Mata indah yang semula terpejam kini terbuka dengan raut terkejut. Ia sontak menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri tidak menemukan siapapun. Beberapa detik terdiam, rupanya ia tersadar jika dirinya berada di dalam kamarnya."Hah," desah Naya. Gadis cantik itu menghela nafas lantas menarik dirinya duduk. Rupanya ia tertidur di perjalanan tadi, hujan sangat deras dan itu mungkin membuatnya mengantuk.
Naya sekilas teringat akan mimpinya. Dia sangat takut sekali. Untungnya itu hanya mimpi, di mimpi tersebut Naya disukai seseorang tapi sangat terobsesi untuk mendapatkannya.
Klik
Suara pintu berderit, memunculkan seorang pria berwajah tampan masuk dengan secangkir minuman berupa teh anget di tangan kanannya. "Kamu kebangun, ya?" tanyanya lembut, sembari meletakan minuman itu.
Gama membawa tangannya mengusap pelan kepala gadisnya. "Masih ingin teh nya, Sayang?" tanya kembali.
Ekor mata Naya melirik secangkir teh hangat di meja nakas. Ia pun mengangguk sebagai jawaban. "Udah, malam tidur lagi ya, kakak akan pulang."
Alisnya menyatu,"Jam berapa sekarang?" tanya Naya pada Gama.
Matanya melirik arloji hitam di pergelangan tangan kiri," Sebelas." Naya terdiam beberapa saat, ia menatap wajah Gama yang masih setia juga menatapnya.
"Ya udah, Kakak pulang gih." katanya.
"Atau kamu mau di temenin? Kakak bisa duduk di sofa itu, nunggu kamu sampai tidur lagi. Gimana?" ucap Gama menunjuk sebuah sofa single di pojok.
Naya bimbang. Ia sebenarnya merasa sedikit gelisah, entah kenapa. Namun mungkin ia akan merasa sedikit sulit tidur kembali. "Kak Gama pulang aja," jujur penolakan Naya sedikit membuat Gama tidak suka. Gama mau Naya selalu melibatkannya dalam hal apapun. Gama ingin Naya mengandalkannya. Disaat sulit tidur pun.
"Yakin?"
"Iya, Kak. Makasih teh nya, ya. Hati-hati di jalan." Naya tersenyum tipis, ia menyembunyikan tubuhnya di balik selimut. Tanpa menunggu Gama keluar dari kamarnya lebih dulu. Meskipun sebenarnya Naya tidak bisa tidur untuk sekarang, ia memaksakan untuk menutup mata.
Cup
"Kakak pulang, ya, sayang." ucapnya memberikan kecupan dalam di kening gadisnya.
"Baca doa lagi, mimpi indah." Imbuhnya.
Lima belas menit telah berlalu. Ketahuilah Naya tidak bisa tidur. Ia sudah berusaha keras untuk memejamkan matanya. Entah mengapa gadis itu teringat Gama. Apa pria benar sudah pulang?
Kenapa perasaanya tiba-tiba berbeda? Bersama Gama, Naya merasa aman, dilindungi. Tidak ingin berdebat lama dengan pikiran dan hatinya, ia memutuskan turun.
Suara pintu berderit, kembali. Naya melarikan pandangannya,"Nggak bisa tidur kan?" suara lembut itu dari Gama. Naya masih terdiam. Cukup lama ia menatapnya hingga tidak sadar pria itu susah berada di sisinya.
Cup
Gama terkekeh ringan melihat reaksi gadisnya yang terkejut dengan kecupan singkatnya. "Ap--"
"Kecup kening kamu, Sayang. Itu yang mau kamu tanyakan udah aku jawab dulu." sela Gama sambil menyelami bola mata indahnya. Meneduhkan, Gama merasa nyaman bersinggungan mata.
"Teh nya nggak kemanisan kan?" tanya Gama saat tak sengaja melihat secangkir teh sudah berkurang setengah. Naya menggembungkan pipinya sedikit kesal.
"Iya," singkatnya.
"Kak Gama kenapa masih disini?"
"Enggak boleh?" Sambil menaikkan sebelah alisnya.
Naya menukikkan kedua alisnya,"Bukan, tadi kan katanya pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gamara's
Teen FictionGamara Bagaskara adalah keturunan tunggal dari marga Bagaskara. Pria tampan itu penuh pesona dan karisma. Dan Kanaya odisa ialah gadis yang paling Gama cinta. Pria itu sangat menggilainya. Siapapun pasti akan merasakan akibatnya jika merebut Kanay...