Asia melihat sekelilingnya. Lokasi mereka sekarang mungkin saja berada cukup jauh dari rumah bordil. Lorong kecil yang merupakan celah di antara dua bangunan yang mereka lewati tadi cukup panjang. Mereka akan mudah ditemukan oleh penjaga keamanan rumah bordil jika penjaga keamanan rumah bordil itu mengejar mereka lewat jalan yang Asia dan Ilayda lalui. Namun, mustahil mereka bisa melewatinya. Penjaga keamanan rumah bordil yang Asia amati memiliki tubuh besar dan berotot. Para penjaga tak akan mungkin bisa lewat di sana dengan tubuh seperti itu sehingga harus memutari deretan bangunan yang panjang.
Ilayda menggandeng tangan Asia, tak mau melepasnya sejak tadi. "Salah satu alasan mengapa aku memilih kabur lewat lokasi sampah adalah karena Nyonya Sophia memiliki sebuah benda untuk melacak. Jika kita melewati lokasi berbau sampah, maka benda itu akan tidak berfungsi. Tidak banyak yang tahu tentang sihir pelacak."
Benda dengan sihir pelacak. Asia tersenyum semringah. Andaikan saja dia memiliki buku catatan kecil untuk mencatat hal-hal menarik. Terkadang Asia lupa beberapa hal karena kepalanya sudah terlalu banyak informasi sehingga terkadang ingatan-ingatan baru yang seharusnya tersimpan di memori jangka panjangnya, malah tersimpan di memori jangka pendek.
"Aku akan menceritakan lebih banyak lagi ketika kita beristirahat. Hah! Aku ingin segera mandi!" seru Ilayda, menarik Asia memasuki sebuah penginapan yang terlihat biasa-biasa saja. Di wilayah ini ada deretan penginapan yang berbeda-beda. Mereka berhenti di depan resepsionis yang terlihat sepi. Ilayda merogoh sesuatu dari kantong gaunnya. Dia mengeluarkan beberapa koin perak dn satu koin emas, lalu menaruhnya di meja. "Satu kamar untuk dua orang. Saya akan memberikan Anda satu koin emas jika Anda melindungi penginapan ini sampai besok dari orang-orang rumah bordil yang mencari wanita-wanita malam yang sedang kabur. Anda juga harus melakukan sumpah janji."
Resepsionis yang merupakan seorang perempuan itu tersenyum. "Penginapan kami selalu berpihak pada orang-orang yang ingin mendapatkan kebebasan mereka."
Resepsionis itu mengeluarkan sebuah liontin. Dia menggantungnya di tangannya, lalu menusuk ujung ibu jarinya hingga mengeluarkan darah yang kemudian dia tetesi ke atas liontin itu. "Silakan, tangan Anda."
Ilayda menggenggam liontin itu hingga muncul sinar biru yang muncul sedetik.
"Dengan begini sumpah janji selesai. Saya akan melindungi penginapan ini dari orang-orang rumah bordil yang datang mencari wanita-wanita malam yang sedang kabur," kata resepsionis itu sembari mengulurkan sebuah kunci. "Kamar Nona-Nona ada di lantai dua, nomor kamar tiga belas."
"Terima kasih." Ilayda menarik Asia dan berlari terburu-buru menaiki tangga setelah mendapatkan kunci kamar mereka.
Ada banyak hal yang ingin segera Asia ketahui. Sepertinya, Ilayda banyak mengetahui hal-hal menarik di dunia ini. Namun, sebelum itu mereka harus mandi terlebih dahulu dan mengganti pakaian mereka yang bau.
Setelah mengunci kamar dengan aman, Ilayda langsung membuka gaunnya.
"Sebenarnya, pakaian di balik gaun yang kita gunakan masih layak untuk dipakai ke mana-mana." Yah, itu di dunia Asia, tetapi di dunia ini pakaian yang Asia maksud hanya sekadar pakaian dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lord is a Tyrant
FantasyAnastasia Hyacinth terjebak di dimensi lain dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi penulis fiksi pertama di dunia itu, terutama di Kekaisaran Carlos. Dia bersembunyi di balik nama weivterces, kebalikan dari nama penanya di dunia aslinya...