28. Luka Arina

16 2 0
                                    


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Gimana kabarnya, Sehat?

Jangan lupa perbanyak membaca sholawat kepada nabi Muhammad Saw

Al Qur'an adalah sebaik-baik bacaan jangan lupa untuk membacanya ya

Al Qur'an adalah sebaik-baik bacaan jangan lupa untuk membacanya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                                    •••

Dihadapan Arina terdapat gundukan tanah, tangannya mengusap lembut nisan yang bertuliskan nama ibunya.

“Ibu, Arin kangen banget sama ibu, gimana kabar ibu di sana? Pasti udah gak sakit lagi kayak dulu ya?” Arina tersenyum getir, tangannya mengusap air matanya yang
jatuh.

Arina mengambil nafas dalam dalam kemudian tersenyum “Ibu, bi Novi, Arin
pergi dulu ya, nanti Arin kesini lagi sama ustadz Ridwan iya kan ustadz” Arina menoleh pada Ridwan yang berada di sampingnya, Ridwan mengangguk meng ‘iya’ kan ucapan Arina.

Setelah dari pemakaman Arina masuk kedalam mobil bersama Ridwan gadis itu sudah sangat merindukan Ayahnya, entah berapa lama ia tidak kesana karna jarak
yang cukup jauh, mungkin jika ke
pemakaman dengan cara kabur dari
pesantren dan naik angkot sekitar 15 menit bisa saja namun tidak jika merindukan ayah nya.

Arina merasakan setiap hembusan angin
yang menerpa kulitnya, hamparan biru
yang menyimpan sejuta luka, tenangnya
yang diam diam menelan banyak korban.

Suasana pantai sepi, Arina duduk di atas
batu karang cuaca mulai mendung, matanya melihat ombak lautan yang kini mulai tidak tenang dengan angin yang semakin kencang.
Kakinya berlari ke bibir pantai merasakan ombak kecil mulai menerpa kakinya.

AYAAAH” Buliran bening sudah tak bisa
Arina bendung, keadaan saat ini mengingatkannya pada sosok laki laki kuat yang tidak akan pernah terganti.

“Maafin Arin ayah” Teriaknya tak bisa mengendalikan diri.

“Andai saat itu aku cukup kuat untuk
menahan mu agar tidak pergi ayah” Lirih Arina sendu, kakinya sudah tak mampu menopang berat badannya.

“Anakmu membutuhkan dekapan hangat
mu ayah, gadis kecil ini membutuhkan
sosok pahlawan, kembalilah ayah aku
mohon!” Isaknya dengan deraian air mata, Ridwan memeluk tubuh Arina, di dekap nya gadis itu dengan penuh lembut.

“Ada saya disini Arin” bisik Ridwan lembut

“Ayah kembalilah, setidaknya izinkan aku melihat jasadmu untuk yang terakhir kalinya hiks” gadis itu meracau dalam dekapan Ridwan.

“Kita pulang ya, cuacanya gak bagus” ucap Ridwan hati hati

Beberapa tahun yang lalu.....

Seorang anak kecil dengan rambut yang
diikat dua memegang sebuah kunci,
tangannya ia sembunyikan di belakang
dengan wajah lugunya serta bibir yang mengerucut lucu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 19 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ZACKIYA Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang