Bab 15 :: Menemukannya

29 8 0
                                    

Energinya terkuras habis. Saras merasa lemas luar biasa. Maka dari itu, tepat ketika Hana dan Handojo keluar kamar, Saras kembali memejamkan mata. Kali ini ia berniat untuk tidur yang beneran tidur. Tidak mimpi apa-apa dan tidak dihantui oleh apapun. Namun ternyata sesusah itu untuk tidur merilekskan tubuhnya, bayangan kisah hidup Anne terus berputar di kepala. Emosi yang Saras rasakan ketika melihat Anne mengalami itu semua masih terus menghantui ingatannya.

Lima belas menit berlalu, Saras masih belum bisa tidur. Biasanya butuh waktu sebentar bagi Saras untuk jatuh tertidur, ia bukan tipe manusia yang susah tidur. Tapi kali ini beneran susah. Saat Saras memejamkan mata, semua adegan demi adegan dalam hidup Anne datang. Jelas ini membuatnya tidak bisa tidur.

Dan tepat ketika Saras membuka matanya, Anne ada di sana, duduk di ujung ranjang. Sosok Anne terlihat sedih. Tidak ada lagi emosi menggebu yang selalu sosok itu perlihatkan ketika berada di sekelilingnya.

"Jasad saya masih di sana, Saras." Suaranya lirih, amat jelat terlihat kalau Anne sangat butuh bantuannya.

"Saya ingin pulang, tapi tidak bisa pulang. Rasa dendam dan benci itu masih ada, sulit rasanya buat lupa." Anne masih berbicara. Saras diam, ia masih tetap berada di posisinya semula. Hanya menatap tubuh transparan Anne.

"Setelah menunjukkan semuanya, rasanya saya sedih. Kenapa hidup saya bisa menyedihkan seperti itu."

Saras mencoba berbicara, ia berdeham terlebih dahulu. "Saya dan cucu kamu, Handojo akan berusaha sebisa mungkin menemukan jasadmu. Saya bisa merasakan apa yang kamu rasakan, Anne. Jadi, tenangkan dirimu, berdoa dan lupakan semuanya. Itu salah satu jalan supaya kamu bisa pulang."

"Akan saya coba, terima kasih Saras. Tanpa bantuan kamu, saya hanya bisa menghantui keturunan saya tanpa mereka paham maksud keinginan saya."

Saras mengangguk. Rasanya bisa membantu sosok-sosok seperti berbeda dari ketika ia membantu manusia biasa. Sosok ini memang butuh bantuan manusia sepertinya, berdoa dan menyanggupi permintaannya, dapat membukakan jalan mereka untuk pulang.

Mungkin bagi kepercayaan lainnya, mereka tidak percaya hal-hal seperti ini ada. Tapi bagi Saras, yang memang sejak kecil melihat mereka, dan juga keluarganya yang memang ahli di bidang seperti ini, Saras percaya. Bantuan doa adalah hal yang terpenting dari semuanya, Saras selalu berusaha mendoakan semua entitas-entitas yang ada di dunia ini. Di manapun ia berada, Saras berdoa semoga mereka mendapat ketenangan.

Karena kekuatan doa dan tingkat kepercayaan pada Tuhannya adalah hal yang paling penting untuk hidup di dunia ini.

***

Saras tidak bisa tidur. Bahkan setelah satu jam berlalu ia mencoba memejamkan mata, tidak berhasil. Maka dari itu, Saras keluar kamar. Energinya belum kembali sepenuhnya, daripada mencoba tidur tapi tidak kunjung bisa, Saras memutuskan untuk pergi menemui Handojo dan Hana. Ia harus menjelaskan semuanya kepada mereka. Tentang Anne, tentang bagaimana keluarganya tewas mengenaskan, tentang bagaimana sadisnya hidup Anne setelahnya, ia harus menceritakan semuanya.

Handojo dan Hana telah menunggu di ruang keluarga rupanya. Mereka tengah bermain bersama anak-anaknya. Keluarga yang amat sangat bahagia meski tengah diliputi rasa takut dan berbagai macam kejadian tidak terduga.

Ketika melihat Saras datang, Handojo segera memberikan kode pada Hana untuk membawa anak-anak mereka ke kamar. Dan detik setelahnya, Hana membawa Bintang dan Kirana masuk ke dalam kamarnya, membiarkan mereka bermain bersama. Ia kembali ke ruang keluarga. Hana juga tidak boleh melewatkan cerita dari Saras.

"Gimana Saras?"

Saras menarik napas sebelum menceritakan semuanya pada Handojo dan Hana. Kedua pasangan suami istri ini wajib tahu apa yang terjadi pada buyutnya. Cerita ini nyata dan langsung dirasakan oleh keluarga terdahulu mereka. Saras sebisa mungkin menceritakannya secara detail. Mulai dari latar belakang keluarga Anne, ayahnya, ibu serta sang kakak dan alasan mengapa mereka berada di sini. Serta alasan mengapa rumah ini menjadi tempat Anne yang sekarang ada karena memang rumah inilah tempat Anne lahir dan di besarkan. Sebagian besar memorinya berada di rumah ini, oleh karenanya ketika Anne tersesat setelah kematiannya, ia langsung berada di rumah ini dengan segala macam memori yang tersisa.

Kemudian Saras menceritakan bagian ketika keluarga Anne tewas mengenaskan. Mulai dari desas-desus tentara Jepang yang datang mengambil alih wilayah jajahan, sampai ke bagaimana keluarga Anne satu per satu dieksekusi termasuk sang ibu. Diteruskan pada kejadian Anne yang ditawan, diperlakukan seperti binatang pemuas nafsu. Semuanya Saras ceritakan secara detail tanpa terlewatkan berdasarkan ingatannya. Dan tepat ketika ia mulai menceritakan semuanya Anne datang, ia duduk bersama mereka dan turut mendengarkan cerita Saras tentang Anne.

"Anne bilang, jasadnya pasti masih ada di sana. Penyebab utama mengapa Anne bisa jadi seperti sekarang."

Hana menahan tangis, mendengar langsung keluarga suaminya menjadi korban dari kekerasan pada zaman peralihan penjajahan Jepang, Hana tidak tega. Hatinya ikut sakit merasakan bagaimana penderitaan perempuan pada masa itu, khususnya pribumi dan perempuan-perempuan Belanda yang turut menjadi korban

"Jadi kita harus ke sana, Saras?" Handojo bertanya.

Kondisinya kurang lebih sama seperti Hana. Dari cerita Saras, Handojo bisa merasakan emosi Anne. Dendam dan benci yang wanita itu rasakan pastilah sangat besar pada tentara-tentara kejam Jepang. Dan mendengar jika keluarganya mengalami kejadian ini langsung, membuat Handojo merasa marah. Tapi ia juga bingung mau marah pada siapa, semuanya sudah usai. Siapa yang akan ia salahkan? Tentara-tentara itu hampir semua sudah mati sekarang.

"Sekarang kita cari tau dulu, Mas, apa ada bunker atau benteng Belanda di sekitar wilayah ini? Kalau memang benar ada, kita harus bergegas ke sana. Maksimal, besok kita berangkat, Mas." Handojo mengangguk.

Lalu ia mengeluarkan ponselnya, mencari tahu apakah ada bunker atau mungkin benteng Belanda yang ada di sekitar sini. Karena kemungkinan besar, tempat-tempat seperti itu menjadi lokasi yang strategis bagi tentara Jepang untuk mengambil alih kekuasaannya.

Setelah mencari tahu beberapa menit melalui internet, Handojo menemukannya. "Ada, Saras! Ada!"

Memang benar ada benteng Belanda di daerah tempat tinggal Handojo sekarang. Jaraknya 90 km dari rumah ini, kemungkinan waktu tempuhnya adalah sekitar 2 jam.

"Sekitar dua jam dari sini, Ras."

"Nggak papa, Mas. Kalau gitu kita berangkat besok pagi."

"Aku jaga anak-anak, Mas. Nggak papa kalian berdua aja yang berangkat." Hana akhirnya angkat bicara. Awalnya Handojo akan mengatakan hal itu, ternyata Hana lebih dulu bicara.

"Iya, anak-anak tetap di rumah. Biar besok kamu dibantu Renata jaga rumah ini. Kita berdua yang akan berangkat."

Saras juga setuju, ia hanya perlu Handojo untuk berangkat bersama. Hana memang lebih tepat untuk menjaga rumah ini bersama Renata. Kemungkinan besar, akan memakan waktu mereka berada di sana. Saras paham, jalan mereka tidak akan mudah ke depannya.

~To be Continued~

1.037 kata

2 Juni 2024

Abandoned House: Rumah Belanda ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang