"Mpaa, apa kamu mengingat kala itu, kamu sangat ketakutan dulu saat mati lampu, waktu masih kecil, hehehehe," cerita Taufan sambil terkekeh-kekeh mengingat kembali masa-masa ketika Gempa masih berusia empat tahun.
Mereka bertiga Halilintar, Taufan, dan Gempa, adalah tiga bersaudara. Halilintar dan Taufan adalah anak kembar sulung yang kini berusia 18 tahun, sedangkan Gempa memiliki selisih empat tahun dengan mereka berdua, dan usianya sudah 14 tahun.
"Hump, mana ada aku seperti itu,"
balas Gempa tidak mau mengakui.Taufan sibuk membuat kue di oven, aroma harum kue yang mulai tercium memenuhi dapur rumah mereka.
"Hahaha, kamu gak bisa bohongi Abang, ingatan Abang tajam loh." Jawaban cerdas dari Taufan sukses membuat Gempa merenggut kesal, mengembungkan pipinya dengan lucu.
.
"ARGH!! AYAH!! HALI MOHON
JANGAN BUNUH BUNDA!!"Teriakan Halilintar dari kamar membuat duo yang sedang membuat kue, Taufan dan Gempa, tersentak terkejut mendengarnya. Mereka segera berhenti dari aktivitas mereka dan pandangan mereka bertemu.
Gempa buru-buru melepaskan sarung tangan baking dan berlari menuju arah kamar, diikuti oleh Taufan yang dengan cepat mematikan oven terlebih dahulu sebelum menyusul Gempa.
Saat mereka tiba di kamar, pemandangan yang mereka lihat membuat mereka terkaget. Halilintar, dengan wajah pucat dan penuh rasa bersalah, berdiri di sebrang kamar.
"Tak apa, Kak Hali. Apa yang terjadi?"
tanya Gempa dengan suara lembut, mencoba mendekati Halilintar."Maafkan aku.. Taufan, sungguh..
aku tidak dapat mencegahnya.. bunda.. wafat, maafkan aku.. aku.." Kata-kata Halilintar terputus saat tangannya digenggam erat oleh Taufan."Kak. Kak Hali tenang dulu yah,
jangan di bahas lagi. Bunda udah tenang dan bahagia di alam sana," ujar Taufan dengan lembut, mencoba menenangkan Halilintar. Di sisi lain Gempa memberikan senyuman hangat."Maaf, aku... Hanya berhalusinasi.. Itu ingatan yang sangat menyakitkan," ucap Halilintar dengan suara gemetar.
"Kak Hali sedang sakit bukan? Kakak perlu banyak istirahat," ujar Gempa membopong tubuh Halilintar ke kasur.
Tubuh Halilintar semakin kurus,
itulah sebabnya Gempa bisa menggotong tubuh Hali. Meskipun
Hali sudah makan teratur, namun dampak penyakitnya yang tak kenal ampun membuatnya lemah setiap harinya. Untungnya di urus oleh Gempa. Saudara kembarnya mah
sibuk dengan ujian kelulusan. Akan tetapi bukan Taufan namanya kalau hanya mementingkan ujian. Fokusnya hanya tertuju "Kak Hali nomer one!""Maaf ya, sudah buat kalian khawatir. Aku juga tidak tau, mengapa bayangan orang itu tiba-tiba muncul dikepalaku."
Taufan dan Gempa saling pandang sejenak, lalu mengangguk bersama.
Gempa mengulurkan tangannya
dan menyentuh bahu Halilintar."Kak Hali, sudah tak apa. Mpa, mengerti kita semua pasti memiliki masa lalu yang mungkin sulit untuk
di lupakan. Untuk sekarang kakak
jangan terlalu banyak berpikir, ya?
pikirkan juga kondisi kakak saat ini,"
ujar Gempa dengan nada lembut.
Taufan pun mengangguk setuju."Terima kasih. Ngomong-ngomong, Taufan, bagaimana praktek IPA-nya? Apakah susah?" tanya Halilintar.
"Sangatt gampangg, cuma tentang kemagnetan saja, seperti menempelkan benda ke magnet"
"Haaa.. Aku jadi khawatir nilai bang upan akan turun drastis lagi," ujar Gempa dengan ekspresi cemas.
"Apa katamu? Aku sudah berusaha keras lhoo~" ucap Taufan sambil mencubit pipi kenyal Gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Keluarga Cemara
Teen Fiction"Jalan yang sepi gelap dan sunyi, ditemani oleh suara burung hantu." "Aku menelusuri setiap jalan itu melihat cahaya yang memantul dari dalam setiap rumah, ku pandangi jendela yang terdapat bayangan keluarga yang sedang makan bersama. Entah kapan ak...