29

2.5K 335 32
                                    

29

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

29

Hiya berlari memeluk kantong kertas yang berisi roti dengan berbagai rasa; asin, manis, dan asam manis. Hanya itu yang dia dapatkan. Emilia, atau yang saat ini dia ketahui bernama Asia, memintanya untuk membeli camilan dan Asia tak tahu camilan seperti apa yang Asia inginkan.

Hiya berhenti di depan restorannya. Tulisan tutup. "Mengapa restoran tutup secepat ini?"

"Ada kejadian saat Anda pergi, Nona." Seorang wanita yang merupakan salah satu koki di restoran HAI berdiri di samping Hiya dengan senyum sedih. "Entah apa kesalahan Nona Emilia, tetapi beberapa saat lalu Nona Emilia dibawa oleh para Kesatria kekaisaran."

"Apa...?" Hiya langsung terpikirkan pamflet itu. Dia buru-buru membuka pintu kaca. "Di mana Kak Ilayda?"

"Nona Ilayda pamit, Nona," kata wanita itu sembari memberikan sebuah surat kepada Hiya. "Ini surat yang dia tinggalkan untuk Anda."

"Terima kasih...." Hiya menerima surat itu dengan perasaan kacau, lalu duduk di kursi dalam restoran yang sepi kemudian membaca isi surat dari Ilayda.

hai, adikku yang manis!

maafkan aku karena sepertinya untuk waktu yang entah sampai kapan, kita tak bisa bertemu.

aku pergi ke tempat yang jauh untuk memulai hidup yang baru.

asia juga telah dibawa ke istana dan bertemu yang mulia kaisar. kau tak usah pedulikan dia. entah kenapa aku yakin dia akan selamat dari pedang yang mulia kaisar. namun, jika dia tidak pandai dalam melihat situasi..., mungkin hari ini adalah pertemuan terakhir kita dengannya

tapi sungguh, aku telah melihat seperti apa emilia/asia selama ini. dia bisa bertahan hidup meski berhadapan dengan kaisar sekalipun. aku sudah sedikit membantunya.

yah, hidup terus berjalan, kan? kau tidak sendirian di sana. ada para pekerja restoran. kau juga tak perlu khawatir kekurangan uang. kehidupanmu akan tercukupi dengan hasil restoran milikmu.

kakak tercintamu,

ilayda

"Apa maksudmu?" Hiya menggigit bibir, menahan tangis saat air matanya terus berjatuhan di atas kertas. "Aku tidak mau sendirian!"

***

"Maju." Sir Axton mendorong punggung Asia dengan ujung tombak tumpul itu lagi.

Asia hanya bisa menunduk, menatap karpet merah marun di sepanjang perjalanan menuju Kaisar Ares.

Para bangsawan yang berdiri di sisi kiri dan kanan karpet, menatap Asia dengan berbagai ekspresi.

"Ternyata penulis meresahkan itu hanyalah gadis muda ... cantik"

"Ehm, dia akan merasa beruntung jika menjadi istri keduaku."

"Bukankah dia lebih cocok menjadi istri kelimaku?"

"Dia seumuran dengan anak pertama Anda, Tuan! Gadis itu lebih cocok untuk bangsawan muda sepertiku."

"Bangsawan muda? Anda sudah memasuki kepala empat hoho."

Suara bisik-bisik para pria tua tak tahu diri itu sungguh mengganggu telinga Asia.

Asia terjatuh berlutut satu meter di depan tangga setelah Sir Axton mendorong punggungnya dengan ujung tumpul tombak. Asia belum berani mendongak.

"Beri salam pada Yang Mulia Kaisar!" seru Sir Axton, memukul pelan punggung Asia dengan tombak tumpul.

Asia bersujud dan berteriak. "SELAMAT PAGI, YANG MULIA KAISAR ARES!"

Semua bangsawan mendelik padanya. Kaisar Ares tak bergerak sedikit pun di tempatnya. Laki-laki itu begitu santai, bersandar di kursi, bertopang pipi sembari memandang Asia yang masih bersujud padanya. "Apa yang gadis itu lakukan?" gumam Kaisar Ares dengan tatapan datar, lalu dia mulai berdiri.

"Bangunlah!" seru Sir Axton. "Ucapkan salam yang benar!"

Asia buru-buru bangkit, lalu menatap Kaisar Ares yang sedang menuruni tangga. Bibir Asia bergerak, matanya mengedip berkali-kali. "Tu—tu—an Heafen!"

"Ya, ini aku." Perkataan Kaisar Ares membuat para bangsawan memandang satu sama lain dengan bingung.

"Tuan Heafen?"

Asia mengatupkan bibirnya. Tidak aneh mengingat Kaisar Ares bisa berteleportasi ke tempat lain. Teori yang sempat Asia pikirkan itu ternyata benar. Tuan Heafen adalah Kaisar Ares.

Asia meneguk ludah memandang pedang Kaisar Ares.

"Kalian semua menyingkir." Kaisar Ares memandang tajam sepasang mata Asia yang bersitatap dengannya. "Aku ingin bergerak dengan bebas saat melayangkan pedang ke lehernya. Kalian jangan mendekat sebelum kepalanya terpisah dengan tubuhnya."

Semua Kesatria segera mundur. Para bangsawan bergerak semakin menepi ke dinding. Kini jarak Asia dan Kaisar Ares semakin dekat. Laripun hanya akan membuatnya mati lebih cepat. Asia berpura-pura memeluk tubuh saat Kaisar Ares mulai mengangkat pedangnya. Dengan cepat Asia mengambil botol kaca tersebut dan membuangnya ke tubuh Kaisar Ares. Botol kaca yang memang tipis itu langsung pecah mengenai pipinya. Para Kesatria tak berani bergerak atas perintah Kaisar Ares sebelumnya. Para bangsawan hanya bisa membelalak. Perdana Menteri menatap khawatir Kaisar Ares dari tempatnya berdiri.

Kaisar Ares mengangkat pedangnya, lalu menancapkannya di karpet, menembus dalam lantai aula. Laki-laki itu kemudian bertekuk lutut di depan Asia yang baru saja terjatuh karena lemas menghadapi kematian di depan mata.

Asia menaruh kepalan tangannya di depan dada. Jantungnya berdegup kencang sekali saat wajah Kaisar yang penuh cairan ungu itu menatapnya dengan tatapan aneh.

Kaisar Ares tiba-tiba merangkak dan membuat Asia mundur ke belakang dengan panik saat Kaisar Ares berusaha meraih kaki telanjang Asia.

"Apa yang Yang Mulia lakukan...?" adalah pertanyaan yang sama datang dari berbagai sisi; para Kesatria, para bangsawan, dan Perdana Menteri.

Asia tak bisa bersuara saking kagetnya saat Kaisar Ares berhasil memegang kaki kirinya dan mencium punggung kakinya berkali-kali seperti orang mesum.

Semua orang kaget. Saking kagetnya hanya bisa diam seperti patung di tempat.

Wajah Kaisar Ares memerah dengan senyum yang dia tujukan hanya untuk Asia. "Anastasia Hyacinth, mau kah kau menjadi permaisuriku?"

Ilayda sialan! Ramuan itu ternyata adalah ramuan cinta?!

***



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Lord is a TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang