The night we met 2

703 82 12
                                        


Hujan deras malam itu, di pertemuan rahasia antara Sasuke dan Sakura.

Sakura duduk sendiri di kafe kecil jauh dari rumah sakit tempatnya bertugas. Tangan gemetar mencengkram cangkir kopi. Ia memberitahu Gaara bahwa ia lembur, padahal ia sedang menunggu seseorang yang seharusnya tak ia tunggu lagi.

Sasuke muncul, basah dengan rambut yang sedikit berantakan. Tatapannya tidak seperti dulu, bukan lembut tapi kacau. Seperti seseorang yang sudah terlalu lama menyimpan sesuatu yang seharusnya dilepaskan sejak lama.

"Kamu udah nunggu lama ya?" Tanyanya sambil duduk, tanpa menunggu izin.

"Gak juga" Jawab Sakura pelan.

Setelah memesan kopi favoritnya, Sasuke menatap Sakura beberapa detik lalu berbicara.

"Aku gak bisa berhenti mikirin kamu, Ra"

Seketika, udara berubah. Hening. Padat. Bahaya terasa menyusup di sela napas.

Sakura menggenggam cangkir lebih erat.

"Sasuke..."

"Dengar dulu, kita gak harus pura-pura lagi. Kita bisa bicara jujur. Aku tau kamu juga masih merasa hal yang sama. Aku bisa baca dari mata kamu yang natap aku"

"Sas, cukup"

"Kamu mau bilang bahagia sepenuhnya sama Gaara? Aku tau kamu sayang dia. Tapi apa bahagia? Penuh? Jawab ra"

Sakura berdiri. Kursi bergeser pelan. Hatinya seperti dipukul dari dalam.

"Stop Sasuke!"

"Kenapa? Karena kamu takut? Karena kita udah milih orang lain?"

Dan saat itu Sakura melihat dirinya seperti dari luar tubuh. Melihat wanita yang pernah begitu lemah dalam cinta, sekarang berdiri tegak, gemetar...tapi tegak.

"Bukan soal takut, sas. Tapi saling menghormati. Bukan cuma Gaara. Bukan tunanganmu. Tapi menghormati diri kita, yang dulu pernah hancur demi memperbaiki hidup masing-masing"

"Aku masih sayang kamu, Ra"

"Aku tahu, aku juga punya perasan yang sama. Tapi itu bukan alasan untuk mengkhianati"

Air mata jatuh di pipinya. Tapi Sakura tidak menoleh saat ia mengambil tas dan bersiap pergi.

"Kalau kamu benar-benar sayang aku, kamu akan biarkan aku menjalani hidupku sekarang. Dan kamu...juga harus lanjut. Karena kalau kamu maksa aku balik, Sas, kamu gak lagi jadi Sasuke yang aku sayangi dulu"

Aku melangkah pergi. Tak ada pelukan. Tak ada drama. Hanya langkah cepat di atas lantai basah. Dan suara hati yang patah...tapi tidak lemah.

.....


Sudah tiga bulan sejak malam itu. Sejak Sasuke mencoba meraih kembali sesuatu yang sudah tidak boleh dimiliki.

Sejak aku memilih pergi, bukan karena tidak cinta...tapi karena aku memilih mencintai dengan cara yang tidak melukai siapa pun lagi.

Kamu tidak pernah bertemu lagi. Tidak di restaurant, tidak di cafe ataupun mimpi.

Aku tidak tahu apakah itu karena semesta menjaga kami agar tetap jauh, atau karena kami akhirnya benar-benar ikhlas.

Kadang, aku masih duduk diam di balkon, menggenggam cangkir teh sambil menatap langit. Bertanya-tanya apakah Sasuke juga sedang duduk di tempat berbeda, mengingat hal yang sama?

Tapi aku tidak lagi berharap. Tidak lagi menunggu. Karena kisah kami tidak membutuhkan penutup yang megah.

Kami sudah menjadi bagian dari satu sama lain di waktu yang tepat. Dan berakhir di waktu yang juga...tepat.

Hari ini aku mencoba gaun pernikahanku. Putih. Sederhana. Gaara tersenyum saat melihatku di ruang fitting.

"Cantik. Sayang, kamu cantik banget"

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku tidak merasa bersalah karena bahagia.

Aku tidak akan menghapus kenangan tentang Sasuke. Tapi aku juga tidak akan membiarkan kenangan itu menahan langkahku.

Cinta pertama kali tidak gagal. Cinta itu...hanya berhenti di tempat yang seharusnya.





[end]

Snippets SASUSAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang