14

2.6K 264 8
                                    

happy reading!

love,

ZheniteVirai

14

"Cepat! Cepat! Jangan sampai kita ketinggalan!" seru Asia, berdiri dengan tidak sabaran di ambang pintu. Hiya masih mengantuk saat gadis itu keluar dari kamar mandi. Sementara Ilayda sedang berhias diri. Berkali-kali perempuan itu menorehkan gincu merah menyala di kedua bibirnya yang berisi, membuat wajahnya terlihat seksi.

Bagaimana pun juga, Asia tak akan melewatkan kesempatan untuk melihat Kaisar Ares secara langsung. Kapan lagi bisa melihat sang tiran secara langsung jika bukan di acara semacam ini? Perempuan itu sudah siap dengan jubah yang dia gunakan untuk persiapan kabur dari siapa pun itu jika saja dia melakukan sebuah kesalahan. Ilayda juga menggunakan jubah yang mirip. Asia dan temannya yang satu itu tentu tak akan menggunakan tudung jubah karena hanya akan memperkecil pandangan mereka. Berbeda dengan Hiya yang langsung memasang tudung jubah hingga tudung jubah yang kebesaran itu hampir saja menutupi seluruh wajahnya.

"Ayo!" Ilayda berlenggok-lenggok keluar dari kamar. Hiya mengikut di belakangnya. "Bagaimana dengan penampilanku? Apakah aku bisa mendapatkan seorang Kesatria dengan penampilan seperti ini?"

Asia mendengkus. "Kau saja memakai jubah hingga menyembunyikan gaun indahmu itu."

"Kau yang memaksaku mengenakan jubah ini!"

Asia mengangkat sedikit jubahnya dan memperlihatkan celana yang dia gunakan. "Bukankah lebih baik mengenakan celana agar lebih leluasa kabur jika terjadi sesuatu?"

Ilayda menutup pintu, mengunci, dan mengambil kuncinya ketika Hiya yang keluar terakhir dari kamar itu. "Aku khawatir apa yang akan terjadi. Apa yang akan kau lakukan sampai memaksaku memakai jubah? Kau tidak akan membuat masalah, kan?"

Asia mengangkat kedua bahunya. "Entahlah. Aku, kau, maupun Hiya, tak akan tahu apa yang akan terjadi."

Asia memimpin jalan karena dia terlalu bersemangat untuk segera bergabung dengan ribuan rakyat Kekaisaran Carlos yang tinggal di ibu kota. Mungkin, sekitar sembilan puluh persen penduduk ibu kota hadir dalam festival pagi ini. Bagian depan penginapan bahkan penuh oleh orang-orang yang berlari kecil ke deretan lautan manusia yang berdesak-desakan di tepi jalan utama.

Lupa akan keberadaan Ilayda dan Hiya yang dia tinggalkan jauh di belakangnya, Asia sibuk dengan dunianya sendiri menikmati sebuah hal baru dalam hidupnya. Bahkan seumur hidup tak pernah pergi ke festival musik di dunia aslinya yang lebih modern. Namun, Asia menyukai hal-hal yang bersifat sejarah kuno seperti ini dan terlihat seperti mendatangi sebuah dunia fastasi. Pasar malam di dunianya yang modern terkadang seru, terkadang juga membosankan. Seru jika pasar malam tersebut dipenuhi oleh permainan baru dan penjual aksesoris dibanding dipenuhi jajanan makanan.

Suara terompet terdengar dari tembok gerbang ibu kota. Antusias Asia semakin tinggi. Dia berlari sembari memandang seorang prajurit yang berdiri di atas tembok tersebut yang memegang terompet. Meski prajurit di atas sana terlihat sekecil jempol kuku karena jarak yang begitu jauh, tetapi Asia masih bisa melihat dengan jelas seragam prajuritnya.

"Permisi...." Asia berusaha menerobos orang-orang. Sulit sekali! Tak ada yang mau mengalah. Asia seharusnya sadar diri karena dia baru saja datang, tetapi semua orang di tempat itu sama saja saling berebut tempat di bagian depan.

Faktor tinggi membuat Asia tenggelam di tengah gadis-gadis bertubuh yang lebih tinggi darinya, tetapi Asia masih bersyukur mendapatkan tempat yang tidak terlalu di belakang.

My Lord is a TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang