18. Perkara ulat bulu

81 3 0
                                    

Hari Minggu ini para santri bercocok
tanam dan membersihkan kebun
pesantren yang terbilang cukup luas
dengan sesekali memetik sayuran yang
sudah pas untuk di petik.

" Males banget cabutin rumput, tau gini
tadi gak bakalan mandi dulu sayang
banget udah wangi wangi malah disuruh
cabut rumput " ucapnya menggerutu, Asya
mencabut rumput asal asalan, dari raut wajahnya terlihat sekali tidak ikhlas,
pagi pagi gini malah disuruh mencabut
rumput yang pastinya akan mengeluarkan banyak keringat.

" Asya mulut kamu bisa diem gak sih,
lagian kemaren udah dikasi tau bakalan
bersih bersih di kebun kamunya aja yang
gak denger " Emosi Resa sejak tadi
sahabatnya itu bicara tidak jelas.

Mereka berlima ditugaskan di wilayah
dekat sekat antara kebun santri putra dan santri putri, dengan begitu santri dan santriwati tidak akan bercampur baur.

Mereka mengerjakan tugasnya masing
masing meskipun ada unsur keterpaksaan, Syifa menanam bibit sebagai pengganti sayuran yang sudah di cabut, Zahra
memegang ember yang berisi air untuk disiramkan ke tanaman yang baru saja ditanam, Arina memetik sayuran yang
akan mereka masak untuk makan siang
nanti, sedangkan Asya dan Resa mencabut rumput yang ada disekitar sayuran.

Saat sedang memetik Kangkung matanya tertuju pada hewan berbulu hitam lebat
yang begitu lucu dimatanya namun
terlihat geli dan menjijikan di mata yang lainnya, Arina menyimpan wadah tempat
ia menaruh sayuran dan mengambil
hewan berbulu itu dengan tangannya.

" Aaaa lucu banget gemessss " ucap Arina kegirangan, sudah lama sekali ia tidak
melihat dan menyentuh hewan berbulu
itu

" Iiiih " teman temanya menjauh dari
Arina terutama Zahra anak itu sudah merinding sejak Arina mengambil ulat
hitam berbulu lebat, apa tidak gatal
pikirnya?

Entah dari mana datangnya tiba tiba
seekor belalang hinggap di kerudung
Arina membuat gadis itu kaget dan
melempar ulat yang dipegangnya ke arah Zahra.

" Aaaa belalang " Arina mengibas gibas
kan kerudungnya

" AAAAAAAA " teriak Zahra dan yang
lainya karena memang mereka pindah ke
sana saat Arina mulai memegang ulat bulu

" ULAAT " Zahra meloncat loncat tidak
jelas ember yang sedang dipegangnya menumpahkan air kesana kemari bahkan
bibit yang baru saja ditanam ikut menjadi korban hentakan kaki Zahra.

" SIAPAPUN TOLONG AMBILIN BELALANG
NYA HIKS " Arina memang begitu takut dengan belalang sedari kecil.

" BUNDAA ULAAT " Zahra menunjuk
dimana ulat itu berada dengan mata yang terpejam.

Zaky dan ustadz Ridwan yang memang
sedang mengawas di dekat sekat antara
santri putra dan santri putri mendengar kegaduhan tersebut dan langsung masuk
ke kawasan santri putri

" DIAM " Suara tegas Zaky mampu
membuat suasana yang semula gaduh
menjadi tenang

Kaget dengan suara Zaky air yang berada
di dalam ember tanpa sengaja Zahra
siramkan ke wajah Zaky.

Byur

"ADA AP- " Zaky tidak melanjutkan
ucapannya, tangannya mengusap wajah
yang telah basah dengan air secara kasar.

Kaget? Pasti!, Siapa yang tidak kaget jika sedang berada di posisi Zahra saat ini.
Zahra membelalakkan matanya ia
melepaskan genggaman tangan yang
sedang membawa ember.

"G-gus "

Wajah datar Zaky semakin menakutkan
kala air membasuh wajahnya, Zahra sudah panas dingin sendiri ia tidak bisa apa apa
jika sudah seperti ini.

ZACKIYA Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang