terimakasih

377 49 1
                                    

Satu Kelas
©2024





"Saya pamit pulang dulu ya mas, anak saya udah nungguin jajannya." ucap bapak-bapak itu dengan sopan. "Mas nya mau ikut sekalian? Biar saya antar."

Gue yang ngerasa diajak ngomong lantas tersenyum kecil dan menggeleng sopan. "Makasih pak, saya nanti dijemput temen."

"Yasudah kalau begitu saya duluan."

"Sekali lagi makasih banyak ya pak udah tolongin adek saya. Maaf merepotkan." sambung Jake dengan senyum segarisnya.

Ternyata anak yang baru gue bawa ke rumah sakit ini adeknya Jake.

Jake.

Jake si gemes.

Jake gebetannya Park Sunghoon.

Gak ketebak sama sekali alurnya bakal begini.

Bapak-bapak si pemilik mobil tadi udah pergi beberapa saat setelahnya. Menyisakan gue dan Jake yang berdiri bersebelahan di depan ruang inap Ganes.

Sekarang gue tau nama tu bocah. Dia di dalem lagi ditemenin sama cowok tinggi yang suka bareng Jake. Yang waktu itu nungguin Jake di depan pintu kelas.

Penasaran bat gue sama ni orang. Fyp mulu di penglihatan gue.

"Tadi dia kecelakaan dimana?" tanya Jake mengalihkan atensi gue.

Gue ngangkat alis samar sambil garuk hidung yang gak gatal. Mendadak dilanda gugup kalo ditatap begini.

"Di depan indomaret deket rumah gue. Tadi kebetulan gue lagi disana abis kelar belanja. Adek lu ditabrak dari belakang, keseret sekitar 100 meter," papar gue tanpa diminta.

Jake ngangguk pelan sambil gumam samar.

"Yang nabrak dimana?" tanyanya dengan suara datar khasnya.

"Kabur. Tapi tadi beberapa warga ada yang ngejar. Entah ketemu apa enggak."

"Oh.."

"Gue baru tau itu adek lu," celetuk gue seraya bersandar pada tembok.

Jake mendekat gak begitu menanggapi. Dia ikut menyandarkan punggungnya di sebelah gue.

Gak ada hal lain yang gue tangkap selain raut khawatirnya yang mencoba ditutup-tutupi. Dan gue gak bisa melakukan banyak hal walaupun rasanya pengen.

"Nanti lu sama siapa?" tanya gue sedikit menunduk menatap manik kecoklatan itu.

"Itu, ada temen gue," sahutnya menunjuk dengan dagu ke arah ruang inap. "Nyokap baru bisa dateng besok."

Gue mengangguk tanda mengerti. Terjawab sudah rasa penasaran gue soal eksistensi manusia tinggi di dalam sana.

Benda gepeng di kantung celana training gue bergetar. Gue mengeluarkannya dan ngeliat rentetan chat yang Jay kirim kalo mereka bertiga udah ada di parkiran.

Gue bergerak merubah posisi. Untuk sejenak menatap Jake yang kini ngebales tatapan gue tanpa ekspresi.

"Lu gak apa-apa cuma berdua doang? Kalo lu gak keberatan gue bisa ikut nemenin kalian disini," tawar gue tulus.

Jake menggeleng, "Gapapa."

Gue mengangguk paham. "Gue balik dulu kalo gitu. Temen gue udah jemput."

Setelahnya gue beranjak untuk pergi. Baru dua langkah, seonggok tangan kecil menahan lengan gue.

"Sunghoon!"

Gue berbalik dan menoleh kaget. Alis gue terangkat tinggi seiring dengan debaran jantung yang perlahan menggila.

"Kenapa, Jake?"

Jake melepas cekalannya di tangan gue. Si mungil ini berdeham singkat kemudian tersenyum tipis.

"Makasih ya."

Satu Kelas
To be continued

Satu Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang