Sakura melambaikan tangan pada Mama Mikoto dan Papa Fugaku yang berpamitan pulang. Dirinya masih berpikir, apakah dia tadi sedang dilamar?
"What's happening?" kata Sakura seperti kebingungan.
"What? The dinner?"
Sakura merasa tersedak dan ingin menyiram tenggorokannya dengan air. Ia cepat ke dapur dan meneguk segelas air teh yang tadi ia seduh, teh nya sudah dingin tapi ia tak peduli . Ia hanya ingin menyadarkan diri.
Ia duduk di kursi dan terdiam beberapa saat. Sasuke yang menatap Sakura dari sebelahnya menyeret kursi lebih dekat ke dia sampai menabraknya. Seluruh tubuh Sakura menjadi kaku. Mereka sangat dekat sekarang, bahkan bisa merasakan kehangatan napas keduanya memotong udara dingin. Sakura membidik wajah Sasuke sehingga Sasuke pikir dia dia akan menciumnya namun ternyata Sakura hanya menatap saja.
Sasuke menghela napas. Jari-jarinya mulai merangkak ke arah tepi baju Sakura. Dia mulai perlahan-lahan mencungkilnya ke atas sampai perut Sakura terlihat. "I miss you," bisiknya, Sakura bisa merasakan kehangatan dari tangan Sasuke yang bermain disana.
Sasuke terlihat penuh harapan dan lapar dan benar-benar percaya diri. Dia menenggelamkan giginya ke bibir bawahnya saat tangannya mulai menggoda. Sakura tahu dia bisa merasakan hatinya berdebar-debar. Sial, Sasuke mungkin bisa mendengarnya. Walaupun mereka telah lama menjadi sepasang kekasih, sensasi malu di wajahnya tak hilang.
Sakura menekan bibir Sasuke dengan telunjuknya, "Apa itu artinya kamu sudah melamar ku?"
"Bisa Iya dan tidak, kau belum memberi jawaban"
"Kau serius?"
"Apa maksudnya?"
"Menurutku yang berpikiran kolot adalah kamu Sasuke, kamu tak mengerti caranya melamar"
"Bukan kah begitu aturannya, kita mengadakan pertemuan keluarga?"
"Orang lain biasanya melamar di pantai atau restauran dengan bunga, cincin bahkan kejutan dengan teman-temannya" kata Sakura merajuk menyilangkan tangannya di dada.
Sasuke tersenyum dan menarik lengan Sakura, ia menatap mata kekasihnya lama. "Aku bisa melakukan itu semua namun soal pernikahan dan lamaran sangat sakral bagiku dan aku perlu izin orangtua mu dulu. Bagaimana ya...aku hanya ingin keluarga kita bertemu, tak ada orang lain. Kamu keberatan gak?"
"Sasuke maaf kan aku sudah egois, ya aku mengerti maksudmu. Aku bisa melakukannya"
"Tidak kau tak egois, aku juga paham jika kau menginginkan semua itu maka akan ku kabul kan namun setelah pertemuan keluarga kita, ya?"
"Aku sangat mencintaimu" kata Sakura mengusap pipi Sasuke.
"Aku juga mencintaimu"
Sasuke memberi kecupan singkat di kening Sakura lalu ke bibirnya. Terasa seperti sutra. Sakura terkejut dengan erangan yang mengalir melalui dirinya, dan bahkan lebih terkejut ketika hasret yang menginginkan lebih. Lidahnya meluncur ke lidah Sakura dan Sasuke melepaskan pergelangan tangannya untuk meraih wajah Sakura. Ciumannya tumbuh lebih dalam dan Sakura menggenggam rambut Sasuke lalu menariknya lebih dekat, merasakan ciuman di seluruh tubuhnya. Apakah karena tak ada ciuman selama 4 hari?
Mereka berdua menjadi campuran erangan dan terkesiap saat ciuman membawa keduanya menginginkan lebih dari yang bisa diberikan oleh mulut. Sakura merasakan tangan besar Sasuke mengangkat tubuh mungilnya dan mengaitkan di pinggang Sasuke.
Mereka sangat mengenali ruangan di rumahnya, ciuman itu tak goyah saat Sasuke berjalan mulus ke kamarnya.
Sakura menarik mulutnya dan mendorong pundak Sasuke, "Mau bermain pocky?." Sementara Sasuke terus berjalan menuju tempat tidur.
Sasuke berhenti berjalan dan menurunkan Sakura ke kasur. Dia membuka baju dan membiarkan otot perutnya terekspos. "Coklat itu hanya jadi hambatan ciuman kita" kata Sasuke lalu mencium leher Sakura sampai Sakura mengerang lagi.
END.
[ Home 3 ]