Bab 10 :: Bala Bantuan

29 7 0
                                    

Handojo segera menghubungi salah satu temannya yang pernah berhubungan dengan orang ini, meminta kontak. Beberapa saat setelahnya, Handojo menghubungi orang itu dengan menceritakan segala permasalahan yang ada di rumahnya.

Orang itu namanya Saras, Handojo ingat saat salah satu temannya pernah mendapatkan teror di rumah baru, dia menghubungi Saras untuk membantu mengatasi teror mistis. Awalnya Handojo tidak percaya, sebab dari awal memang ia orang yang cukup skeptis dengan adanya kejadian mistis. Logikanya selalu bermain ketika teman-temannya atau pekerja-pekerjanya menceritakan kejadian-kejadian aneh yang pernah mereka alami.

Hingga sampai saat ini, di mana Handojo benar-benar mempercayai adanya dunia yang diisi makhluk-makhluk seperti itu, Handojo percaya kalau mereka memang bersinggungan dengan dunia manusia. Apalagi sejak Noni Belanda itu selalu menghantui keluarganya.

Alasan terbesar mengapa akhirnya Handojo mau menghubungi Saras adalah karena menurutnya bantuan Saras mungkin akan lebih bisa mengatasi segala macam gangguan ini. Bukan berarti Handojo tidak mempercayai Ustadz Mahsyur yang membantu mereka meredakan gangguan setan kemarin, tapi Handojo membutuhkan seseorang yang lebih handal dalam bidang ini. Dan nama Saras muncul begitu saja setelah sebelumnya ia berharap bantuan Ustadz Mahsyur sudah cukup. Terbukti bukan, rumah mereka aman selama beberapa hari belakangan. Namun, entah mengapa sekarang malah kembali. Ia yakin ini ada hubungannya dengan permintaan si Noni yang tidak pernah Handojo anggap serius itu.

"Gimana, Mas?" Hana sudah tahu ceritanya. Ia juga telah mendengarkan cerita Renata, saat kejadian di kamar dan juga di sekolah.

Hana juga berperan penting dalam mendorong Handojo untuk segera menghubungi Saras. Setelah sebelumnya Handojo sempat ragu Saras akan membantunya.

Secara, Saras hanyalah orang yang pernah diceritakan temannya. Ia tidak pernah bertemu Saras dan bahkan tidak mengenalnya. Mereka berdua sama sekali tidak pernah berhubungan secara langsung.

Namun, saat mencoba menghubungi Saras tadi, ia memang tidak mendapat jawaban pasti, karena Saras bilang ia akan mencoba memantau rumah Handojo dari tempatnya berada. Handojo mengiyakan saja meskipun ia tidak bisa percaya sepenuhnya.

"Katanya mau dipantau dulu dari sana. Nanti kalau memang ada perkembangan, semoga Saras mau datang ke sini langsung. Mas nggak masalah bayar mahal asal rumah ini aman."

Hana setuju. Saat ia tahu berapa tarif Saras dalam membantu temannya, Hana terkejut. Namun, mengetahui kalau Saras memang ahli di bidang supranatural seperti ini, Hana tidak masalah asalkan mereka tidak lagi menganggu keluarganya. Mereka hanya butuh itu untuk sekarang.

"Mulai malam ini sampai Saras menghubungi lagi, kita tidur di kamar utama, ya. Renata nggak boleh kembali ke kamar kalau nggak ada yang nemenin. Kamar kamu memang tempatnya, Ren." Renata mengangguk. Jelas ia tidak mau kembali ke kamarnya jika Hana tidak menemani. Ia sangat takut karena si Noni sudah mulai mengganggu kehidupannya.

***

Jam menunjukkan pukul 9 malam. Handojo beserta seluruh keluarganya berada di kamar utama. Untung saja kamar utama mereka cukup luas hingga bisa menampung lima orang sekaligus. Hana belum tidur, ia menemani Handojo menunggu balasan dari Saras. Sedangkan Renata dan anak-anaknya sudah tertidur pulas.

"Mas cerita ke Mas Bram?" Bram adalah teman baik Handojo yang pernah mengalami kejadian serupa.

"Sudah. Bram bilang emang sebaiknya kita konsultasi ke Saras. Gangguan di rumah ini jauh lebih serem dibanding gangguan di rumah Bram. Masalah harga, Mas nggak masalah kita nyongkel sedikit uang sisa kemarin. Yang penting rumah ini aman."

"Aku nggak masalah, Mas. Daripada hidup seperti ini terus menerus. Yang ada stress berkepanjangan aku, Mas. Anak-anak juga jangan sampe kena. Kasihan mereka masih kecil tapi harus lihat hal-hal seram yang orang dewasa seperti kita aja takut lihatnya."

Handojo mengangguk. Lalu merengkuh sang istri dalam pelukan. Pada saat-saat seperti ini memang ia sangat membutuhkan support dari orang terdekat.

Beberapa saat kemudian, suara dering telepon terdengar. Saras menelfonnya. Handojo segera mengangkatnya sembari memperbesar volume, ia ingin istrinya juga mendengar.

"Halo, Mas Han?"

"Iya, Saras? Jadi gimana?"

"Aku sudah lihat sekilas flashback rumahnya. Sepertinya ada sesuatu yang belum selesai di sana. Dari cerita Mas Han, aku tangkap dia memang menunggu keluarga Mas datang. Memang ada sesuatu yang belum selesai yang harus Mas Han kerjakan tapi aku nggak bisa tahu lebih lanjut sebelum datang ke sana langsung. Jadi, subuh nanti aku berangkat ke sana. Mas Han dan keluarga nggak papa, kan, kalau aku datang ke sana? Terkait fee nanti bisa kita diskusikan langsung. Sekarang keadaan di sana lebih urgent buat aku tangani langsung."

"Boleh, Saras. Kamu bisa ke sini dan menginap selama mungkin sampai gangguan ini selesai. Kalau begitu, sampai ketemu besok."

Telepon dimatikan.

***

Benar saja, Saras datang tepat pukul 9 pagi. Ia datang sendiri menaiki mobil pribadi. Handojo dan juga Hana segera menyambut. Sedangkan Renata pergi ke sekolah dan anak-anak mereka sedang bermain di dalam. Untung saja semalam tidak ada gangguan berarti, hanya saja Handojo selalu mendengar suara hentakan kaki dan juga langkah kaki mondar-mandir di depan kamar mereka.

Saras datang hanya membawa satu tas besar berisi pakaian dan juga peralatan yang entah itu apa. Handojo tidak paham apa yang biasa wanita itu bawa. Seperti yang pernah diceritakan Bram, Saras terlihat seperti wanita pada umumnya. Memakai pakaian yang modis dengan tampilan yang terlihat awet muda padahal usianya tidak jauh dari Handojo. Mungkin sekitar 32-35 tahun. Handojo tidak berani memastikan usianya. Namun memang sejak awal, Saras hanya mau dipanggil dengan nama saja.

"Selamat datang, Saras. Saya dan keluarga sangat berterima kasih saat tahu kamu mau datang dan mengunjungi rumah kami."

Saras tersenyum seraya menjabat tangan Handojo dan Hana. "Dengan senang hati, Mas dan Mbak. Ini juga pekerjaan yang biasa saya tekuni."

Perlu diingat Saras bukanlah dukun, ia hanya orang yang memang ahli di bidang supranatural. Mungkin kalau Handojo boleh bilang Saras mirip seperti Ed dan Lorraine Warren di film hantu luar negeri itu. Mereka yang membantu orang lain memecahkan masalah teror mistis di rumahnya. Bukan mengatasi atau menyembuhkan, hanya membantu memecahkan masalah.

"Saya nggak percaya kalau ternyata rumahnya beneran rumah lama loh, Mas. Soalnya dari foto kelihatan seperti rumah baru. Tapi ternyata memang rumah Belanda yang direnovasi jadi sedikit modern, ya?" Saras bertanya setelah dipersilakan duduk di ruang tamu mereka.

"Supaya nyaman saja tinggalnya. Kami mutusin buat rombak interior jadi rumah modern karena kesan jadul dari rumah Belanda ini masih bisa didapet dari luarnya."

Saras menganggukkan kepala. Memang terlihat jauh lebih nyaman jika dibanding dengan memakai interior asli yang terkesan tradisional sekali.

"Rumahnya sudah lama banget ini, Mas. Dari zaman penjajahan Belanda. Saya nggak bisa lihat lebih jauh karena butuh energi yang cukup besar buat lihat ke belakang lama. Tapi sekilas, rumah ini sudah ada dari zaman penjajahan Belanda. Termasuk rumah konglomerat pada masanya. Yang punya suami istri, sama-sama Belanda. Tapi masih samar-samar saya lihatnya." Saras mengatakannya sambil memejamkan mata. Ia berusaha mendapatkan benang merah dari teror Hantu Noni Belanda yang menganggu keluarga ini.

Sepertinya cukup sulit. Ia masih belum bisa mendapatkan flashback dari si Noni Belanda yang sekarang sedang mengamati mereka dari jauh. Ia tidak terlihat marah, wajahnya datar. Seolah mengatakan, akhirnya Saras datang juga.

~To be Continued~

1.128 kata

28 Mei 2024

Abandoned House: Rumah Belanda ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang