Chapter 57

20 1 0
                                    

Setelah mengantar aisyah pergi ke rumah ndalem, gus fathi berjalan menuju ruangannya. Ia akan melakukan meeting serta merapihkan berkas berkas wisuda nanti. Ia berkutat di komputer selama beberapa jam hingga akhirnya tugas tersebut selesai ia kerjakan.

Berjalan pergi untuk pulang ke rumah, yang mana aisyah sudah pulang sedari tadi. 

Ceklek

"Assalamualaikum"salamnya.

"Waalaikumsalam, mas sudah pulang?"Tanya aisyah yang menuruni tangga.

"Sudah dek"jawabnya yang langsung merebahkan badannya di kursi.

Aisyah menghampiri sang suami dan mencium tangannya dengan takzim, dan tak lupa gus fathi pun mencium kening aisyah. Aisyah duduk dan berinisiatif memijat tangan gus fathi, gus fathi yang melihat sang istri tengah memijat tangannya malah merebahkan kepalanya di pangkuan sang istri.

"Mas capek ya?"Tanya aisyah.

"Lumayan dek, pekerjaan mas juga lumayan numpuk. Oh iya gimana dengan fitting bajunya?"Tanya balik gus fathi.

"Alhamdulilah, semua sudah selesai mas. Mungkin nanti di lanjut dengan catering dan yang lainnya mas"jawab aisyah.

"Syukurlah kalau begitu"jawabnya dan aisyah menganggukan kepalanya.

Percakapan singkat pun terhenti dan aisyah kembali memijat kepala sang suami sambil mengusap rambutnya. Gus fathi yang mendapatkan perhatian seperti itu, merasa nyaman bahkan sampai ia menutup kedua matanya.

"Mas ngantuk?"Tanya aisyah yang melihat sang suami malah menutup mata.

"Eh ngga kok dek, mas nyaman aja rambutnya di usap seperti itu."

"Yasudah sini adek usapin lagi"ujarnya yang kembali mengusap rambut sang suami.

"Dek, mas mau tanya boleh."

"Boleh, mas mau tanya apa"?Tanya aisyah.

"Kalau kita tinggal di kota A, adek keberatan tidak?"Tanya gus fathi dan aisyah seketika berhenti mengusap rambut suaminya. 

Gus fathi yang melihat aisyah memberhentikan aksinya pun membalikan badan dan duduk sejajar dengan aisyah.

"Mas tidak memaksa dek, jika kamu tidak mau, gapapa kok. Mas tanya kamu dulu, jika memang kamu tidak keberatan, nanti mas akan bilang sama keluarga yang lain"jelasnya yang mengenggam tangan aisyah, dan aisyah menatap manik mata sang suami sambil membalas genggaman tangannya.

"Mas----aisyah sekarang sudah menjadi istri mas, apapun keputusan mas aisyah akan setuju. Jika memang kita harus tinggal di Kota itu, aisyah tidak keberatan kok. Tapi kita harus diskusi terlebih dahulu sama yang lain"jawab aisyah dengan lembut.

"Iya dek, nanti mas akan bilang terlebih dahulu sama mereka. Mungkin nanti setelah selesai acara pernikahan fatih"jawabnya dan aisyah menganggukan kepalanya.

Mereka berdua kembali berbincang bincang. Bahkan aisyah bercerita, bahwa dia dulu tidak pernah menyangka ia akan menjadi istri dari cucu pemilik pondok pesantren yang ia tempati untuk menuntut ilmu.

Aisyah tidak pernah terbesit sekalipun dalam hatinya, bahwa kehidupannya akan berubah. Yang dulu ia harus berjuang sendiri di tengah ujian yang sedang ia alami, kini ia akan berjuang berdua bersama sang suami di sisinya.

Kehidupan kelam yang akhirnya membuat aisyah sadar dan mendapat hidayah dari Allah untuk menjadi diri yang lebih baik. Ujian yang selama ini aisyah lalui, membuahkan hasil nyata bahwa sebaik baiknya ujian adalah bentuk cintanya Allah terhadap kita, dan Allah tidak akan membebani sesuatu/ ujian melainkan sesuai kemampuan kita.

Aisyah & Ujiannya[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang