ramyeon

355 37 1
                                    

Satu Kelas
©2024





Jake beneran anak orang kaya. Kaya yang kaya banget. Rumahnya lumayan gede ada dua tingkat. Halamannya luas terus ada kolam air mancurnya juga di depan. Disekelilingnya banyak tanaman-tanaman hias dengan rerumputan hijau yang terpangkas rapi. Ini sih mirip rumah-rumah influencer terkenal yang sering dibikin konten-konten itu.

Dalemnya lebih mewah lagi. Temen-temen gue kalo diajak kesini pasti norak.

Tapi rumah segede ini kenapa bisa sepi banget? Kayak.. gue merasakan kekosongan yang hampa di rumah ini.

"Jake!" Jisung berteriak dari ruang tamu sambil naruh obat-obatan yang dia bawa ke atas meja.

Jake keluar dari arah ruang tengah setelah nutup pintu kamar yang ada disitu. Tatapannya langsung tertuju ke arah gue.

"Sunghoon? Kok lu bisa nyampe sini?" herannya.

"Gue yang ajak," sahut Jisung menyambar. Si jangkung itu ngelepas jaket denimnya dan ditaruh asal di atas sofa. "Mba Susan belum kesini?"

"Belum. Masih dijemput pak Cipto tadi." balas Jake. Jisung ber oh ria.

"Gue numpang tidur di kamar lu ya."

"Jangan diberantakin!"

Jisung menggumam asal gak terlalu memperdulikan. Sesaat setelahnya cowok itu melesat naik ke lantai atas menyisakan gue dan Jake yang berdiri saling berhadapan.

"Gue gak tau kalo Ganes udah dibawa pulang. Tadi gue ke rumah sakit," ujar gue menjelaskan. Gue tersenyum kecil menyerahkan totebag biru tua yang gue bawa. "Ini, mama gue bikin salad buah tadi."

Jake menyunggingkan senyum tipis. "Thanks ya. Gue taro dulu ke belakang. Duduk dulu, Hoon."

Alih-alih duduk, gue malah ngintilin Jake yang berjalan ke dapur sambil ngeliatin sekeliling.

"Ganes dimana?" tanya gue memecah hening.

"Tu, di kamar. Mau masuk?"

"Nanti aja deh. Biar dia istirahat dulu."

Jake meletakkan totebag tadi di atas meja makan dan menyusun isinya ke dalam kulkas.

"Lu suka ramyeon?" celetuknya.

"Hm? Suka."

"Gue buatin sekalian ya."

Belum sempet nyaut si Jake udah keburu ngeluarin dua bungkus ramyeon instan beserta peralatan memasak dari dalam lemari.

Alis gue terangkat heran melihat beberapa merk mie instan tersusun rapi di dalamnya.

"Stok mie lu banyak juga."

"Yang gampang dimasak cuma itu." sahutnya santai sambil menyalakan kompor menunggu air rebusannya mendidih.

Gue terkekeh pelan mendengar jawaban sederhana itu. Tangan gue bertumpu pada kitchen kabinet dengan pandangan memendar memperhatikan sekeliling.

"Rumah lu sepi banget. Ortu lu pada kemana?" tanya gue menyuarakan rasa penasaran.

Ada jeda beberapa detik sebelum cowok mungil di sebelah gue ini ngejawab,

"Sibuk."

Bibir gue terkatup rapat merasakan atmosfer disekitar mendadak berat. Gue bukan pakar lingkungan, tapi untuk memahami kondisi yang satu ini bukanlah hal sulit. Satu kesimpulan di otak gue, kalo hubungan keluarga Jake bisa dibilang kurang harmonis.

Ni anak masih sibuk sama kegiatannya nuangin bumbu-bumbu instan ke dalam panci.

Naluri gue saat itu terdorong begitu saja.

"Jake."

"Hm?"

"Kalo lu mau sesuatu, bilang ke gue ya."

Satu Kelas
To be continued

Satu Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang