rok ganti milik Love.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity (MilkLoveTu)
FanfictionKetika dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.