Mimpi Buruk

133 15 102
                                    

"Usap kepalaku lagi, ku mohon..." Gempa memohon dengan lemah.
Hali kehilangan nyawa ketika dirinya sedang tersenyum. Senyumannya itu membuat Gempa merasa seakan-akan badannya tertimpa beban yang begitu berat, seluruh badannya terasa sakit.

Gempa merasa terpukul dan hampa. Meratapi kepergian kakak yang mencintainya dengan tulus. Gempa meraih tangan Kakaknya dengan lembut, mencoba merasakan kehangatan yang tersisa.

Dengan mata yang di penuhi oleh
air mata, Gempa mengecup kening Kakaknya yang tak akan pernah lagi  tersenyum padanya. Rasa hampa dan duka melingkupi dirinya sekarang.

"Ya Tuhan... Kepada siapa aku harus mengadu? Bang upan? Ia sedang tidak ada di sini. Tante Mazila? Om Zola? Ayuk Pipi? Mereka sedang keluar kota. Kenapa...? Kenapa harus tiba-tiba? Kena– HWAAARGH!! KAK HALI!!
KAK HALIII!! BANGUN! Jangan tinggalin Gempa... Mpa mohon..."

"Bang upan... Hiks.. Cepatlah pulang.."

.

Dalam beberapa detik sebelum kecelakaan terjadi. Suara teriakan
dan jeritan membuat Taufan terjaga.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA"

"TOLONGGGG IBUU AYAHHH"

Detik berikutnya, tampaknya Taufan mulai panik dan merasa ketakutan karena bus yang di naikinya oleng
dan melaju dengan kecepatan tinggi.

"KAK HALIIII AAAAAA!!!" Teriaknya.

.

Di dalam sekitar bus setelah kecelakaan yang mengerikan,
atmosfer di penuhi dengan debu
dan asap yang menyengat. Kursi bus yang seharusnya tertata rapi kini rusak dan tercecer di sepanjang lorong bus.

Dengan terengah-engah, Taufan merangkak dengan susah payah, "Eurghh.. hah.. hah.." desah Taufan sambil mengulurkan tangannya,
"Egh! da-pat!" Ia meraih sepasang gantungan kunci, yang terlempar
tak jauh di sekitar tempat ia terjatuh.

Keadaan menjadi semakin kacau ketika bus itu tiba-tiba miring ke arah kanan dengan keras membuat Taufan berguling dan menabrak dinding bus.

"Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku tidak mengerti," ungkap Taufan mencoba untuk bangkit dari posisinya.

Bus bergoyang-goyang naik-turun, membuat Taufan terombang-ambing. Kepalanya terus terbentur hingga meninggalkan bekas memar yang mulai terlihat di kepalanya.

"A-ku harus keluar d-ari sini!" jerit Taufan. Dengan cepat, ia memasukan gantungan kunci kedalam kantung celananya, lalu dengan cekatan memegang kursi sebagai penopang untuk berdiri. Dengan hati-hati Taufan merangkak menuju ke sisi belakang bus, berniat untuk keluar dari arah belakang karena ia menduga bahwa bus yang di tumpanginya saat ini sedang berada di tepi jurang.

"Sialann!! Bukaa!! Arghhh!!!" pekiknya mencoba membuka pintu bus yang menjadi satu-satunya jalan keluar. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia menarik pintu tersebut ke arah samping. Berharap dapat keluar.

Dengan detak jantung yang tidak beraturan. Taufan melirik ke arah samping, menemukan teman-teman seperjalanannya yang baru saja bersenang-senang bersama, kini terlumuri oleh darah. Beberapa dari mereka bahkan sudah tidak bernapas. Mimpi buruk bagi Taufan, karena
hanya ia yang tersadar sendirian.

"TERBUKA LAH!!" Teriak Taufan dengan suara yang menggelegar
akibat rasa takut. Pintu bus pun perlahan terbuka, angin langsung menyambut Taufan. Rambutnya berterbangan dihempas angin.

Pandangan Taufan tampak panik
saat menatap ke arah bawah,
di mana kegelapan menghadang pandangannya. Gelap dan tak terlihat apa-apa. Dengan cepat, ia mengalihkan pandanganya ke sebelah kiri, dan melihat pagar pembatas yang patah berantakan, di seruduk dengan keras oleh mobil bus saat kecelakaan terjadi.

"Grgh! Tidak! Jangan jatuh!" pekik Taufan, tubuhnya sedikit terguncang. Ia dapat merasakan bus semakin meluncur ke bawah tanpa kendali.

"Oh dear... Am I going to die?"

"No! Is time to JUMMMPPP!!!"

Grrrabb!

Beruntung. Lengan jenjang Taufan dapat meraih pagar pembatas di pinggir jalan. Napasnya memburu, detak jantungnya berdegup keras.

.
.
.

Boom! KABOOM!!! 💥🚌🔥

.

Taufan terhenyak sejenak. Suara ledakan keras yang memekakkan telinga dan gemuruhnya api yang melahap bus menggema di sekitar.

Dengan cahaya menyilaukan dan
debu yang berputar-putar di udara, Taufan berteriak, "TEMAN-TEMAN!!"
Dia tersentak ketika sebuah benda berkilau keluar dari saku celana nya dan terjatuh ke dalam lubang hitam.

"Tidakkk!! Jimattkuuu!!" Tanpa ia sadari air mata menetes di pipinya.

Dengan susah payah, Taufan mengangkat tubuhnya yang terasa berat untuk naik ke atas. Setelah upayanya yang gigih, ia akhirnya
tiba di atas dengan napas yang terengah-engah. Namun, begitu
sampai puncaknya, tubuhnya
terasa lemas dan menyebabkannya jatuh bersimpuh. Matanya tertutup, menghadap ke tanah yang rapuh.

"Tidak mungkin.. Ini... Ini pasti
hanya mimpi... Ya... Mimpi buruk..."

.

Crekk... Craaack...!

"A-apa-kah?! AAAAAAA! KAK HALIIII!"

.

Bump! Splash!!

Tubuh Taufan terhempas ke tanah dengan keras, membuat gemuruh benturan terdengar di sekitar. Tak luput dengan semburan darah segar yang menyembur ke segala arah.

Matanya terpejam rapat menandakan bahwa Taufan bin Amato telah tiada.

.

"Hiks... Apa yang harus kukatakan pada bang upan jika ia sudah pulang," gumam Gempa dengan suara lirih.

Mata Amber nya sudah membengkak karena terus menangis. Jejak air mata
masih terlihat jelas di pipinya yang pucat. Kesedihan sedang melingkupi hatinya, memberikan warna gelap pada pandangan matanya yang biasanya bersinar cerah.

Zzzt... Blaaargh!!!

Perasaan tidak enak menyelimuti Gempa. Sensasi aneh membuatnya tidak tahu apa penyebab dari
perasaan yang mengganggu ini.

Brusssh!! ⛈️🌪️

Badai angin mengitari sekitar rumah, Gempa bisa merasakan angin puting beliung yang baru saja melintas di depan rumahnya. Tak tau fenomena alam apakah itu, Gempa hanya bisa menutup matanya dan berdoa untuk keselamatan dirinya dan Kakak keduanya yang masih dalam perjalanan kembali ke rumah.

"Aku takut.. Mpa takut Kak Hali... Temani mpa.. Hiks.. Haaaaaaaaa!!!" Gempa berteriak dengan histeris, tidak kuat, tidak ikhlas, tidak terima jika orang yang paling dia sayangi meninggal tepat di depan matanya. Takdir tampaknya menghadirkan ujian terberat dalam hidupnya.

.

(Note: Author sungguh. Benar-benar TERPAKSA. Membuat Taufan, husbu kesayangan author metong. Karena pengen cepat-cepat Tamat. Soalnyaaa, udah gak tahann lagi mau merefresh ulang Draft Book yang terbengkalai dan mempublikasikannya kembali.)

(Tapi, kalau Hali yang meningsoy Author tidak menyesal. Itu aja sih)

Hali bilek: "Tega sekali kau Author."

Gempa: "Tega banget. Keterlaluan. Egois. Hobi menistakan Charakter."

(Moncongmu di jaga, ya, mpa ^⁠‿⁠^⁠ )

Gempa: "Sangat Jahat"

(Kamu mau aku buat hidupmu semakin menderita, hmm?)

Gempa: "Nyatanya. Dunia ini, sekedar fana, maya, hanya halu, tidak nyata"

(No comment. Pasrah ajalah)

.

-Bersambung...

Di Balik Keluarga CemaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang