6. Gamara

2K 93 9
                                    


10 komen & 50 vote
Nunggu 6k dulu gimana baru update?

Angin bertiup sedikit kencang di sore ini. Naya menarik nafas dalam seraya memejamkan matanya. Ia membuang pelan melalui mulutnya.

Naya sudah tidak bisa lagi menolak pertunangan antara dirinya dan Gamara. Percuma merayu, membujuk, bahkan sampai menyangkut pautkan perasaan yang tidak ia miliki pun sia-sia.

Kedua orang tuanya masih keukeuh mempertahankan. Tanggapan mereka mengenai seorang Gamara ialah pria tampan, kaya, bertanggung jawab, penyayang. Walaupun ada kekurangan juga selayaknya manusia tidak ada yang sempurna.

Pria itu datar, posesif, irit bicara.

"Dari mana dia tahu kalau Gama itu penyayang? Heu?" gadis cantik itu tertawa pelan seolah menertawakan tanggapan orang tuanya.

Kepala Naya mendongak ke atas, menatap awan yang mulai memperlihatkan warna senjanya.

"Dari caranya dia jaga lo." sahutan itu berada dari suara dibelakang. Sontak ia memiringkan badannya guna melihat siapa pelaku suara itu. Ternyata Nia-- kakaknya.

Gadis itu juga sama cantiknya kok dengan Naya. Netra hitam Nia menyorot dalam wajah ayu adiknya. "Kakak sok tau," ucap Naya mengerucutkan bibirnya sembari menunduk.

"Lo-nya aja yang nggak peka sama Gama." kata Nia.

Naya menghela nafas pelan. Ia meraih tangan Nia yang bertengger di gagang pembatas balkon.

"Naya nggak suka sama Kak Gama. Naya nggak mau tunangan," ucapnya pelan.

"Mau gimana lagi, dua pihak sama sama mau ngelanjutin ini. Lo nggak bisa nolak. Jalanin aja dulu,"

Naya memukul tangan Nia pelan. "Kalau udah tunangan mana bisa dengan mudah jalanin aja dulu, harusnya ada tahap perkenalan lah seenggaknya Naya masih bisa mikir gitu loh, bisa batalin."

Nia terkekeh pelan. Gadis itu merangkul adiknya. "Ya terima aja lah, lagian Gama nggak jelek."

"Ish, Kakak!" seru Naya dalam rangkulan itu.

"Naya, Nia!" panggil Indi. Keduanya menoleh ke belakang.

"Eh, ada apa kok rangkul-rangkulan begini?" tanya Indi heran.

"Enggak ada apa-apa, Ma. Mama perlu apa?" Nia ganti bertanya balik.

"Itu, kita harus siap-siap ke hotel persiapan sebelum acara." kata Indi. Mendengar itu Naya semakin lemas dan malas. Rasanya menangis pun tidak ada gunanya.

Pandangan ini pun jatuh ke Naya, sosok calonnya. "Kenapa mukanya sedih gitu sih? Orang tua Gama baik banget, pasti bisa jadi mertua idaman buat kamu. Gama juga anaknya ganteng, sayang banget sama kamu Mama lihat. Mama insyaallah udah yakin kalau Gama yang terbaik buat kamu, Nak." Indi memberikan usapan ketenangan untuk putrinya.

"Nia keluar dulu, Ma." pamit Nia berjalan lebih dulu.

***

Semua memberikan tepukan meriah walaupun pertunangan ini hanya di hadiri dua belah pihak keluarga besar. Orang tua Abian dan Ifa pun turut hadir melihat cucunya sudah menemukan pendamping yang akan menemaninya nanti.

Naya menatap cincin yang terpasang di jari manisnya. Sampai sebuah tangan lembut terasa di pinggir pinggangnya. Naya menaikan pandangannya serta menatap orang-orang yang hadir menyaksikan acara ini. Ia memberikan senyuman tipisnya.

Naya dan Gama menempatkan tangannya ke depan guna diabadikan dalam sebuah foto. Saat ini Gama benar-benar memperhatikan senyumnya. Raut bahagia itu terekam jelas.

Gamara's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang