Bab 13 :: Kacamata Anne

32 7 0
                                    

Saras yang pingsan membuat seluruh anggota keluarga ini panik. Mereka segera membawa Saras ke kamar. Handojo yang menggotongnya, Hana dengan kalang kabut mencari minyak kayu putih, sementara Renata membuatkan teh hangat.

Saras yang pingsan secara tiba-tiba membuat mereka tidak tahu harus berbuat apa. Dan hal yang paling tepat adalah menunggu Saras bangun. Mereka tidak bisa apa-apa karena pingsannya Saras pasti ada hubungannya dengan Anne, si hantu Noni Belanda. Secara mereka semua mendengar sesuatu sebelum akhirnya Saras tiba-tiba pingsan. Anne pasti marah dengan ucapan Handojo yang tidak percaya padanya.

Seketika Handojo merasa bersalah.

Berbeda dengan dunia nyata, di alam bawah sadarnya, Saras terbangun. Ia kembali melihat setelan awal rumah ini di mana keluarga Anne yang lengkap berada. Rupanya Saras dibawa ke ingatan Anne. Di sana, Saras bukan berperan sebagai Anne. Ia seperti sedang menonton film namun langsung berada di lokasi kejadian.

Pagi itu, di keluarga Anne masih biasa saja. Setelah gembar-gembor berita tentang kedatangan tentara Jepang ke wilayah mereka, tidak membuat keluarga Anne tunduk. Mereka di sini bukan sebagai orang jahat, mereka di sini sedang melebarkan bisnis mereka dengan cara yang legal. Jadi Papa Anne sama sekali tidak merasa takut dan ia berusaha menenangkan keluarganya untuk tidak takut.

Sarapan pagi itu juga masih biasa saja. Yang Saras lihat, mereka masih berlaku seperti biasanya. Papa Anne yang suka bercanda kadang membuat lelucon dengan bahasa Indonesia yang masih kaku. Mama Anne terlihat anggun sekali dengan balutan dress putih bermotif bunga-bunga tengah sibuk menyiapkan roti untuk sarapan keluarganya. Sang kakak, dengan postur gagah sibuk menguyah makanan sedangkan Anne, ia diliputi rasa cemas. Saras lihat raut wajah Anne gelisah dan tidak tenang saat makan.

Saat sarapan berlalu begitu saja. Seperti sebelumnya, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Namun beberapa menit setelahnya, terdengar suara tembakan dan hentakan sepatu tentara. Keluarga Anne seketika panik. Sang Papa menyuruh mereka untuk bersembunyi bersama di kamar, sedangkan papa dan kakaknya berusaha untuk menutup semua akses rumah di bantu oleh asisten rumah tangga mereka. Anne dan juga mama bersembunyi di kamar. Mereka berada di bawah ranjang, berpelukan sambil merapalkan doa-doa.

Suasana seketika menjadi sangat tegang. Saras bisa melihat raut wajah ketakutan Anne dan juga mamanya. Sedangkan di luar kamar terjadi kepanikan yang luar biasa. Setelah menutup pintu, papa dan kakaknya berusaha membuka kamar, namun tepat di saat pintu kamar terbuka tentara Jepang masuk dengan senjata penuh.

Papa dan kakak Anne sontak mengangkat tangan, namun ternyata tidak ada alasan apa pun untuk menerima kehadiran mereka. Tentara Jepang yang berjumlah puluhan orang itu, mulai menembakkan senapannya pada tubuh Papa dan Kakak Anne. Butuh waktu lima detik untuk mereka ambruk, tepat di depan mata Anne.

Saras dapat melihat wajah terkejut, takut, sedih dan marah menjadi satu di wajah Anne. Sedangkan sang mama semakin bergetar ketakutan, anak dan suaminya tumbang di menit pertama mereka datang. Tidak ada yang bisa menjamin bagaimana nasib mereka ke depan. Benar saja, butuh waktu sekitar lima menit untuk mereka menemukan keberadaan Anne dan Mama. Segera mereka menarik Anne dan mamanya keluar.

Dan dengan tarikan tidak manusiawi, Anne berhasil terlepas dari sang mama. Anne digeret menjauhi sang mama, Anna mencoba memberontak. Ia melakukan segala cara untuk lepas dari si tentara, tapi sayang, Anne dipegang oleh dua orang. Sedangkan mamanya, di pegangin oleh tiga orang. Mereka sama-sama sadar, kalau mereka tidak akan selamat. Namun Anne tidak mengerti kalau akan seperti ini jadinya.

Sang mama ditembak tepat di depan matanya, tidak hanya dengan satu tembakan. Namun puluhan tembakan dari tertara yang tersisa. Suara tembakan sahut menyahut menandakan seluruh isi rumah ini telah tewas kecuali Anne yang masih berada di tangan mereka.

"MANUSIA LAKNAT KALIAN SEMUA!" Anne berteriak keras. Saras bisa melihat kobaran api kemarahan di matanya.

Namun, Anne yang hanya sebagai gadis kecil di mata mereka jelas kalah. Mereka malah menertawakan Anne, sebelum akhirnya menyeretnya keluar. Anne bisa melihat seluruh tubuh yang terkapar di lantai, dengan darah di mana-mana.

Anne dimasukkan ke dalam mobil dengan mata tertutup. Meskipun ia berusaha keras memberontak dan melakukan perlawanan dengan menendang tidak jelas dan seluruh tubuhnya berusaha bergerak, Anne tidak mendapatkan apapun selain mereka yang memegangi Anne lebih kuat.

"Diam atau mati?" Salah satu tentara Jepang yang memegangnya, berbisik. Sontak membuat amarah Anne meledak-ledak.

"BUNUH SAYA! LEBIH BAIK SAYA MATI DARIPADA KALIAN BAWA!"

Teriakan Anne mengundang mereka untuk segera menutup mulut Anne dengan kain, sedangkan tangan dan kaki Anne berhasil mereka ikat dengan tali.

Saras yang melihat itu semua jelas tidak kuat. Ia ingin pergi tapi tubuhnya seolah mengatakan kalau ia harus diam. Saras tidak bisa bergerak, menutup matapun tidak bisa. Seakan-akan Anne ingin Saras melihat seluruh kejadian tanpa terkecuali.

Rasanya emosi Anne tersampaikan secara langsung padanya. Saras bisa melihat dan merasakan dengan jelas bagaimana emosi Anne sejak awal ia dibawa ke sini. Rasa cemas Anne saat di meja makan, rasa takut Anne saat tentara itu datang, rasa marah Anne saat seluruh keluarga beserta asisten mereka mati tak tersisa di depan matanya sendiri. Rasa jijik saat perlahan tubuhnya dijamah oleh para tentara di mobil itu, semuanya bisa Saras rasakan.

Dan itu sangat menguras energinya. Saras menangis seketika itu juga. Matanya masih menatap bagaimana orang-orang menjijikkan itu memperlakukan Anne selama di perjalanan. Saras tidak sanggung melihatnya, tapi mau tak mau ia harus melihatnya. Matanya benar-benar tidak bisa menutup.

"Saya malu Saras. Saya marah, saya benci, saya dendam." Suara Anne menggema di masa itu dan Saras masih bisa melihat satu per satu adegan menjijikan di depan matanya.

Seolah ia benar-benar ada di sana dan ikut diperlakukan seperti Anne diperlakukan sedemikian rupa.

"Saya mau mati saat itu, Saras. Tapi tidak bisa."

Tidak ada wujud Anne di sana. Saras hanya mendengar suaranya. Namun adegan demi adegan masih nyata berada di depannya. Saras belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya, melihat ini sakitnya sampai ke dalam hatinya. Perih rasanya saat tahu ternyata ada banyak sekali korban kejahatan penjajahan. Dan melihat langsung seperti ini membuat Saras merasa teriris.

Hingga akhirnya, Saras melihat mobil yang membawa Anne berhenti di sebuah pekarangan luas. Lalu Anne digiring masuk ke dalam. Saras tidak kuat melihatnya. Ada banyak sekali tentara Belanda yang tewas di sana. Anne saat itu masih tertutup matanya, tangan dan kaki masih terikat, mulut masih tersumpal. Tapi Saras masih melihat semuanya.

~To be Continued~

1.025 kata

31 Mei 2024

Abandoned House: Rumah Belanda ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang