"Apa aku tak salah dengar, Pak Sasuke menyukai mbak Sakura...tidak, Pak Sasuke mencinta...maksudku...mereka selama ini pacaran?"Ino melirik Shikamaru yang tengah berbisik pada Choji. Pembicaraan ini akan semakin melebar jika Sasuke atau Sakura tak angkat bicara. Namun yang lebih membingungkan adalah timing nya, pasti ada alasan Sasuke mengucapkan itu di depan semua karyawan dan Pak Fugaku, apa yang terjadi?
Ino menghampiri Naruto yang sama resahnya. Keduanya mematung depan ruangan Sasuke, berharap ada sepatah kata yang bisa tertangkap indranya.
Sementara itu Sakura tak bisa menatap mata Pak Fugaku di depannya, ia hanya menunduk dan diam seribu bahasa.
"Ini alasanmu tak ingin ke Amerika?"
Sakura melirik Sasuke yang dengan percaya dirinya tengah balik menatap Pak Fugaku.
"Aku menyukai tim ku di kantor ini dan karena dia lah kekasihku"
"Kau sadar apa yang kau perbuat, Sasuke? Mengubah desain semaumu dengan waktu yang terbatas, aku tau itu masih bisa di handle karena event kecil tapi jika nanti kau memegang event berskala besar...mati kau!"
"Aku tau pah, aku sudah diskusi dengan tim dan client ku. Semuanya bisa di bicarakan"
"Kau itu gegabah, aku khawatir perusahaan ini memburuk jika di pegang olehmu"
"Jadi papah lebih memilih Itachi dari padaku?"
"Nyatanya dia bisa diandalkan"
"Dan aku tidak?!"
Sakura semakin menyatukan jemarinya dengan Sasuke, ia tak bisa berbuat banyak namun setidaknya ia bisa sedikit lebih meredam amarah Sasuke yang tengah menggebu.
"Sakura, jujur saja kau juga lelah kan memiliki kekasih sepertinya? Apa yang kau suka dari pria sepertinya?"
"Tidak...pak"
"Jangan mengalihkan pembicaraan, aku akan buktikan event ini akan berhasil"
"Sekali lagi jika kau buat onar, akan ku seret kau ke Amerika, aku serius kali ini!" Kata Pak Fugaku mengacungkan jemarinya ke depan wajah Sasuke. Dia menghela napas dan keluar ruangan.
"Pah!"
"Apa lagi?"
"Bagaimana dengan ini? Kau akan percaya padaku juga?"
Pak Fugaku melirik Sakura dan Sasuke bergantian, lalu menghela napas dalam dan berdecak.
"Aku bukan orang tua yang berpikir kolot soal asmara, aku hanya kasian pada mu Sakura yang mendapatkan Sasuke. Kenapa tidak coba dengan anak sulungku?"
"Pah!"
Senyuman mengembang di wajah Sasuke dan Sakura.
Beberapa hari ini Sasuke nampak memikirkan beban pikiran karena ancaman Pak Fugaku yang memaksanya untuk pindah ke Amerika. Ditambah pekerjaan yang sedikit rumit. Namun semua ini bisa dikomunikasikan dengan baik, Pak Fugaku bos yang tegas dan tak suka dengan hal yang tidak bertanggung jawab. Jika permasalahannya sekedar romansa, dia masih mentolerir.
"Aku pikir kau berlebihan"
Sasuke meraih botol minum dan meneguknya, "Aku harus membuat kehebohan, agar dia cepat pergi dari sini"
"Pak Sasuke bicara apa, itu bos mu dan juga orangtuamu"
"Karena itu aku mengenalinya...Sakura, bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Semua orang pasti mendengar...aku mencintai Sakura, ah...bukankah tadi itu keren?"
"Keren apanya aku malu...semua orang pasti sedang bergosip sekarang"
"Kau tak lelah? Hanya kau yang khawatir bila hubungan ini terungkap. Tak ada larangan untuk berpacaran di kantor ini, kenapa? Kau malu?"
"Tidak...aku hanya merasa tak pantas"
"Hey, apa yang terjadi? Kenapa bos datang? Kau membuat kekacauan lagi?" Tanya Naruto nyelonong masuk.
"Lagi? Tolol! Obito memanasi papah ku untuk berangkat ke Amerika. Kenapa dia tahu aku mengganti desain?"
Sasuke melirik Naruto yang juga tengah menatapnya. Dia mundur perlahan namun kalah cepat dengan tangan Sasuke yang meraih kemejanya.
"Kau ya bajingan? Kau memberi tahu Obito tentang desainnya?"
"Aku hanya curhat saja Pak"
"Apa kau gay? Kenapa kau suka sekali curhat dengan pria?!"
Sakura tertawa dan melengos pergi "Aku permisi ya"
Sasuke mengejar Sakura di ambang pintu, ia menautkan jemari padanya. Ia melihat sekelilingnya yang juga tengah menatap keduanya.
"Semuanya dengarkan! Aku ingin hidup bebas di kantor ini, maka akan ku lakukan apapun agar aku tetap menjadi ketua tim disini. Dan juga, apa yang kalian dengar tadi itu serius, kalian tak salah dengar bahwa aku mencintai Sakura yang mana kalian mengetahuinya adalah sekretarisku. Jadi, ingatlah bahwa dia kekasihku"
Semua bersorak dan mengucapkan selamat, mata Sakura berair dan dirinya tak bisa mengatakan apapun. Ia hanya menahan air mata agar tak jatuh.
"Jangan menangis" bisik Sasuke, "Kenapa nangis mu jadi kencang?"
Sakura menutup wajahnya, ia sangat malu namun juga bahagia. Kekhawatiran di dirinya seakan berkurang. Baginya Sasuke adalah pria terbaik di hidupnya, mungkin orang melihat hanya dari sisi negatifnya saja namun Sasuke sangatlah tulus dan bertanggung jawab.
"Terima kasih, sayang" kata Sakura tersendat.
Sasuke tersenyum dan memeluk tubuh Sakura yang mungil.
[ END ]