The Date

1.3K 203 78
                                    

Milk berjalan menyusuri lorong, matanya mengamati kerumunan siswa yang bergegas ke kelas karena sebentar lagi bel berbunyi. Ia mencari seseorang. Seseorang yang membuatnya tak bisa fokus seminggu terakhir setelah kejadian tak terduga itu.

Ciuman itu, ciuman yang terasa lembut dan halus, tetapi membuat Milk merinding. Pikirannya kosong seketika. Namun kini, saat berjalan melewati lorong, Milk tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya mengapa Love menghindarinya.

Sebelum kejadian itu, mungkin Milk tak akan peduli jika Love menghindarinya atau tidak, karena memang mereka jarang berinteraksi di sekolah. Tapi apa yang terjadi beberapa hari lalu benar-benar membuat Milk tak bisa mengabaikan keberadaan Love di sekitarnya.

Saat makan siang, Milk memutuskan untuk menemui Love, berniat untuk menuntaskan rasa penasarannya. Ia mengamati setiap sudut kantin, mencari rambut cokelat Love yang bergelombang. Ketika akhirnya ia melihatnya, duduk di meja bersama dengan Prim dan Ciize, Milk sengaja menunggu momen saat kedua perempuan itu meninggalkan Love sendiri.

"Hei," kata Milk, mencoba terdengar santai.

Love mendongak, mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Matanya menatap Milk sejenak sebelum menjatuhkan kembali pandangannya pada ponsel.

Milk merasakan sedikit kekecewaan. Sebetulnya, jika melihat sikap Love akhir-akhir ini, ia sudah menduga hal ini akan terjadi. "Lo ngindarin gue."

Love mengedikkan bahu, tak mau menatap Milk. "Perasaan lo aja."

Dalam keheningan yang canggung, Milk tak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apa yang telah terjadi. Apakah Love menyesal menciumnya? Apakah dia malu karenanya? Pikiran Milk dipenuhi dengan berbagai pertanyaan yang rasanya akan sulit mendapat jawaban jika melihat sikap Love sekarang.

Saat Prim dan Ciize terlihat berjalan ke arah meja mereka, Milk berdiri, merasa frustrasi dan bingung. "I'll talk to you later," katanya.

Love mengangguk, tapi masih tak mau menatapnya.

Jam olahraga segera dimulai, Milk memutuskan untuk mengambil kesempatan di waktu yang tersisa untuk menemui Love. Ia menunggu Love di lokernya, berharap perempuan itu mau berbicara karena tak ada orang lain di sana.

"Love, tunggu," kata Milk, menahan perempuan itu saat terlihat hendak menghindarinya. "Kita perlu bicara."

Love tak menjawab, tapi ia diam kali ini, membiarkan Milk melanjutkan kalimatnya.

Milk menarik napas dalam-dalam, mencoba memilih kata yang tepat dengan hati-hati. "Gue tau lo ngindarin gue belakangan ini. Gue cuma mau tau kenapa. Apa terjadi sesuatu setelah... setelah kejadian di kamar lo?"

Mata Love melirik ke arah lain, dan sesaat, Milk merasa melihat siratan rasa bersalah di sana. Namun, Love kembali memasang ekspresi datar, ia mengedikkan bahu. "Gue cuma butuh space, okay?"

Dengan itu Milk membiarkan Love pergi, meninggalkannya dengan segala pertanyaan yang belum satupun terjawab.

*
*
*

Milk duduk di bangku taman, menatap kosong buku di depannya, membolak-balik setiap halaman, pikirannya melayang jauh.

"Dicariin dari tadi, malah bengong di sini," kata View, ia duduk di samping Milk.

"Lagi belajar," sahut Milk, menunjuk buku di pangkuannya.

"Oh ya? Waduh jenius banget temen gue. Saking jeniusnya bisa baca buku kebalik gini."

Mata Milk berkedip berkali-kali, tawa View sudah pecah saat ia menyadari posisi buku yang terbalik. Milk mendengus kesal melihat View yang terlihat begitu puas menertawakan kebodohannya.

Gravity (MilkLoveTu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang