Bab 14 :: Flashback

28 5 0
                                    

TW! Ada Adegan kekerasan seksual, mohon jika nggak sanggup boleh skip bab in.

Dan tiba di saat yang paling mengenaskan, bahkan membuat Saras menangis karenanya. Anne, yang saat itu digerek paksa ditempatkan di sebuah ruangan, sempit dan gelap. Tentara-tentara itu melemparkan Anne yang tidak berdaya begitu saja, tanpa melepas seluruh ikatan yang ada di tubuhnya. Membuat Anne tidak tahu dan tidak mengerti ia berada di mana, di ruangan seperti apa. Namun, Anne tidak sendiri. Di ruangan sempit itu, Anne bisa mendengar berbagai macam suara. Tangisan, jeritan, keputusasaan, semua suara bercampur menjadi satu di telinganya.

Memang benar, Anne tidak sendirian. Di samping ruangannya, ada banyak sekali gadis dengan nasib yang kurang lebih sama seperti Anne. Bedanya, mereka tidak ditutupi matanya, mulut mereka masih bebas meneriakkan keputusasaan mereka, meski tangan dan kaki mereka terikat.

Saras yang masih menyaksikan itu semua menangis pilu, dadanya berat bahkan rasanya ia ikut merasakan penderitaan mereka, seakan-akan Saras berada di sana, dengan penderitaan yang sama. Tapi Saras tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa melihat dan merasakan bagaimana rasanya dipenjara seperti itu oleh manusia-manusia berhati busuk seperti tentara Jepang itu. Seketika Saras dapat merasakan apa yang sering ia dengar semasa sekolah dulu.

Bahwa penjajahan Jepang jauh lebih menderita dibanding pada masa penjajahan Belanda. Lihat, gadis-gadis di depannya ini. Mereka tidak bersalah, tapi mereka turut merasakan penderitaan yang luar biasa. Tidak hanya pribumi yang ada di penjara-penjara itu, jauh lebih banyak gadis-gadis campuran atau keturunan Belanda di sana.

Kembali lagi ke Anne, Saras melihat Anne masih di sana. Terdiam, meringkuk ketakutan. Tubuhnya bergetar, Anne menangis diam-diam. Mereka, tentara Jepang tidak datang lagi, teriakan penjara di ruangan sebelah Anne semakin menjadi-jadi. Hingga akhirnya malam tiba.

Di saat teriakan mereka mulai melemah, tangisan mereka mulai mereda, di situlah tentara-tentara bejat itu melakukan aksinya. Mereka datang berkelompok di masing-masing ruangan, dan satu per satu mulai melakukan hal-hal yang tidak senonoh. Benar, mereka mulai memperkosa gadis-gadis itu. Saras tidak sanggup, tapi ia tidak bisa memejamkan matanya. Teriakan mereka mulai menggema lagi.

Jangan tanya Saras, perasaannya sudah tidak karuan. Kejadian-kejadian ini sangatlah membuatnya merasa sakit hati, ia benci semua perlakuan tidak manusiawi itu. Namun yang paling membuat Saras benci adalah, saat ia sadar ia tidak bisa melakukan apa-apa. Saat ia akhirnya paham, kalau semua ini betulan pernah terjadi beberapa puluh tahun silam.

Mata Saras kemudian fokus pada Anne. Satu per satu tentara itu masuk ke ruangan di mana Anne berada. Mereka mulai melucuti satu demi satu helai pakaian yang berada di tubuh Anne. Anne jelas memberontak, tubuhnya tidak bisa diam. Ia tahu apa yang akan mereka lakukan pada tubuhnya, tapi Anne tidak menyerah, ia ingin melindungi tubuhnya sendiri meskipun nyatanya ia tidak bisa. Tubuh orang-orang itu jauh lebih kuat daripada Anne. Pada akhirnya, Anne lelah melawan.

Rasa amarah dan benci itu semakin mendalam, sayang sekali Anne tidak bisa melihat wajah-wajah bajingan yang melecehkannya itu. Kalau ia bisa lihat, sampai mati pun Anne bersumpah kalau mereka harus dapat neraka yang lebih kejam dari neraka manapun di dunia ini.

Sedangkan Saras yang berada tidak jauh dari mereka menangis keras. Sakit hati, amarah dan dendam Anne tersampaikan dengan jelas padanya. Kalau bisa Saras akan berteriak keras dan membunuh mereka satu per satu. Namun, sayang sekali Saras tidak bisa apa-apa.

Pada akhirnya, Saras harus melihat semua adegan mengerikan yang terjadi pada Saras. Hari demi hari, bulan demi bulan Anne memperlihatkan semua itu pada Saras. Energi Saras sudah terkuras habis, tapi adegan-adegan di depannya terus berlanjut. Hingga beberapa bulan kemudian, Saras melihat Anne mulai menyadari kalau ia hamil. Perutnya membuncit. Keadaan menjadi lebih baik bagi Anne, tutup matanya terlepas setelah beberapa bulan matanya tertutup, ikatan di tangan dan kakinya di lepas. Anne juga mendapatkan makanan lebih layak. Tapi ternyata semuanya tidak menjadi lebih baik, di saat seperti itu, Anne masih menjadi pelampiasan nafsu para tentara itu.

Dan Anne tidak bisa menolak. Ia tidak bisa melawan, kondisi tubuhnya tidak memungkinkan Anne untuk melawan. Ia masih bisa melihat meski buran saja Anne sudah bersyukur. Setidaknya ia masih punya satu alasan untuk tetap hidup, walaupun sangat menderita, yaitu bayi yang ada di dalam kandungannya. Anne berharap mereka mau melepasnya begitu anak ini lahir.

Berbulan-bulan kemudian, di saat yang sangat menderita Anne berhasil bertahan. Di saat penuh keputusasaan Anne berhasil hidup, ia berhasil mempertahankan bayinya. Meskipun banyak sekali gadis di ruangan samping yang mati mengenaskan satu per satu. Anne tidak mempedulikan mereka, posisi mereka sama, Anne tidak ounya waktu untuk memberikan simpati di saat ia merasakan hal yang sama.

Namun, semua tidak mudah. Hari di mana akhirnya ia bisa melahirkan anak itu, hari di mana perjuangan Anne untuk tetap hidup bisa terbayarkan, semuanya sia-sia. Anne sangat berharap begitu anak ini lahir, mereka akan memberikan keringanan padanya. Ternyata, Anne tidak sanggup bertahan. Tepat setelah ia berjuang melahirkan bayi yang dikandungnya selama berbulan-bulan, dengan keadaan menyedihkan, dengan keadaan serba terbatas, Anne akhirnya tidak lagi kuat. Penderitaan luar biasa selama berbulan-bulan itu mengantarkannya pada kematian.

Dan pada saat itu, Saras bisa melihat bagaimana kematian tragis dari seorang Anne yang berhasil bertahan semampunya. Masih dengan perasaan tidak karuan, Saras melihat semua prosesnya satu per satu, seakan-akan ia memang hidup di sana. Menjadi saksi bisu bagaimana kejamnya masa penjajahan Jepang di masa lalu, masa-masa kelam yang tidak semua orang tahu.

***

Saras tiba-tiba terbangun. Dengan derai air mata dan perasaan sesak yang luar biasa, ia terbangun di kamar Renata. Tidak ada orang di sana, sepertinya Handojo dan keluarga sedang sibuk dengan kegiatannya. Namun ia terkejut begitu melihat jendela, hari sudah bersinar terang. Entah berapa jam Saras pingsan dan kembali ke masa lalu Anne.

"Ya ampun, Mas! Saras sudah bangun." Hana yang membuka pintu kamar Renata terkejut saat melihat Saras sudah terduduk di atas kasur.

Handojo segera masuk ke dalam kamar diikuti oleh Hana.

"Kamu nggak papa, Saras?"

Saras menggeleng. Jelas ia merasa buruk, perasaan dan keadaannya sama sekali tidak baik-baik saja.

"Saya nggak baik-baik aja, Mas."

Hana menyodorkan segelas air hangat. "Ini, diminum dulu."

"Saya nggak tahu apa yang kamu lalui semalam, Saya dan Hana tidak bisa tidur. Takut kamu kenapa-kenapa. Saya bahkan sudah menyiapkan mobil buat bawa kamu ke puskesmas."

Saras menggeleng. Perasaan dan kondisinya masih buruk. Tapi ia tidak bisa merepotkan Handojo begitu saja. Tugas dari Anne belum selesai. Ia harus segera menyelesaikannya bersama Handojo. Namun untuk sekarang, Saras belum bisa menceritakan kejadian mengerikan itu pada Handojo dan keluarga. Saras butuh waktu.

"Beri saya waktu buat istirahat, sebelum menceritakan semuanya, Mas."

Handojo mengangguk. Ia tidak masalah berapa lama waktu yang Saras butuhkan untuk bercerita. Pasti ada banyak sekali hal yang Saras lihat selama pingsan semalaman.

~To be Continued~

1.093 kata

1 Juni 2024

Abandoned House: Rumah Belanda ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang