selamat membaca!
love,
vote dulu sebelum baca, yaa 😍 terima kasih❤️🫶🏻
10.
Gadis itu sepertinya masih remaja awal. Dia makan ikan dengan lahap seolah belum makan selama berhari-hari.
Tubuhnya terlihat kurus. Tulang mata pergelangan tangannya sampai terlihat dengan jelas. Dia hanya pingsan sebentar. Bahkan Asia dan Ilayda baru akan memindahkan gadis itu, tetapi gadis itu tiba-tiba bangun dan berlari ke pembakaran ikan, kemudian menatap Asia dan Ilayda secara bergantian sambil berkata, "Bolehkah aku mencicipinya sedikit saja?"
Dia bertanya dengan mata berkaca-kaca. Wajahnya terlihat kasihan. Bibir Ilayda sampai bergetar saking kasihannya.
Gadis itu memang meminta sedikit, tetapi ini sudah empat ikan yang dia habiskan. Asia sampai kembali menangkap beberapa ekor ikan lagi karena menebak gadis itu akan makan banyak.
Mereka mengelilingi api. Ilayda bertopang dagu memandang gadis itu. Seolah dia sedang melihat adiknya yang sedang makan dengan lahap. "Makan yang banyak! Emilia akan menangkap banyak untuk kita. Kau tenang saja, besok pagi Emilia akan menangkap banyak ikan lagi!"
Asia tersenyum saat perhatian gadis itu tertuju padanya sebelum kembali fokus menggigit ikan yang baru saja dia ambil dari pembakaran.
Asia memiliki banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan. Mengapa gadis itu bisa berakhir di sini? Dari mana asalnya? Namun, Asia tidak ingin mengganggu seseorang yang sedang makan dengan lahap.
"Siapa namamu?" tanya Ilayda.
Gadis itu berhenti sebentar. "Hiya...."
"Namamu terdengar manis!" Ilayda tersenyum ceria. "Hiya~, kau terlihat masih muda. Berapa umurmu?"
"Empat belas tahun," balas Hiya dengan pipi yang membulat karena makanan.
"Kau terihat seperti seorang Putri."
Hiya berhenti mengunyah untuk sesaat, lalu kembali makan lagi dan seolah-olah tak mendengarkan perkataan Ilayda.
Asia tak lepas memperhatikan perubahan ekspresi gadis itu. Mencurigakan! Bisa saja Hiya hanya tak ingin menanggapi perkataan Ilayda yang asal bicara. Namun, bisa juga Hiya berusaha tak menggubris perkataan Ilayda yang merupakan sebuah fakta.
Bukankah Kaisar Ares dan para pasukan Kesatria Kekaisaran Carlos berhasil mengalahkan kerajaan tetangga? Mungkin saja Hiya adalah Putri dari kerajaan tetangga yang berhasil kabur?
Saat Ilayda bertanya namanya, Hiya terdiam seolah memikirkan sebuah nama palsu.
Asia tersenyum, antusias dengan sebuah teori yang muncul di benaknya. Dia harus dekat dengan Hiya. Asia menatap Ilayda. Perempuan itu melihat Hiya seperti adiknya sendiri.
"Bukankah dia menggemaskan?" tanya Ilayda pada Asia.
Hiya mendengarkan percakapan mereka, tetapi memilih fokus pada makanan.
"Hehe, iya dia manis dan menggemaskan!" seru Asia, membuat Hiya menunduk sambil terus mengunyah. Mungkin dia malu dengan pembicaraan dua orang yang lebih dewasa darinya itu.
Hiya memang menggemaskan, tetapi keinginan untuk mencari ide yang muncul di pikiran Asia jauh lebih menggemaskan.
Asia memandang lamat-lamat wajah Hiya yang imut. Terlihat sekali wajah bocahnya atau Asia saja yang sudah merasa tua?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lord is a Tyrant
FantasyAnastasia Hyacinth terjebak di dimensi lain dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi penulis fiksi pertama di dunia itu, terutama di Kekaisaran Carlos. Dia bersembunyi di balik nama weivterces, kebalikan dari nama penanya di dunia aslinya...