Pagi pagi sekali kediaman Alfiend sudah ramai dengan teriakan dari sang majikan.
Para pelayan dan prajurit yang melihat majikannya tantrum pun panik takut kepala mereka terpisah."HEY KAU DIMANA TABIB!? KENPA BELUM DATANG JUGA!?"tanya Axton membentak.
Badan pelayan yang ditanyai oleh Axton pun Bergetar, ia menjawab pertanyaan dari sang majikan dengan terbata bata.
"I-itu tuan t-tabib sedang perjalan menuju kemari"
Axton yang mendengar itu pun makin misuh musuh tidak jelas dan Liliana yang melihat itu pun memutar mata dengan malas saja.
"Sudah lah Axton, kau tak perlu marah marah, lagian aku hanya sedikit pusing dan mual saja. Kenapa kau berlebihan sekali"ucap Liliana yang sudah jengah dengan ketantruman Axton.
"Bagaimana aku tidak marah marah sayang, kau dari tadi pagi terus mual dan kau pun selalu mengeluh pusing, sedangkan tabib sialan itu sangat lambat kemari"ucap Axton kesal.
"Ya..ya...ya terserah kau saja"
Tak lama kemudian terdengar beberapa suara kaki, yang ternyata itu adalah tabib yang dari tadi terus ditunggu kehadirannya oleh Axton.
"Salam Duke Alfiend semoga anda selalu diberi kesehatan dan keselamatan"
"Kenapa kalian lama sekali kemari, kalian tak lihat istriku sudah lemas begitu hah? Dasar pemalas"ucap Axton sarkas. Hingga membuat Liliana malu dan terus mengutuk Axton didalam hati.
"Maafkan kami duke, saya berjanji ini terakhir kalinya"
"Ck! Sudahlah cepat periksa istriku"
Selama tabib memeriksa Liliana, Axton terus saja mengoceh tiada henti. Hingga rasanya tabib itu ingin membanting Axton saja , namun dia masih sayang kepalanya.
Melihat tabib itu selesai memeriksa. Axton lekas bertanya mengenai keadaan sang istri.
"Bagaimana dengan keadaan istriku?"
"Duchess baik baik saja Duke, justru ada kabar baik. Saat ini duchess sedang mengandung penerus anda Duke Alfiend. Saya ucapkan selamat atas kabar ini" jelas tabib itu sambil tersenyum.
Axton dan Liliana hanya mematung saja mendengar kabar itu. Mereka berdua sangat terkejut, padahal hanya satu kali mereka melakukannya. Namun dapat membuahkan hasil.
Tidak di pungkiri bahwa mereka sangat senang mendengar pengakuan dari tabib itu. Terutamanya Axton yang langsung tersenyum sambil memeluk Liliana dengan mata yang sudah mengeluarkan air mata.
"Terimakasih sayang, terimakasih" ucap Axton yang tidak henti hentinya mengucapkan terimakasih.
Liliana yang masih dalam keadaan speechless, tetap diam. Namum air mata bahagia sudah melinangi pipi nya. Liliana sangat senang mendengar nya karena sekarang ia sedang mengandung.
Mereka pun berpelukan hingga mengabaikan keberadaan tabib yang hanya memandang mereka dengan jengah, walau ditutupi sih.
"Ekhm..Duke bolehkah saya keluar?"tanya tabib itu hati hati.
"Ya, keluar lah sana!"ucap Axton tanpa mengalihkan perhatian dari Liliana.
Sekarang dikamar itu hanya ada mereka berdua. Dengan keadaan Axton yang masih memeluk tubuh Liliana dengan erat.
Setelah tangis menangis sekarang mereka sedang membicarakan hal yang sedikit melatur. Em..mungkin hanya untuk Axton saja.
"Sayang sebentar lagi kita akan menjadi orang tua, aku akan menjadi ayah dan kamu menjadi ibu. Ahh... rasanya aku sudah tidak sabar menantikan kehadiran anak kita, dan aku akan mengajari nya untuk menjadi kesatria yang hebat agar bisa menggantikan aku nanti"ucap Axton yang mulai halu.
"Hahaha sudahlah Axton,lagian anak kita masih lama. Mungkin delapan bulan lagi baru dia lahir"ucap Liliana jengah.
"Walau begitu kita harus merencanakan sekarang sayang. Agar anak kita tumbuh menjadi pria yang tangguh dan hebat seperti ayahnya"ucap sombong Axton.
"Ya ya terserah mu saja. Oh iya apa kamu sudah memberi tahu kedua orang tua kita suamiku?"tanya Liliana.
"Belum, mungkin setelah ini"
"Baiklah"
Setelah pembicaraan itu, sekarang kamar ini hanya terisi pembicaraan dan perlakuan yang romantis yang diberikan Axton kepada Liliana.
________________________
Jangan lupa pencet ⭐
Terimakasih*Maaf jika lama update nya, karena sekarang saya sedang melakukan ujian kenaikan kelas. Terimakasih*
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Antagonis
FantasySialan, apa apaan ini?! kenapa malah Antagonis kesayangan gue sih yang mati!" Disaat sedang sibuk mengumpat, gadis itu tidak menyadari bahwa rumahnya kemalingan. Tiba tiba masuk dua orang maling ke dalam kamar dan menusuk tepat dijantung gadis itu y...