selamat membaca!
love,
6
Pelayan itu muncul di hadapannya membawa kotak perlengkapan obat. "Kau...! Aku harus mengatakan hal ini kepada Nyonya Belle. Kau harus ke rumah sakit!"
"Tidak perlu."
Tak ada pergerakan. Kaisar Ares memandang pelayan yang sedang melamun.
"Kenapa kau diam saja? Cepat bersihkan dan obati lukaku."
"B—baik!" Perempuan itu duduk di sampingnya. "Tolong menghadap ke sini. Aku akan membersihkan bagian depan dulu...."
Kaisar menyerongkan tubuhnya, menghadap pelayan. Dia memejamkan mata saat pelayan perempuan itu mulai membersihkan sekitar lukanya.
"Aku tidak bisa membayangkan rasa sakitnya. Bagaimana ini bisa terjadi?"
Pelayan itu terlalu banyak omong.
"Aku akan membersihkan bagian punggungmu." Perempuan itu pindah duduk ke bagian belakang Kaisar Ares. "Hei, lukamu sangat parah dan harus dijahit. Kau harus ke rumah sakit! Aku akan memanggil Nyo—"
"Bersihkan saja dulu," potong Kaisar Ares dengan segera. Dia ingin semua ini segera selesai. "Jika kau menyuruhku ke rumah sakit lagi, maka kau akan kubunuh."
"B—baik!"
Pelayan itu kembali membersihkan lukanya. Sungguh lamban sekali.
"Punggung Anda sudah terlihat bersih," kata pelayan itu. "Sekarang wajah Anda."
"Tidak perlu. Di dalam kotak obat itu ada kotak kecil. Ambil dan buka, lalu oleskan cairan itu di setiap sisi kulit yang terpisah menggunakan tanganmu yang harus bersih."
"Apa...? Aku harus menggunakan tangan telanjang?"
"Lakukan." Pelayan itu sungguh banyak tanya. Kaisar Ares tak sabar mengambil pedangnya untuk memotong leher gadis itu agar tak bicara lagi. "Lakukan dengan cepat!"
Kaisar Ares mulai sedikit lega ketika luka-luka di punggungnya mulai tertutup. Meski rasa pusing karena kehilangan banyak darah, tetapi setidaknya rasa sakit berkurang secara drastis.
Akan tetapi, kenapa pelayan itu lelet sekali?
"Sejak tadi kau menguji kesabaranku," kata Kaisar. "Apakah kau benar-benar ingin merasakan kematian?"
Kaisar Ares harus bersabar sedikit lagi sampai pelayan itu menyembuhkan semua lukanya. Efek samping dari ramuan tersebut mulai sedikit terasa.
Pelayan itu tertawa. Kini duduk di hadapannya.
"Sesama pelayan harusnya saling menghormati." Kedipan mata dari pelayan itu membuat Kaisar tak habis pikir.
"Kau tak takut padaku?" tanya Kaisar dengan sebelah alis yang terangkat tinggi.
"Mengapa aku harus takut pada sesama manusia?" tanyanya dengan tanpa tahu apa kesalahannya kali ini. Oh, Kaisar harus mengingat bahwa dia berada di dunia lain sehingga akan bertemu dengan orang seperti ini. Lagipula, sepertinya pelayan di depannya ini tak tahu bahwa yang dia hadapai adalah Tuan Heafen, pemilik mansion ini. Dari tadi pelayan itu mengira berhadapan dengan sesama pelayan.
"Obat apa ini? Sepertinya kau tahu cara kerjanya?" tanya perempuan itu. "Seorang pelayan tak mungkin mendapatkan obat ini dengan mudah. Tuan kita pasti mendapatkannya dengan mengeluarkan sebagian hartanya. Bukankah Tuan kita itu adalah manusia yang sangat baik? Nyonya Belle menyiapkan perlengkapan obat ke setiap pelayan dan di dalam sana pasti ada ramuan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lord is a Tyrant
FantasyAnastasia Hyacinth terjebak di dimensi lain dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi penulis fiksi pertama di dunia itu, terutama di Kekaisaran Carlos. Dia bersembunyi di balik nama weivterces, kebalikan dari nama penanya di dunia aslinya...