Sai bagai pengasuh anjing buas yang terus menarik lengan Sasuke agar diam dan berhenti minum. Pasalnya walau sudah mabuk Sasuke tetap berusaha untuk membunuh dirinya sendiri dengan alkohol.Dia melirik arloji di tangannya, pukul 22.18. Sudah lebih dari satu jam dia menemani Sasuke tanpa ada pembahasan sama sekali. Dia menempelkan ponsel di telinganya, menyambungkan pada Ino,
"Sayang, aku masih bersama Sasuke. Aku akan membawanya pulang dulu" kata Sai melirik Sasuke yang kini tidur pulas, "Sasuke, kau merepotkan ku sialan" bisik Sai lalu menarik tubuh yang lebih besar darinya.
Ambruk.
Sasuke sekarat? Tidak. Sasuke tak sadarkan diri. Dia hanya tak ingin pulang. Sai kebingungan dan ingin menyerah, namun ini akan jadi masalah besar jika orang-orang tahu bahwa pemilik uchiha grup di temukan mati disini.
Sasuke menyeret tubuhnya kembali ke kursi dengan sesekali menjambak rambutnya. Sai menghela napas lalu kembali duduk di sebelahnya sambil meraih bir yang tersisa di gelasnya.
"You fucked up, Sasuke. I mean, your life"
"Ya, my whole life"
Sai mendengar sedikit isakan dari Sasuke. Benar, bahwa pria pun dapat menangis. Jadi, biarlahlah Sasuke menangis kali ini.
"Kalo lo emang bajingan, lo pasti udah ninggalin istri dan anak lo gitu aja. Tapi lo enggak. Lo masih berharap?"
"Apa kurang jelas?"
Sai mendecih. Dia tak akan mengenal Sasuke jika Sakura tak mengenalkannya. Ino dan Sakura adalah sahabat karib sejak kuliah. Keduanya bagaikan pinang di belah dua, jika ada Ino pasti ada Sakura, walaupun kegemaran dan kesukaan keduanya sangat berlawanan. Mungkin ketidakcocokan itu mengeratkan hubungan keduanya.
Ketika Sakura memiliki kekasih, ia mengenalkannya pada Ino yang juga telah memiliki Sai. Bukan tanpa sebab Sai dan Sasuke berbicara informal, melainkan mereka telah akrab namun "ke tidak sopanan" Sasuke dalam rumah tangganya membuat semua jadi berbeda.
"Dia baik-baik aja kan? Gue udah lama gak liat dia"
"Ino bilang tubuhnya kurus, dia jarang makan"
"Itu salah gue"
"Ya, itu salah lu. Semuanya salah lu"
Sasuke mengusap wajahnya dan memejamkan matanya sesaat, "Gue gak bisa hidup tanpa Sakura" kata Sasuke. Sedikit merengek. Ada tangisan dalam rengekan itu.
"Sas, do something. Temui Sakura"
"Dia udah gugat cerai gue, gue bisa apa? Persidangan sebentar lagi"
"Terus lo nyerah?"
Sasuke menggeleng, "Gue juga butuh Sarada".
"Sarada liat sekretaris lo waktu nginep, dan lo mau tau kabar buruknya?", Sasuke menoleh sedikit terkejut, Sai melanjutkan, "Dia nanya ke Ino tentang orangtuanya, kalo dia tau tenang ini lo bisa bayangin gimana perasaan Sarada? Anak lo bakal benci dengan papa nya"
"Itu semua gak bener Sai, lo percaya gue kan?"
"Dimana akal sehat lo? Sakura liat!" Kata Sai setengah teriak.
"Gue gak sempet nglakuin itu, gue pulang dengan kondisi mabok karena dapet kabar Project besar pembangunan villa itu dialihkan ke perusahaan lain. Disitu gue kira...dia itu Sakura"
"Hah?"
"Gua gak begitu inget, tapi gua gak nglakuin itu"
"Apa gue bakal percaya ucapan orang mabok? Lu aja gak inget, sedangkan Sakura ngliat itu? Stress"
KAMU SEDANG MEMBACA
Snippets SASUSAKU
Roman pour Adolescentslil long story. MATURE & HARSH WORDS 🔞⚠️