5. Gamara

1.3K 73 5
                                    

Sebelum membaca ayok ayok komennya komennya, kita vote cerita ini.

Tepat seperti apa yang dikatakan Kanaya. Kelasnya berakhir pukul 3 sore. Dan Gamara tengah menunggu kedatangan gadisnya disisi pintu mobil sambil berdiri memainkan ponselnya.

Rupanya ia tidak tahan untuk menunggu lebih lama, sudah 10 menit lebih Gamara berharap munculnya paras ayu gadisnya.

Ia pun terus memberikan pesan dan sesekali menelponnya, berharap ada sahutan. Tetapi sayang itu tidak terjadi, walau WhatsApp Kanaya memperlihatkan online. Namun gadis itu memilih tidak membalasnya.

Baby🌛

Aku udah di depan kampus, kamu dimana?
Kanaya?

Aku tunggu atau aku jemput ke kelas?
Ada kelas tambahan, ya?

Naya?

Gamara menelan ludahnya yang terasa tercekat. Mungkin Naya masih kesal karena tindakannya pagi tadi. Saat memikirkan Naya rasanya perasaan, pikiran, jantungnya bereaksi bersama. Gadis itu sangat berpengaruh terhadap dirinya.

Merasa resah sendiri. Ia pun memutuskan untuk menjemputnya saja. Gama berjalan sedikit cepat menapaki undakan tangga menuju fakultas jurusan yang diambil oleh gadis itu.

Beberapa mahasiswa yang berseliweran disekitarnya sesekali salah fokus akan ketampanan dan pesona yang Gama punya. Padahal lelaki itu memberi ekpresi apapun pada wajahnya.

"Sorry, Nay. Karena buru-buru minuman gue muncrat ke baju lo." kata pria dengan kaca mata minusnya dengan setelan casualnya.

Naya sedikit memberikan kekehan ringan,"Iya Ben, udah 6 kali gue hitung lo minta maaf." sembari tangannya membersihkan bajunya yang terkena noda minuman berwarna milik Beni. Untungnya selama ini Naya selalu membawa tisu basah ya untuk kebersihan tangan saja sebenarnya ternyata malah berguna juga.

"Gue bantuin, ya?"

Sregg

Beni terseret ke belakang cepat, lehernya terasa sakit dan panas akibat tarikan cukup kencang pada sekitar leher kaos dalaman yang di lapisi jaket boomber.

Gigi Gamara bergemelatuk mendengar ucapan yang baru saja Beni lontarkan. Ia tidak akan membiarkan orang lain menyentuh miliknya. Kanaya terkejut bukan akan kedatangan pria di hadapannya yang berdiri membelakanginya.

Beni mendongak, tatapan matanya menusuk pada Gamara. "Siapa lo? Tiba-tiba narik gue, kurang ajar banget jadi orang."

Dibelakang sana Naya merasakan situasi yang tidak baik. Seolah sirine peringatan muncul. "Lo yang kurang ajar. Jauhin tangan lo dari Naya, she's mine." cetusnya dingin melalui sorot mata yang ikut menggambarkan keadaan hatinya.

"Kak..." ucap Naya tercekat, gadis itu sontak menyentuh lengan yang dilapisi kemeja kerja. Raut wajah Beni berubah drastis.
Pria itu menampilkan ekspresi terkejut. Memang ia bukan satu jurusan dengan Naya. Tapi ia kenal dari kontak pertemanan WhatsApp dan saling menyapa ketika tak sengaja bertemu pandang di kampus maupun saat papasan bertemu.

Tidak menyangka kalau Naya sudah memiliki kekasih. Padahal Beni merasa sedikit memilikinya rasa penasaran untuk mengenal Naya.

"Gue cuma mau bantuin Naya, bajunya kotor karena ketumpahan minuman gue." kata Beni.

Gamara tidak memberikan reaksi apapun. Pria itu kian menelisik Beni dalam-dalam. Ia berbalik badan, meneliti setiap inci tubuh gadisnya, lalu tatapannya jatuh pada wajah cantik itu.

Tanpa mengatakan apapun Gamara menarik lembut Naya membawanya pulang, meninggalkan Beni dengan keterdiamannya.

"Sial,"

Gamara's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang