hospital

403 44 1
                                    

Satu Kelas
©2024


"Ayo ayo, keburu sore!" seru bang Heeseung bersiap menaiki motornya.

"Gue gak ikut."

Taehyun dan bang Heeseung menoleh kompak. "Kenapa?"

"Mau ke rumah sakit dia. Biasalah, misi kemanusiaan." sahut Jay mewakili.

Gue tersenyum culas mengundang cibiran dari yang lain.

"Lu mau jenguk adeknya apa ngapelin abangnya?" goda Taehyun sambil memasangkan helm ke kepalanya. Bersiap naik ke boncengan Jay.

Gue gak begitu menanggapi. Setelahnya gue pamit undur diri dari hadapan mereka di parkiran sekolah sore itu.


*


Sesampainya di rumah sakit, gue langsung menuju kamar rawat yang udah gue hapal di luar kepala. Pintu kamarnya sedikit kebuka memudahkan gue untuk mengakses ke dalam.

"Hei.." sapa gue setelah mengetuk pintu.

Ganes menoleh lantas tersenyum lebar mempersilahkan gue masuk. Bocah smp itu setengah duduk di ranjangnya sambil asik ngeliat tontonan di televisi rumah sakit.

"Gimana kondisinya? Aman?" basa-basi gue sembari naruh seplastik bingkisan yang tadi gue beli ke atas meja dekat ranjang.

Ganes mengangguk kecil. "Aman bang."

"Udah makan? Minum obat?"

"Udah," jawabnya terkekeh kecil. "Ini... bang Songun bukan?"

Gue tertawa kecil, meralat. "Sunghoon."

"Eh iya ding, bang Sunghoon." kata bocah itu meringis malu. "Gue semalem gak terlalu inget muka lu bang. Tapi bang Jake bilang elu yang bawa gue kesini. Makasih ya bang!"

Ganes ini ceria, berbanding terbalik dengan Jake. Kalau Jake lebih ke pendiam, Ganes kebalikannya. Padahal semalem ni bocah kayak orang gak bernyawa dengan kaki kirinya yang dipasang gips. Tapi sekarang udah cerewet dan sksd banget.

Gapapa. Ambil dulu hati adeknya baru pacarin abangnya.

"Sama-sama," gue tersenyum seadanya. Melirik ke sekitar merasa ada yang kurang. "Abang lu kemana?"

"Lagi mandi."

"Temennya?"

"Bang Jisung? Udah pulang dia, belum lama juga kok."

Oh, namanya Jisung.

Suara pintu kamar mandi terbuka mengalihkan atensi gue. Jake keluar dari sana dengan kaus putih dan celana pendek sebatas paha tengah mengeringkan rambut basahnya pake handuk. Sesaat dia terkesiap melihat kehadiran gue.

"Eh, sorry. Gue kira gak ada orang," katanya sedikit canggung.

Gue tersenyum kikuk berusaha ngalihin pandangan dari paha mulusnya.

"Gue cuma bawa puding milo sama roti," ucap gue menunjuk bingkisan dari toko kue di atas meja.

Jake berjalan mendekat setelah ngejemur handuknya di dekat jendela.

"Thanks ya. Padahal gak perlu repot-repot."

Gue terkekeh kecil mengibaskan tangan. Lantas menoleh memperhatikan raut wajah Jake yang letih.

"Udah makan?"

Jake mengangguk seadanya.

Setelahnya gue ngebuka resleting tas, ngeluarin sesuatu dari sana.

"Ini buku lu yang ketinggalan kemarin," Jake mengambil alih buku tulis yang gue serahkan. "Foto-foto materinya udah gue kirim di wa ya. Kalo lu gak sempet nyatet setidaknya ada jejak digitalnya. Biar gampang kalo mau belajar."

Gue kembali menutup resleting tas. Beberapa detik yang ada hanya keheningan bikin gue menoleh penasaran ke arah Jake yang ternyata lagi diem ngeliatin gue.

Ujung bibirnya terangkat untuk sesaat.

"Lu cerewet juga ya orangnya."

Satu Kelas
To be continued

Satu Kelas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang