19. Pasar malam

117 6 0
                                    

Mereka berlima sampai ke rumah Syifa sedangkan Alda gadis itu pulang setelah mengantar mereka.

" Pak mama sama papa ada ? " Tanya
Syifa kepada satpam yang berjaga di
depan gerbang.

" Ada, non baru aja pulang " jawab pak
satpam

Syifa masuk kedalam rumah bersama
para sahabatnya, di ruang tamu Hendri Papanya Syifa sedang duduk di sofa.

" Assalamualaikum papa nya Syifa yang
paling tampan " ucap Syifa berlari
kemudian memeluk papanya dengan erat.

" Waalaikumussalam anak papa ini
ngapain pulang hm " Hendra menyentil
kening Syifa pelan

" Awwts ih papa anak pulang bukannya
seneng malah disentil " gerutu Syifa

" Kamu kabur kan? " Hendra sudah tahu
sifat tabiat anak satunya ini

" Hehe " ucap Syifa cengengesan

" Mama mana pa? " Sedari tadi Syifa tidak melihat mamanya

" Mama kamu di atas sayang "

"Ada perkembangan?" Tanya syifa pelan

" Masih sama seperti dulu, bahkan akhir akhir ini sering kambuh" ucap Hendri dengan tatapan sendu

" Kalian duduk dulu aku mau ke atas
bentar " titah Syifa kepada para
sahabatnya, kemudian ia naik ke
atas tangga menuju kamar mama papanya.

Tepat saat ia melewati kamarnya Syifa mendengar sayup sayup suara mamanya
dari dalam sana.

" Sayang kamu jangan tinggalin mama ya, kamu janji jangan pernah pergi lagi "

" Hahaha kamu cantik banget sama seperti Syifa adik kamu "

" Oh ya, kamu tau kan kalo dia sering
kabur dari pesantren, nanti kalo
ketemu Syifa kamu jangan marahin dia ya "

" Sekarang ulang tahun kamu kan?
Kita makan sama sama ya kuenya, mama sendiri yang bikin spesial buat putri mama "

" Janji ya sama mama jangan pergi lagi,
sini mama peluk kamu gak boleh pergi, pokoknya gak boleh pergi!! "

" Astaghfirullah "

Buliran bening jatuh membasahi pipi Syifa tatkala mendengar suara mamanya yang masih belum bisa mengikhlaskan kakaknya.

Penyakit mamanya kambuh lagi Intan mengalami delusi sejak delapan tahun lalu dimana Syifa dan kakaknya Syafa masih berusia sepuluh tahun.

Syifa tidak tahu kapan penyakit mamanya
bisa sembuh atau bahkan mungkin tidak
bisa di sembuhkan, ia selalu berdoa agar mamanya bisa mengikhlaskan kepergian kakaknya, Syifa juga sama, semuanya
merasa kehilangan namun kita bisa apa semuanya terjadi atas kehendak sang
maha kuasa, kita hanya bisa bersabar dan berdoa.

Terkadang manusia sulit untuk
mengikhlaskan kepergian padahal setiap
yang bernyawa setiap yang hidup pasti
akan mati juga pada akhirnya, hanya allah yang abadi, sebagian orang menyalahkan takdir dan membenci tuhan atas apa yang telah terjadi di dalam hidupnya padahal
itu semua telah tertulis dalam kitab lauhil mahfudz.

Manusia tahu bahwa mereka akan mati, anehnya masih ada yang belum mempersiapkan untuk kematiannya,
harta dunia tidak akan dibawa tapi
mengapa banyak yang mati matian mencarinya, orang yang sudah meninggal ingin kembali kedunia untuk bersedekah beribadah kepada Allah tapi kita yang
masih diberi kesempatan untuk hidup
di dunia malah menyia nyiakan waktu yang mereka inginkan dan memperebutkan apa yang mereka sesali.

Syifa mengusap air matanya dengan
kasar kemudian membuka kenop pintu
dan masuk kedalamnya.

" Mama " Intan menoleh kebelakang senyuman terukir di wajah wanita itu.

ZACKIYA Cinta Seorang GusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang