11

281 10 0
                                    

Dipagi yang cerah ini terlihat seorang gadis yang masih membungkus tubuh mungilnya dengan selimut tebal sembari mengemut ibu jari kebiasaannya sedari kecil

Duk Duk Duk duarrrr

"SELVII BANGUNN NANTI TELAT UDAH SIANG INII UDAH DITUNGGUIN COWO KAMU INIII" teriak sang bunda dari luar kamar sembari menggedor-gedor pintu dengan brutal

Sebelum itu dibawah terdapat seorang pria tampan dengan wajah datar khasnya

Tok
Tok
Tok

"Iya siapa ya?" Ucap bunda sembari membuka pintu untuk melihat siapa tamu yang datang dipagi-pagi buta ini

"Pagi Tante" salam pria itu sembari mencium tangan dengan sopan

"Pagi, cari siapa ya?"

"Selvi nya ada tan?"

"Ada masih tidur yuk masuk-masuk"

Selepas masuk dirinya disuguhkan dengan sang kepala keluarga yang sedang bersandar dipunggung sofa sembari memakai kacamata kerjanya yang membuat dirinya semakin tamvan walaupun umur sudah kepala empat

"Siapa bund" tanya sang ayah sembari meletakkan berkas-berkas yang ia periksa sedari tadi"

"Temen Kaka"

"Yuk duduk dulu yuk Tante bangunin kakak dulu"

"Terimakasih tan"

Sepeninggalan sang bunda ruangan yang sunyi kini mendadak lebih sunyi, sedangkan sang ayah hanya diam sembari memerhatikan dirinya sedari tadi

"Dari kapan temenan sama anak saya?" ucap ayah sembari menyesap kopi yang terkesan horor

"SMP om" singkatnya

"Temen anak saya?"

"Bukan"

"Trus?"

"Pacar"

Mendengar jawaban pemuda didepannya ini sang ayah membulatkan matanya kaget, pacar? Sejak kapan putrinya ini memiliki pacar pemberani seperti ini? Pikirnya. Karna setiap putrinya membawa pulang pacarnya mungkin mereka akan bergetar ketakutan ketika di interogasi yang berakhir putus, kecuali pemuda didepannya ini dan mantan pacar putrinya yang dahulu yang putus karena perselingkuhan

"Sejak kapan dirimu menjelma menjadi pacar putri saya?" ucap ayah yang masih mempertahankan ekspresi ketidak sukaannya

"Hari ini atau dulu?"

"Maksudnya dulu?"

"Dulu SMP dan kemarin balikan" singkat Ferdy dengan tampang yang sangat santai seolah-olah dirinya sedang berada dirumahnya sendiri, sembari menyandarkan punggung kekarnya ke kepala sofa

"Bisa ngak kalo ngomong panjangan dikit?" Ujar ayah dengan memijat pelipisnya tak habis pikir dengan pemuda didepannya ini

"Dari lahir udah kaya gini om" jawabnya dengan lebih santai sembari mengangkat satu kakinya dan ditaruh diatas pangkuan kaki satunya

"Oke-oke kamu lolos, nama ?"

"Ferdy"

"Yang lengkap dong Jamal jangan sampe kepala kamu saya lempar gelas teh ini" ancam ayah dengan wajah yang sangat gregetan

"Ferdy Umbara Medison Mexwert"

"Loh anaknya Gerald?"

"Iya"

"Kok beda ayahmu gak se datar ini, ibumu juga? Bahkan om pernah ketemu adikmu dia banyak ngomong,  apakah dirimu anak yang tertukar?" gumam sang ayah dengan alis berkerut

"Dari rahim memang sudah begini om, saya waktu lomba dirahim mama saya aja, yang lain pada lari saya masih ngopi" jawabnya enteng yang dihadiahi gelak tawa ayah Selvi

"Bisa aja kamu"

Tap
Tap
Tap

Suara langkah kaki terdengar begitu cepat ditelinga mereka bahkan sangat cepat

"Hati-hati nanti jat-"

Dughh BRUKK

"Tuhh" lanjut sang ayah dengan wajah cengo

Belum sempat sang ayah menyelesaikan kalimatnya Selvi kini sudah jatuh terduduk tepat diatas pangkuan sang kekasih, sebelum gadis kecilnya itu jatuh tersungkur Ferdy dengan cepat menarik tangannya dan mengakibatkan keduanya jatuh diatas sofa

"Ceroboh" cetus Ferdy dengan mata tajam yang

"Hehehe maaf buru-buru tadi kesiangan" cengirnya tanpa bersalah

Tuckkk

"Jangan diulangi, bahaya" ucap Ferdy setelah menyentil kecil jidat mulus gadisnya itu, sedangkan yang disentil hanya memanyunkan bibirnya kedepan

"Ehem masih ada orang tua loh disini" sindir sang ayah yang mengamati mereka berdua dari tadi

"Lohhh kapan ayah disitu?" Cetus Selvi dengan tak berdosanya

"AYAHHHHHHH, Kaka berangkat duluu" teriaknya diambang pintu dengan kepala yang menyembul kedalam

"Adekmu sekalian bawa ayah ga bisa ngantar ini" ucap bunda sembari menenteng tas Spiderman sang bungsu. Walaupun ia perempuan tapi Spiderman is number one

"Bentar bund"

"Lo bawa motor apaan?" tanya Selvi yang hafal dengan kebiasaan dirinya yang suka memakai motor besarnya

"Vario"

"Tumben"

"Mau lo gue ajak naik moge gue"

"Hehehe canda ih sensi amat mas"

"Dah yukkk cil, berangkat" ucap Selvi sembari menarik tas belakang sang adik yang membuat dirinya berjalan terseok-seok

"Lepacin ihh yunda bica jalan cendili" berontaknya sembari memegang kedua sisi tasnya dan berjalan dengan anggun

"Busett, Kaka pamit ya bund" ucap ku sembari mencium tangan sang bunda yang diikuti oleh Ferdy dibelakangnya

"Hati-hati"

Setelah sampai di TK. Kusuma Bangsa, dirinya pun mengantarkan sang adik sampai didepan kelasnya, memastikan bahwa adik rusuhnya itu baik-baik saja

"Belajar yang pinter cil jangan nakal, kaka tinggal dulu"

"He'emm dada Kaka, Abang" ucapnya sembari berlalu masuk dengan menendang pintu kelas yang membuat semua temannya terkejut bukan main, mereka yang melihat bocah yang dia antar bertingkah demikian pun mengangga dibuatnya

"Itu baru adek gue" lirih Selvi dengan tersenyum bangga

"Yoklah,let's gooo" ucap Selvi sembari berjalan riang kearah motor gagah pacarnya itu

"Pegangan, nanti jatoh nangis" titahnya sebelum menjalankan laju motornya

"Woke, let's gooo sayang"

PLAKK

Semangat Selvi sembari mengeplak helm yang Ferdy pakai, yang membuat dirinya menahan kekesalannya

"Sakit sayang dikira ga sakit apa" dumelnya dengan mengelus kepalanya yang terbungkus helm

Brum ckittt

Dengan sengaja Ferdy pun mengegas dan mengerem motornya yang membuat Selvi terlonjak kaget bahkan badannya menempel sempurna dipungung tegap pacarnya itu

"Anjing, modus Lo kampungan tau gak" seru Selvi dengan mengerutu sepanjang jalan

SELFERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang