Thank you for everyone who's share this story on social media without being asked. Let's keep support our girls. Make some noise for them as loud as you can, because they deserve the world 🙌🏻
________________________________Siang ini terasa lebih panas dari hari-hari sebelumnya. Milk dan View yang biasanya duduk di taman saat waktu istrirahat, kini memilih diam di kantin, menikmati minuman dingin sambil menunggu gerai-gerai makanan di kantin sedikit lenggang.
"Nggak ada bangku kosong lagi."
Milk dan View mendongak, mendapati Tu berdiri dengan minuman dan sebungkus sandwich di tangan. Keduanya otomatis bergeser, memberi ruang untuk Tu duduk.
"Lo pindah ke sebelah aja deh Vi, biar gue sama Tu duduk di sini."
View mendengus kesal, tapi tetap pindah ke bangku sebelah. Kini mereka duduk berhadapan.
"Kalian nggak makan?" Tu bertanya, mulai menikmati makanannya.
"Nunggu agak sepi dulu, males antreannya panjang banget. Kamu...." Milk menghentikan kalimat saat mendapati View menahan senyum dari ujung matanya. "Lo duluan aja Tu," lanjutnya. Ia tak mau memberi bahan baru untuk View mengejeknya.
Sejak kejadian di loker, ejekan View pada Milk semakin menjadi. Kadang, View sengaja mengerjainya agar ia dan Tu bisa berada dalam tempat dan waktu yang sama, tanpa sepengetahuannya.
Seperti minggu lalu, saat View sengaja memberitau Tu mengenai Milk yang ingin ditemani ke toko buku untuk mencari refrensi tambahan tugas. Milk bingung saat Tu tiba-tiba datang ke area parkir motor, meminta helm dan memerintahkan Milk agar mereka segera berangkat ke toko buku. Ia ikuti saja apa yang dikatakan perempuan itu. Sehari setelahnya, View datang ke rumah Milk, memberitaunya bahwa apa yang terjadi kemarin adalah rencananya. Di satu sisi Milk kesal karena View mengerjainya, tapi di sisi lain ia senang karena bisa menghabiskan waktu dengan Tu.
"Tu, novel yang sampulnya item itu punya lo ya? Itu tuh yang akhir-akhir ini sering dibawa Milk."
Pertanyaan View membuat Milk menoleh cepat. Memberi tatapan peringatan untuk temannya itu.
"Bukan. Emang kenapa?"
"Oh... kirain punya lo. Soalnya—"
"Soalnya buku lo kan banyak, jadi Vi pikir gue minjem buku lo." Milk dengan cepat memotong ucapan View yang kini meringis karena di bawah meja, kakinya diinjak oleh Milk.
Milk menatap View dengan mata memicing, ia tau perempuan itu pasti akan membahas kejadian di loker. Tentang foto, juga mengenai tulisan nama Tu di lembar terakhir novel. Itu sebabnya ia sengaja memancing Tu dengan pertanyaan.
Di tengah obrolan santai ketiganya, Love, Prim dan Ciize masuk ke dalam area kantin. Sontak beberapa pasang mata langsung mengarah pada mereka—termasuk Milk dan View. Tiba-tiba saja Milk merasa gugup saat ketiganya mendekat ke arahnya.
"Gabung sini ya? Udah nggak ada tempat kosong lagi," kata Ciize, menunjuk seluruh meja kantin yang penuh.
Milk mengangguk, berusaha memaksakan senyum. Dari ekor matanya, ia bisa melihat Tu yang terlihat tak acuh, fokus pada makanannya. Tubuh Milk tiba-tiba menegang saat Prim dan Ciize duduk di sebelah View. Love masih berdiri, dan satu-satunya kursi yang kosong ada di sebelahnya. Kini Milk merutuki dirinya karena meminta View berpindah tempat tadi.
Ciize meletakkan kartu aksesnya ke atas meja. "Get everything you want, guys. It's on me," katanya.
"Lo ulang tahun?" Tanya View.
"Enggak. Lagi banyak duit aja dia. Kemarin dikasi banyak sama bokapnya gara-gara nilainya naik," sahut Prim. Ciize tertawa, membenarkan ucapan Prim.
"Jadi boleh apa aja nih?" View memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gravity (MilkLoveTu)
FanfictionKetika dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit.