The Dreamers

1.4K 206 101
                                    

"Aduh beneran telat kan kita. Harusnya gue nggak dengerin lo tadi," kata Milk kesal.

"Ya mana gue tau kita jadi kebablasan!" View tak terima disalahkan. Ide untuk tidur di perpustakaan memang dari View, tapi Milk terlihat antusias saat menyetujui usul itu.

Keduanya berlari sekencang mungkin, berharap lebih dulu sampai kelas dari guru yang akan mengajar di kelas mereka. Dengan napas terengah keduanya berhenti di depan pintu kelas yang sudah tertutup. Kini mereka saling tatap, meminta satu sama lain membuka pintu. Hal itu terjadi beberapa saat hingga View gemas, akhirnya ia beranikan diri membuka pintu.

"Ehehe bu." View tersenyum canggung pada bu Meta yang bersedekap dada seraya menatapnya datar. Ia menarik tangan Milk yang masih di luar pintu. "Emm kami masih boleh ikut pelajaran ibu, kan?" Dengan ragu View bertanya.

Seluruh pasang mata kini mengarah pada keduanya. Milk semakin tegang karena takut poin pelanggarannya bertambah jika mereka tak berhasil membujuk bu Meta.

"Boleh."

Milk dan View seketika mengembuskan napas lega. Keduanya tersenyum lebar.

"Tapi kasitau dulu alasan kalian terlambat."

Senyum itu hilang, kini terganti oleh rasa panik. Dari ekor matanya, Milk bisa melihat View terdiam, barangkali sedang memikirkan alasan apa yang tepat agar bu Meta mengizinkan mereka ikut belajar.

"Milk sembelit bu." "Vi diare bu."

Milk dan View lantas saling memandang, terkejut dengan jawaban masing-masing. Dari banyaknya alasan yang lebih "elegan", mengapa keduanya kompak berbohong dengan alasan yang memalukan. Suara kekehan mulai terdengar dari beberapa teman kelas. Wajah Milk mulai terasa panas karena menahan malu.

"Jadi mana yang bener?" Tanya bu Meta.

"Dua-duanya bener, bu." View menyahuti.

"Kompak banget kalian sampe sakit perut aja barengan. Jadi kalian di kamar mandi sambil sakit perut sekalian ngobrol gitu? Makanya jadi lama?"

Ucapan bu Meta sontak membuat seisi kelas tertawa. Bahkan Tu yang jarang tertawa oleh lelucon apapun, kini tertawa begitu lepas. Wajah Milk dan View semakin merah karena malu.

"Saya izinin kalian ikut belajar, tapi nanti selesai jam saya kalian karus bersihin kelas."

View tersenyum. "Makasih bu. Ibu tenang aja kalau soal bersih-bersih, nanti saya yang bagian nyapu, Milk bagian bersihin jendela. Itu hobi dan spesialisasi dia."

*
*
*

Di menit-menit akhir jam pelajaran, bu Meta mengumumkan tugas kelompok. Milk mengerang dalam hati, takut apa yang tak diinginkan terjadi. Ia berharap kali ini bisa memilih anggota kelompok, namun tentu saja nasib tak berpihak padanya. Bu Meta mengeluarkan kotak berisi bola-bola yang sudah diberi nomor, yang nantinya akan diambil satu persatu oleh seluruh siswa.

Saat Milk mengamati ruangan, matanya tertuju pada dua wajah, Love dan Tu. Jika teman-teman kelasnya yang lain berharap bisa satu kelompok dengan dua perempuan itu, maka tidak dengan Milk. Ia lebih baik mendapat nilai pas-pasan daripada harus berada pada ruangan yang sama dengan keduanya.

Bu Meta bertepuk tangan, menyadarkan Milk dari lamunannya. "Okay class! Hari ini kita akan membentuk kelompok untuk tugas minggu depan. Kalian akan bekerja dalam kelompok yang terdiri dari tiga orang, dan saya harap kalian bisa mengerjakan tugas ini dengan maksimal."

Gravity (MilkLoveTu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang