confess

410 48 1
                                    

Satu Kelas
©2024





Author POV.

Jake berjalan mendekat menghampiri Sunghoon yang duduk mengemper pada karpet bulu di ruang tengahnya. Ia membawa semangkuk kecil berisi es krim tiga rasa yang tadi Sunghoon belikan.

"Lu orang paling idiot yang pernah gue kenal," seloroh Jake ikut mendudukkan dirinya di hadapan cowok jangkung itu.

Sunghoon menoleh sesaat, mendengus kecil merasa tertohok.

"Maaf.. gue gak tau gimana caranya minta maaf yang romantis." katanya tanpa sadar.

"Kenapa harus romantis?" alis Jake menukik menatap Sunghoon yang kini gelagapan.

"Ya... biar keren aja," balas Sunghoon kalem mencoba tak terlihat salah tingkah.

Jake memutar bola mata. Kembali menikmati es krimnya dengan cara diaduk membuat rasanya jadi tercampur. Tapi enak.

"Gue jomblo kok, Jake." ucap Sunghoon tiba-tiba membuat Jake menoleh menatapnya bertanya.

Sunghoon masih betah menunduk merakit lego bunga mawar sambil menyontek pada buku panduan. Cowok itu tampak santai. Tak merasa bahwa pemberitahuan nya barusan terdengar aneh.

"Ya terus?" beo Jake heran.

"Ngasih tau aja," Sunghoon bergerak kecil meluruskan punggungnya yang sedikit pegal dipakai menunduk. Walau setelahnya menunduk lagi melanjutkan rakitannya. "Cewek yang waktu itu lu liat di depan kafetaria itu mantan gue. Kita udah gak ada apa-apa kok. Gue cuma nganterin dia pulang aja, itu doang."

"Kenapa lu ngasih tau ini?" tanya Jake masih tak paham.

Sunghoon perlahan mengangkat wajah. Menyadari tatapan Jake yang tak terbaca membuatnya terhenyak. Sunghoon merasa bahwa semuanya harus diluruskan, tapi sepertinya persepsi Jake tentang ini agak berbeda. Sunghoon berangan teralalu tinggi. Tanpa berpikir bahwa Jake sebetulnya tak membutuhkan penjelasan apapun darinya. Bahkan soal Yuna sekalipun.

"Eh, gue kira lu bakal cemburu. Hehe sorry, gue kepedean banget ya?" kekeh Sunghoon merasa bodoh.

Mendadak atmosfer disekitar mereka terasa memberat. Jake tak mampu bersuara atau sekedar membuka mulutnya. Ia tak mengira bahwa pria di depannya ini bertindak diluar prediksi.

Kalau boleh mengakui, Jake suka cara Sunghoon berbicara. Cowok itu seadanya, apa adanya. Ia tak perlu repot-repot menjadi orang lain untuk menarik perhatian Jake. Jujur, pengakuannya barusan membuat hati Jake terasa penuh. Sesuatu yang sebenarnya ingin dia cari tahu, tapi tak berani karena merasa itu semua diluar kuasanya. Sekarang Sunghoon datang, dan meluruskan yang seharusnya diluruskan. Sunghoon menyampaikan apa yang selama ini ingin Jake dengar.

Jake tidak munafik, bahwa selama ini ia sudah jatuh dalam pesona cowok sagitarius itu. Diam-diam ia juga memperhatikan bagaimana cara Sunghoon bertindak, memberi perhatian-perhatian kecil, atau mengapresiasi tindakan kecil yang Jake lakukan.

Selama hidupnya Jake tak pernah merasakan itu semua. Orang tuanya selalu menuntutnya untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal. Mereka jarang mengapresiasi, tapi sekalinya Jake berbuat salah disalahi habis-habisan. Tidak hanya Jake, Ganes pun sama. Keluarga mereka pelik. Broken home. Tidak ada peran orang tua di kehidupan kakak beradik itu. Jake dan Ganes adalah jiwa yang kosong. Itulah yang menyebabkan Jake menjadi pribadi yang dingin dan tak tersentuh. Menurutnya tidak ada orang tulus di dunia ini, sama seperti kedua orang tuanya.

Tapi.. Sunghoon ada. Sunghoon hadir. Ia disini. Nyata dihadapan Jake. Cowok itu yang selama ini diam-diam mengisi kekosongan di hatinya. Entah sejak kapan perasaan ini muncul, tapi ia tak mau denial lagi.

"Udah jadi nih. Bagus gak?" Sunghoon tersenyum lebar memamerkan hasil karyanya berupa dua lego bunga mawar yang terbentuk cantik.

Jake terpaku untuk sesaat. Mendadak yang indah bukan bunganya, tapi senyuman Sunghoon. Ia mendengus pelan, menaruh mangkuk es krimnya di sisi tubuh. Tangannya terulur untuk mengambil dua tangkai bunga dari genggaman Sunghoon yang kemudian digeletakkan begitu saja di atas karpet.

Semua terjadi begitu cepat saat tubuh kecil Jake menerjang Sunghoon dan memeluknya sangat erat.

"J-jake... Lu... gapapa?" lirih Sunghoon tergagap. Lengannya terangkat untuk membalas pelukan dari yang lebih kecil walau nyatanya ia terkejut bukan main tiba-tiba disambar begini.

"Lu bener. Gue gak suka ngeliat lu deket-deket sama cewek lain. Gue cemburu, Sunghoon.." cicit Jake malu-malu. Suaranya teredam karena wajahnya dibenamkan di bahu lebar cowok itu.

Sunghoon terdiam. Menciptakan keheningan membuat debaran jantung mereka bertalu heboh satu sama lain. Sudut bibir Sunghoon terangkat membentuk senyum kecil, yang perlahan menjadi merekah seiring dengan pelukannya yang semakin mengerat seakan tak mau lepas.

"Jake.."

"Hm?"

"Pacaran yuk."

Satu Kelas
To be continued


Satu Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang