10. Gamara

1.7K 75 16
                                    

Maaf lama ya...

Pagi-pagi buta dikediaman Tomy sudah ada manusia kulkas alias Gamara, tepatnya calon menantu. Pria tampan berpakaian formal ini duduk di ruang tengah ditemani secangkir kopi hangat dengan obrolan ringan bersama calon mertuanya.

Ya walaupun Gamara masih irit bicara. Tetapi sesekali mengikuti candaan yang Tomy buat semata-mata menghilangkan sisa kecanggungan yang terkadang masuk beberapa saat kala tidak ada topik pembicaraan lagi.

Diujung tangga sana ada sepasang mata cantik yang memandang sedikit lama dua pria bersetelan formal sedang duduk mengobrol. Terkejut pastinya, tiba-tiba Indi mengetuk pintu kamarnya lantas memberitahu bahwa ada Gamara datang menjemputnya.

Naya memang ada kelas pagi dan itu memang cukup pagi sekali. Kelasnya akan dimulai jam 8 tetapi Naya ada keperluan lain di kampus yang mengharuskannya berangkat lebih awal.

Tahu dari mana Gama? Bahkan Naya tidak memberitahunya.

"Naya," suara bariton Tomy membuyarkan pikiran putrinya. Gadis cantik itu menatap Papanya dari atas.

Gama mengikuti arah pandangan Tomy. Menemukan gadisnya yang sudah segar dengan setelan casual tetapi sangat cocok dan terlalu cantik di kenakan Naya.

Hatinya sedikit keberatan melihatnya. Pikirannya berkelana jauh, tidak rela jika laki-laki diluar sana bisa melihat tubuh dan kecantikan Naya.

Naya mendekat, saat berdiri di sisi kursi tepat disebelah Gama, pria tampan itu menarik tangannya sampai Ia pun menoleh. "Duduk," pinta Gama lembut.

Akhirnya Naya duduk di sebelah Gama. Berhadapan dengan Tomy dibatasi oleh meja ditengahnya. "Niat banget Gama bangun pagi mau nganter kamu ke kampus, Nak." kata Tomy menatap kedua insan berbeda gender itu.

Ekor mata Naya melirik Gama, lehernya secara reflek memutar,"Kakak tahu dari mana, aku ada kelas pagi?"

"Feeling," kata Gama.

Naya berdecak,"Nggak mungkin, masa bisa setepat itu." bantahnya.

"Informan, Sayang." jawab Gama jujur. Ia tentu tahu semua hal tentang Naya karena tangan kanannya yang ia suruh.

"Mas, Nay, Gam... Sarapan dulu yuk!" ajak Indi tiba-tiba datang dari belakang. Naya yang baru saja akan memprotes itu terhenti. Gama tersenyum melihatnya, terlihat menggemaskan.

Akhirnya setelah menyelesaikan sarapan pagi mereka, dan sarapan kedua kalinya untuk Gamara yang sudah breakfast dirumahnya.

Tibalah keduanya memasuki kampus universitas Naya. "Kenapa liatin, Naya begitu sih?" tanyanya sedikit risih. Tatapan dari pria tampan di sampingnya sangat dalam dan penuh arti. Ia sendiri tidak mengerti dengan tatapan itu.

"Kamu terlihat selalu, cantik. Pagi ini terkesan makin cantik, sedikit nggak rela kamu beraktifitas tanpa aku." kata Gamara, entah kenapa di telinga Naya terasa menggelikan, layaknya gombalan pria buaya.

Naya merotasikan bola matanya malas, sambil menaruh ponselnya kembali dalam totebag-nya. "Aneh ya, aku bilang begitu? Tapi kamu memang cantik, aku bicara fakta. " ucap Gamara.

Naya berdehem merespon itu, lantas mulai menekan gagang pintu sebelum sebuah tangan mencekal bahunya. "Kenapa?" tanyanya sedikit menahan diri lebih bersabar.

Cup

Gama memberikan kecupan singkat di dahi gadisnya. Ia tidak peduli respon gadisnya jika kurang menyukai atas aksinya. Rasanya tidak susah dikala love language-nya ketika bersama pasangan termasuk pyschal touch.

Gamara's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang