The reason why I write story about MilkLove karena di wattpad masih jarang banget cerita tentang mereka. Selain akting dan seriesnya yang bagus banget, I also love their chemistry inside and outside work. kalau kebetulan kalian baca cerita ini, jangan lupa di-share ya. Share di platform atau sosial media lain yang kalian gunain juga biar lebih banyak yang tau cerita ini. Thank you, enjoy the story!
Regards
Blue 💙____________________________
Milk terlihat bingung saat mendapati sebuah paper bag di dalam lokernya. Ia buka paper bag itu, menemukan jaketnya di sana. Seketika Love muncul di benaknya. Siapa lagi yang bisa mengakses loker selain dirinya. Tentu saja perempuan itu meminta akses pada staff sekolah agar bisa membuka loker milik Milk. Padahal ia bisa saja mengembalikan jaket itu secara langsung pada Milk. Tapi Milk justru bersyukur, ia jadi tak harus berinteraksi dengan perempuan angkuh itu.
"Lo bawa apaan tuh?" Terkejut, Milk berbalik dan mendapati View di sampingnya.
Ia buru-buru kembali memasukkan jaket itu ke dalam lokernya. "Cuma jaket, biar nggak masuk angin naik motornya."
View mengangguk, merangkul bahu teman sebangkunya itu dan segera meninggalkan area loker. Bel jam pelajaran pertama sebentar lagi berbunyi.
Saat hendak masuk kelas, dari arah berlawanan Tu berjalan. "Pagi ketua kelas," sapa View.
"Pagi, Vi," sapanya balik dengan senyum, tapi senyum itu hilang seketika begitu tatapan matanya bertemu dengan Milk.
"Sialan, kok dia senyum ke elo, giliran gue yang senyum dia malah buang muka," kesal Milk.
View tertawa, menepuk-nepuk bahu Milk. "Itu artinya lo belum kenal dia secara layak."
"Layak gimana maksud lo?"
"Ya lo belum kenal begitu baik. Kalau gue kan udah kenal dari jaman SMP sama dia."
"Ya gimana mau kenal baik kalau dianya aja jutek gitu. Baru disenyumin udah buang muka. Gue ajak ngobrol ditabok kali gue. Kayaknya bakal sulit mulai sesuatu sama dia, bahkan obrolan sekalipun."
Lagi-lagi View tertawa. "Ya lo cari caralah biar bisa kenal baik sama dia."
Milk menatap lama punggung Tu yang sedang menjelaskan sesuatu pada teman sebangkunya. Ia kemudian mengalihkan tatapan pada View. "Caranya?"
*
*
*Milk mengembuskan napas berat saat mendengar dirinya satu tim dengan Love. Padahal ia berharap satu kelompok dengan View, atau siapapun di kelasnya selain Love. Guru olahraga membuat kelompok secara acak, tak ada yang bisa memilih dengan siapa mereka satu tim.
"Pengambilan nilai shooting bola ke dalam ring sebanyak sepuluh kali. Satu kali masuk nilainya satu point. Silahkan gabung dengan pasangan kalian, saya beri waktu latihan tiga puluh menit."
Dari jauh Milk sudah melihat Love memasang wajah malas, membuatnya semakin malas dengan perempuan itu. Milk mengambil dua bola basket dari keranjang, menghampiri Love yang sedang bersedekap dada di ujung lapangan.
"Ayo latihan," kata Milk. Love memutar bola mata malas, tapi mengikuti Milk ke dekat ring. "Lo bisa basic basket nggak?" Tanya Milk.
"Gue nggak suka olahraga," jawab Love malas.
"Yang gue tanyain lo bisa basic basket apa enggak."
"Ya menurut lo aja, kalau olahraga aja gue nggak suka, apalagi bisa basic basket."
"Kita harus dapet poin seenggaknya tujuh. Gue nggak mau nilai gue jadi jelek gara-gara lo," kata Milk.
Love yang mendengar itu terlihat kesal. "Lo pikir gue mau satu tim sama lo? Enggak ya!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity (MilkLoveTu)
Fiksi PenggemarKetika dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.